Cagar Alam Batukau

taman reservasi di Indonesia

Kawasan CA Batukau secara geografis berada di antara 8°15’08,22”LS-8°18’41,87”LS dan 115°05’37,83”BT-115º09’26,25”BT. Secara administratif kawasan CA Batukau, terletak di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan serta Kecamatan Banjar dan Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Kawasan CA

Cagar Alam Batukau
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Batukau
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Batukau
CA Batukau
LetakTabanan, buleleng, Bali, Indonesia
Koordinat8°18′41.87″S 115°5′26.25″E / 8.3116306°S 115.0906250°E / -8.3116306; 115.0906250
Luas1.773,80 Ha
Didirikan1974
Pihak pengelolaBalai KSDA Bali

Batukau ini berbatasan dengan beberapa wilayah antara lain:

- Utara : TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan

- Timur : Desa Pancasari, Kec. Sukasada, Kab. Buleleng dan Desa Candikuning, Kec. Baturiti, Kab. Tabanan

- Selatan : Hutan Lindung Gunung Batukau

- Barat : Desa Gesing dan Desa Munduk, Kec. Banjar, Kab. Buleleng

CA Batukau ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.2847/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) Seluas 15.102,90 (Lima Belas Ribu Seratus Dua dan Sembilan Puluh Perseratus) Hektar Di Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan Provinsi Bali, yaitu dengan luas kawasan 1.773,80 Ha.

Sejarah

sunting
  1. Kawasan Hutan Gunung Batukau (RTK.4) ditunjuk sebagai Kawasan Hutan Tetap berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 28 B.b.1 tanggal 29 Mei 1927, dan batasnya diukur pada tahun 1929 dengan luas 15.390,00 Ha, dengan Berita Acara Tata Batas tanggal 15 Desember 1933 dan disahkan tanggal 23 Pebruari 1934.
  2. Pada 29 November 1974, Menteri Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 716/Kpts/Um/11/1974 tentang Penunjukan Areal Hutan Batukahu Seluas 1.762,8 Ha yang Terletak di Kabupaten Tabanan Propinsi Bali Sebagai Cagar Alam, diberi nama Cagar Alam Batukahu I, Batukahu II dan Batukahu III.
  3. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 433/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Bali seluas 130.686,01 (Seratus tiga puluh ribu enam ratus delapan puluh enam, satu perseratus) Meter Persegi.
  4. CA Batukau ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.2847/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) Seluas 15.102,90 (Lima Belas Ribu Seratus Dua dan Sembilan Puluh Perseratus) Hektar Di Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan Provinsi Bali, yaitu dengan luas kawasan 1.773,80 Ha

Nilai Konservasi

sunting
  • Terdiri dari tiga gunung yang termasuk ekosistem hutan pegunungan, berada di kawasan wisata Bedugul dan menjadi bagian panorama alam pegunungan di kawasan tersebut. Termasuk bagian dari UNESCO World Heritage Site.
  • Ditemukan spesies penting, yaitu Cemara Pandak (Dacrycarpus imbricatus), Cemara Geseng (Casuarina junghuhniana), dan Paku Kidang (Dicksonia blumei).
  • Terdapat beberapa sumber mata air di Gunung Lesung dan Gunung Tapak.

Topografi

sunting

Keadaan topografi kawasan bervariasi mulai datar, landai, agak curam, curam, sampai dengan sangat curam, dengan ketinggian 1.237 mdpl sampai dengan 2.069 mdpl. Gunung Lesung memiliki ketinggian 1.860 mdpl, Gunung Tapak 1.807 mdpl, dan Gunung Pohen 2.069 mdpl.

Tanah dan Geologi

sunting

Berdasarkan Peta Jenis Tanah Provinsi Bali Tahun 2009, jenis tanah di Kawasan CA Batukau adalah Andosol Coklat Kelabu dan Regosol Kelabu. Tanah andosol proses terbentuknya dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan. Ciri-cirinya berwarna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur. Pemanfaatannya sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara. Persebaran di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi.

Sedangkan tanah regosol proses terbentuknya dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar. Ciri dari tanah regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik.

Dengan kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur, regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatera bagian timur dan barat, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Pulau Bali, zona kerentanan gerakan tanah, kawasan CA Batukau termasuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah dan zona kerentanan gerakan tanah rendah.

Secara umum geologi di kawasan CA Batukau berdasarkan Peta Geologi Lembar Bali, Nusatenggara Tahun 1998 termasuk batuan gunungapi kelompok Lesong-PohenSengayang. Batuan gunungapi sub-Resen; Gunung Lesong terutama menghasilkan lahar, breksi, lava dan tuf (Qvl), Gunung Pohen menghasilkan breksi gunungapi (Qvp) dan kegiatan Gunung Sengayang terutama menghasilkan tuf (Qvs).

DAS/Sub DAS

sunting

Dalam Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP DAS), kawasan CA Batukau ini termasuk ke dalam SWP DAS Saba Daya, SWP DAS Pangi Ayung dan SWP DAS Oten Sungi.

SWP DAS Saba Daya meliputi kawasan CA yang secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Buleleng, sementara SWP DAS Pangi Ayung dan SWP DAS Oten Sungi meliputi wilayah CA yang secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Tabanan. Berdasarkan pengelolaannya, termasuk ke dalam wilayah kerja Resort KSDA CA Batukau, KPHK Bedugul-Sangeh.

Tipe Iklim

sunting

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan CA Batukau termasuk ke dalam A (Sangat Basah) dengan rata-rata curah hujan sekitar 2770 mm/tahun serta memiliki kelembaban sekitar 56 - 85% dan Temperatur bulanan kawasan suhu sekitar 14 - 27 °C.

 
Jelunut (Commersonia bartramia)

Kawasan CA Batukahu memiliki tegakan alam cemara geseng (Casuarina junghuhniana) dan cemara pandak (Dacrycarpus imbricatus). Cemara geseng merupakan spesies asli Indonesia, keberadaan tegakan alam di CA Batukahu semakin memperkuat posisi CA yang ekosistemnya harus senantiasadijaga.

 
Cekaka Jawa (Halcyon cyanoventris)

Jenis flora lainnya antara lain: Purnajiwa (Euchresta horsfieldit), Dapdap (Erythrina lithosperma), Plendo (Brassaiopsis sp.), Nasi-nasi (Symplocos fasciculata), Yeh-yeh (Saurauia pendula), Klampok (Syzygium densiflorum), Markisa (Passiflora edulis), Kasa-kasa/kapulaga (Amomum compactum), Bacem/begonia (Begonia spp.), Base/sirih (Piper betle), Rumput lateng (Urtica grandidentata), Lateng pohon (Laportea spp.), Sengene/bunga matahari (Helianthus annuus), Lempeni (Ardisia humilis), Sembung (Blumea balsamifera), Bratawali (Tinospora crispa), Pandan (Pandanus spp.), Uyah-uyah (Ficus quercifolia), Cabai jawa (Piper retrofractum), Kopi (Coffea sp.), Cermai (Phyllanthus acidus), Kedukduk/keduduk (Melastoma malabathricum), Terung belanda (Cyphomandra betacea), Pokak/takokak (Solanum torvum), Klerak (Sapindus rarak), Salam (Syzygium polyanthum), Lemasih (Hibiscus rosa-sinensis), Porang (Amorphophallus oncophyllus), Paku sayur (Oiplazium esculentum), Kaliandra (Calliandra callothyrus), Dadem/ara (Ficus racemosa; Ficus fistulosa), Jenggot resi (Usnea barbata), Puyang (Zingiber zerumbet), Gunggung/stroberi (Fragaria sp.), Seming (Pometia spp.), Paku pohon/lemputu (Cyathea latrebosa), Paku kidang (Dicksonia blumei), Lempuna (Cyathea contaminans), Paku sarang burung (Asplenium nidus), Paku pidpid (Nephrolepis sp.), Palem nyabah (Pinanga arinasaensis), Palem peji (Pinanga coronata), Tahlan (Oysoxylum spp.), Sampat (Meliosma ferruginea), Segang (Polyosma integrifolia), Anggrek (Vanda tricolor), Tiying (Bambusa sp.), Kepelan (Manglietia glauca), Ambengan (Imperata cylindrica), Rotan (Calamus sp.), Udu (Litsea velutina), Kerasi (Lantana camara), Juwet (Syzygium cumint), Hea (Ficus sp.), Bunut (Ficus benjamina), Belantih (Homalanthus giganteus), Samblung/daun ekor naga (Raphidophora pinnata), Paku (Selaginella sp.), Sente (Alocasia macrorrhizos), Lenggung (Trema orientalis), Kedaluman (Cyclea barbata), Kepasilan/benalu (Scurrula atropurpurea), Jelunut (Commersonia bartramia), dll.

Kijang (Muntiacus munljak), Sugem (Ducula lacernulata), cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), cekakak sungai (Todirhamphus chloris), raja udang biru (Alcedo coerulescens), Srigunting (Dicrurus sp.), Kadal (Mabouya sp.), Lalat hijau (Lucilia sericata), Tawon merah (Ordo Hymenoptera), Lebah (Apis sp.), Cerukcuk (Pycnonotus goiavier), Prenjak (Ordo Passeriformes), kupu-kupu (Ordo Lepidoptera), Sriti (Collocalia esculenta), Tupai (Tupaia javanica), Sesap madu (Fam. Nectariniidae), Landak (Hystrix sp.), Ayam hutan (Gallus sp.), Jangkrik (Fam. Gryllidae).