Cagar Alam Pegunungan Arfak
Cagar Alam Pegunungan Arfak adalah cagar alam yang berada di Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat. Luas wilayahnya yaitu 68.325 hektare. Sebagian besar wilayah dari Cagar Alam Pegunungan Arfak merupakan kawasan hutan. Lahannya terdiri dari pegunungan tinggi, lereng dan lembah. Di bagian lembah dari Cagar Alam Pegunungan Arfak terdapat pemukiman masyarakat. Pemerintah setempat dan masyarakat setempat telah membuat kesepakatan bahwa pemanfaatan lahan hanya dilakukan di bagian lembah dan lereng. Bagian dataran dan lereng securam lebih dari 30 derajat dijadikan sebagai tempat kegiatan pertanian, sumber pangan, obat-obatan, konstruksi dan budaya. Cagar Alam Pegunungan Arfak dihuni oleh flora dan fauna yang unik. Ekosistem pegunungan menyebabkan suhu lingkungannya rendah. Secara administratif letak kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak berada dalam wilayah tiga kabupaten yakni Kabupaten Manokwari, Kabupaten Pegunungan Arfak dan Kabupaten Manokwari Selatan. Permasalahan lingkungan yang timbul di Cagar Alam Pegunungan Arfak adalah berkurangnya luas lahan akibat pemakaian oleh masyarakat untuk membangun pemukiman dan pertanian.[1]
Pemanfaatan
suntingPengelolaan Cagar Alam Pegunungan Arfak diserahkan kepada Seksi Konservasi Wilayah III Teluk Bintuni. Pada abad ke-19 Masehi, kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak merupakan tempat koleksi biologi pertama di Papua. Peneliti pertama yang memakai kawasan ini adalah Beccari. Ia berasal dari Eropa menggunakan kawasan cagar alam ini pada 1824-1827. Peneliti berikutnya juga dari Eropa bernama Albertis. Ia memakai kawasan cagar alam ini pada tahun 1872-1875. Pemanfaatan Cagar Alam Pegunungan Arfak utamanya sebagai habitat bagi satwa liar yang dilindungi serta sebagai pelestari ekosistemnya. Di dalam cagar alam in ada banyak jenis kupu-kupu sayap burung. Selain itu terdapat 110 spesies mamalia dengan 44 spesies diantaranya sudah tercatat dalam data spesies. Ada pula 320 spesies burung dengan beberapa di antaranya endemik. Burung endemik ini antara lain cenderawasih arfak, parotia barat, dan namdur polos.[2]
Referensi
sunting- ^ Salosa, Susan Trida, dkk. (2014). "Hutan dalam Kehidupan Masyarakat Hatam di Lingkungan Cagar Alam Pegunungan Arfak". Jurnal Manusia dan Lingkungan. 21 (3): 350.
- ^ "Ekowisata, Jawaban Persoalan Deforestasi Papua Barat?". Mongabay Environmental News. 2018-10-25. Diakses tanggal 9 Juli 2021.