Bondol jawa

spesies burung
Bondol Jawa
Bondol jawa.
Darmaga, Bogor.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
L. leucogastroides
Nama binomial
Lonchura leucogastroides
(Horsfield & Moore, 1856)

Bondol jawa adalah sejenis burung kecil pemakan padi dan biji-bijian. Burung ini juga disebut dengan nama lain seperti pipit bondol, piit bondol, emprit bondol dan lain-lain, mengikuti suara yang dihasilkannya. Nama ilmiahnya adalah Lonchura leucogastroides. Dalam bahasa Inggris burung ini disebut sebagai Javan Munia.

Pemerian

sunting
 

Bondol jawa memiliki ukuran tubuh yang kecil. Panjang tubuhnya hanya sekiatr 11 cm denga warna tubuh coklat.[1] Burung dewasa dominan coklat tua di punggung, sayap dan sisi atas tubuhnya, tanpa coretan-coretan. Muka, leher dan dada atas berwarna hitam; dada bawah, perut dan sisi tubuh putih bersih, tampak kontras dengan bagian atasnya. Sisi bawah ekor kecoklatan. Burung muda dengan dada dan perut coklat kekuningan kotor. Jantan tidak berbeda dengan betina dalam penampakannya.[butuh rujukan]

Iris mata coklat; paruh bagian atas kehitaman, paruh bawah abu-abu kebiruan; kaki keabu-abuan.

Kebiasaan dan penyebaran

sunting
 
Burung muda

Burung yang sering ditemui di lingkungan pedesaan dan kota, terutama di dekat persawahan. Memakan padi dan aneka biji-bijian, bondol jawa kerap mengunjungi sawah, padang rumput, lapangan terbuka bervegetasi dan kebun. Burung ini sering turun ke atas tanah atau berayun-ayun pada tangkai bunga rumput memakan bulir biji-bijian.

Bondol jawa umumnya hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil, termasuk bercampur dengan jenis bondol lainnya seperti dengan bondol peking (L. punctulata). Kelompok pada mulanya terdiri dari beberapa ekor saja, akan tetapi di musim panen padi kelompok ini dapat membesar mencapai ratusan ekor. Tampak menyolok di sore hari pada saat terbang dan hinggap bersama-sama di pohon tempat tidurnya. Kelompok yang besar seperti ini dapat menjadi hama yang sangat merugikan petani padi.

Burung ini sering bersarang di pekarangan dan halaman rumah, di pohon-pohon yang bertajuk rimbun, pada ketinggian 2 – 10 m di atas tanah. Sarang berupa bola yang dibangun dari daun dan bunga rumput berlapis-lapis, diletakkan tersembunyi di antara daun-daun dan ranting, atau di celah tangkai daun palma. Tercatat berbiak di sepanjang tahun, setiap kali bertelur bondol jawa meletakkan 4-5 butir telur yang berwarna putih. Besarnya sekitar 14 x 10 mm.

 
Sarang bondol jawa, di pohon jambu semarang

Berbunyi halus, cri-ii, cri-i.. atau ci-ii..; dan pit.. pit.. . Namun dalam kelompok, terutama ketika bertengger bersama, suara-suara ini jadi cukup membisingkan. Demikian pula suara anak-anaknya yang baru menetas.

Bondol jawa terutama tersebar di Jawa dan Bali, hingga ketinggian 1.500 m dpl. Juga didapati di Lombok, Sumatra bagian selatan, dan diintroduksi ke Singapura.

Bahan Bacaan

sunting
  • Hoogerwerf, A. 1949. De Avifauna van de Plantentuin te Buitenzorg. Koninklijke Plantentuin van Indonesie. Buitenzorg (Bogor).
  • MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2
  • MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor. ISBN 979-579-013-7

Referensi

sunting
  1. ^ Budiman, M. Asyief Khasan (2017). Burung-Burung di Kawasan Konservasi Pulai Gading JOB Pertamina - Talisman Jambi Merang Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Jakarta Selatan: PT Indocarbon Nusantara. hlm. 104. ISBN 978-602-50308-0-2. 

Pranala luar

sunting