Blagung, Simo, Boyolali

desa di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah

Desa Blagung merupakan salah satu desa di kecamatan Simo, Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia. Sebagian besar mata pencarian penduduk sebagai petani. Balai Desa Blagung berlokasi di Jl. Simo-kancangan KM.05. Desa Blagung terdiri dari beberapa padukuhan yakni Tanjungsari, Poncowidodo, Jetis, Cilak, Gondang Rejo, Gebang, Krikilan, Candran, Begah, Plambong, Blagung Etan, dan Blagung Kulon. Dari beberapa padukuhan tersebut dipagi lagi menjadi 35 RT dan 6 RW.

karang taruna Perkab
Pengurus karang taruna Perkab sebagai karang taruna induk Desa Blagung

Desa Blagung memiliki luas wilayah: 3,8718 km2 dengan jumlah penduduk: 3.573 jiwa terdiri dari 1.801 laki - laki dan 1.772 perempuan dengan sex rasio 102.

Desa Blagung berbatasan dengan Desa Kedung Lengkong pada wilayah barat, Desa Sumber dan Pojok pada wilayah Timur, Desa Teter wilayah Selatan, dan Desa Wates bagian utara. Desa Blagung memiliki potensi alam yakni areal persawahan dan kebun yang luas, memiliki dua sungai yakni sugai cemara dan sungai nanas yang mengalir setiap tahun, jumlah ternak yang melimpah terutama ternak sapi yakni dimana sebagian besar warga memiliki ternak sapi. Selain itu desa Blagung juga memiliki aset yakni dua pasar Desa yaitu Pasar Blagung dan Pasar Ngeplang, kas desa berupa persawahan, dan tugu jam Ngeplang yang berada di pertigaan Ngeplang.

Mata Pencarian Penduduk

sunting

Desa yang terletak dibagian timur kecamatan Simo ini memiliki potensi alam di bidang pertanian terutama tanaman padi. Sebenarnya mata pencarian penduduk Blagung sangat bervariasi mulai dari pengusaha, PNS, guru, pedagang dan petani. Mayoritas penduduknya bermata pencarian sebagai pentani. Penduduk Blagung sebagian besar tidak merantau baik generasi muda maupun usaha yang produktif. Hal ini terlihat dari Banyaknya generasi muda yang tinggal di Desa. Alasan utama penduduk Blagung tidak banyak merantau adalah karena sudah tersedianya lowongan pekerjaan yang tersedia di sektiar kecamatan Simo seperti Pabrik di Sambi, Klego, dan home Industri. Selain itu dekatnya Desa Blagung dengan kota Solo juga mendorong penduduk Desa untuk bekerja di kota dengan slogan "spirtif of java' tersebut.

Blagung
Negara  Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBoyolali
KecamatanSimo
Kode pos
57377
Kode Kemendagri33.09.13.2011  
Luas3,8718 km²
Jumlah penduduk3.573 jiwa
Kepadatan923 jiwa/km²
Peta
 Koordinat: 7°25′17″S 110°42′8″E / 7.42139°S 110.70222°E / -7.42139; 110.70222


Kesuburan Organisasi

sunting

Selain organisasi karang taruna di Desa Blagung juga tumbuh banyak organisasi kemasyarkatan baik berbasis sosial, pertanian, olahraga, pendidikan, dan lain sebagainya. Organisasi kepemudaan di tandai dengan adanya Karang Taruna Induk yakni KarTar Perkab, Karang Taruna tingkat Dukuh, Taruna Tani Giat Makmur, 4 Kelompok tani di Desa Blagung yang tergabung dalam gapoktan, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Atiyasa Karya, Tapak Suci Muhammadiyah Blagung, Remaja Masjid, Program Keluarga Harapan (PKH), Group Hadroh Kalijaga, kelompok tani, dan lainya.

Di Desa Blagung terdapat empat kelompok tani dan satu gabungan kelompok tani (Gapoktan). Gapoktan Desa Blagung bernama Gapoktan Perwitasari, sedangkan kelompok taninya yaitu kelompok tani Mardi Peni, Mardi Laras, Mardi Siwi, dan Mardi Rahayu. Kelompok Tani mardi Peni Desa Blagung juga telah memiliki alat pemanen padi modern yang merupakah bantuan dari pemerintah.

Selain itu terdapat pula kegiatan lain yang selalu eksis walaupun belum atas nama organisasi seperti taman baca alquran (TPA) yang dikelola oleh Bapak Agus Bahran S.Ag di dk Tanjungsari RT 13/03 Blagung, Simo, Boyolali, TPA di dukuh Cilak, TPA masjid Al Ikhlas, TPA Dukuh Bulurejo, TPA dukuh Jetis, dan lain lain.

Suburnya organisasi dan kegiatan yang sangat positif ini menjadi animo tersendiri bagi masyarakat desa Blagung yang kaya akan SDM mulai dari kanak, kanak, remaja, dewasa, hingga orang tua yang terwadahi dengan baik. Potensi intelektual yang diwadahi untuk selanjutnya memberikan pendidikan informal bagi anggota organisasi dan masyarakat secara umum.

Kepemudaan dan Karang Taruna

sunting

Salah satu organisasi yang cukup subur di Blagung adalah Karang Taruna. Karang Taruna yang ada di Desa Blagung di pecah dalam karang taruna RT, dimana hampir setiap RT memiliki karang taruna masing - masing atau karang taruna tingkat RT. Kesuburan karang taruna disebabkan karena banyaknya generasi muda yang tinggal di Desa atau tidak merantau. Potensi sumber daya manusia (SDM) di setiap RT diwadahi organisasi ini dengan program kegiatan yang berbeda - beda. Kesamaan kegiatan dari setiap karang taruna yaitu dalam hal kerja bakti nikahan (sinoman), kegiatan 17an, kerja bakti pembangunan, dan kegiatan karnaval kemerdekaan RI - 71 tahun 2016. Beberapa daftar karang taruna di Desa Blagung seperti karang taruna Ristansari, Tunas Muda, Karisma, Tali Jiwo, Candra Muda, Bakti Ananda, Detak Muda dan lain sebagainya. Salah satu contoh karang taruna yang memiliki agenda kegiatan rutin dan tahunan yaitu karang taruna Ristansari yang terletak di dukuh Tanjung Sari RT 13/03. Karang Taruna ini memiliki administrasi dan dokumentasi yang di terbitkan pada blog ristansari.blogspot.com. Tidak hanya itu saja, Ristansari juga aktif di sosial media Facebook, Google+, dan Youtube. Melalui sejumlah konsep yang disampaikan dalam blog tersebut dapat dijadikan pandangan suburnya organisasi desa Blagung.

Pada tanggal 27 November 2016, Desa Blagung melakukan pembenahan organisasi kepemudaan yaitu melakukan pembentukan karang taruna induk. Pembentukan karang taruna ini sebagai upaya pembahruan terhadap karang taruna sebelum yakni Jangkung Muda kemudian diganti dengan karang taruna Perkab yang merupakan singkatan dari Pesatuan Karang Taruna Desa Blagung (Perkab). KarTar Perkab dibentuk untuk mewadahi kegiatan kepemudaan dan menganyomi karang taruna tingkat Desa yang ada diseluruh desa Blagung.

Jumlah karang taruna tingkat dukuh di Desa Blagung terdiri dari 22 Karang Taruna yang tersebar di 35 RT yang ada di Blagung. Beberapa karang taruna terdiri dari beberapa RT dan ada pula karang taruna yang teridiri hanya hanya RT. Semua karang taruna tersebut dinaungi oleh karang taruna induk yaitu karang taruna Perkab sebagai karang taruna Desa. Daftar karang taruna tingkat dukuh yang ada di Desa Blagung yaitu:

Hamazatul Fata Dukuh Plambong RT 1 dan 2, Tunas Dahlia Dukuh Blagung Barat RT 3 dan 4, Bakti Ananda Dukuh Blagung Timur RT 5, 6, dan 7, Candrasari Dukuh Blagung RT 8 dan 10, Candramuda Dukuh Candran RT 9, Tanjung Muda Dukuh Tanjung Sari RT 11, Tali Jiwo Dukuh Tanjung Sari RT 12, Ristansari Dukuh Tanjung Sari RT 13, Iregar Dukuh Gondangrejo RT 15, Tunas Muda Dukuh Cilak RT 18 Da 19, Tunas Melati Dukuh Gebang RT 24 dan 26, Harapan Muda Dukuh Dukuh Gebang RT 25, Karisma Dukuh Poncowidodo RT 28, Tunas Manunggal Dukuh Poncowidodo RT 29, Alwis Dukuh Poncowidodo RT 30, Pancasari Dukuh Poncowidodo RT 31, Detak Muda Dukuh Poncowidodo RT 32 dan 33, Tunas Muda Dukuh Bulurejo RT 34 dan 27

Sejarah Desa Blagung

sunting

Nama Blagung berasal dari kata "Mbel atau Embel" dan "Agung". Mbel itu artinya tanah lempung/ lempur, sedangkan Agung artinya besar. Maka diartkan Mbel Agung adalah suatu tanah yang lempung atau kubangan lumpur yang lengket dengan lokasi yang luas atau besar. Dari situasi tanah yang ngembel tersebut maka diangkat menjadi nama Desa Blagung atau orang jawa mengejakanya dengan menambahkan huruf "M" Mblagung. Lokasi Mbel Agung masih dapat di jumpai hingga tahun 2017 ini yakni sebelah barat Balai Desa Blagung. Jika anda melewati balai desa Blagung silakan silat jalan utama sebelah barat desa Blagung yang rusak. Kerusakan ini diasumsikan karena kontur tanahnya yang empuk sehingga sangat mudah rusak, sedangkan jalan sebelum dan sesudahnya masih bangus.

Mbel Agung dulu digunakan untuk mengembala kerbau, kerbau - kerbau tersebut berkubang di lokasi tersebut karena kerbau menyukai lumpur. Seiring dengan perkembangan zaman sudah tidak ada lagi kerbau dan sekarang menjadi lokasi persawahan.

Perkampungan di Desa Blagung termasuk perkampungan baru, terutama dukuh - dukuh sepanjang Jl. Simo - Kacangan KM 5 - 6. Dulu warga emggan di pinggir jalan karena takut dengan penjajah Belanda. Lokasi - lokasi tersebut dulunya merupakan kebun kopi dan kebun karet. Maka dikenal dengan nama "Kopen" dari kata "Kopi" sedangkan warga tinggal di dukuh Gebang, Jetis, Krikilan, dan Cilak. Dukuh - dukuh tersebut sebagai "Desa" atau "Ndeso" dalam artinya dukuh tersebut sebagai desanya dan kebun mereka disebut sebagai kopen. Pasca penjajahan belanda warga mulai mendirikan rumah - rumah di Kopen akan tetapi masih membelakangi jalan. Misalkan di Dukuh Tanjung Sari rumah masih menghadap ke selatan padahal jalanya berada di sebelah utara. Hal ini karena masih takut dengan belanda. Setelah situasi lebih aman, maka rumah - rumah sudah mulai menghadap ke utara dan sekarang Kopen sudah menjadi dukuh - dukuh baru.

Asal mula desa blagung tidak lepas dari desa sebelah baratnya yakni desa Kedung lengkong. Konon pada zaman dahulu Sultan Demak pernah mengirim utusan ke Pengging. Utusan Demak itu dikirim, karena Adipati Pengging yaitu Kebokenanga telah sekian lama tidak menghadap ke Kerajaan Demak. Hal ini berarti Adipati Pengging telah melalaikan kewajibannya.

Diceritakan, bahwa utusan pertama gagal dan diulangi dengan utusan yang kedua. Selanjutnya diutuslah utusan yang ketiga. Kini, Sultan Demak menunjuk Sunan Kudus sebagai utusan terakhir untuk menyelesaikan persoalan. Sunan Kudus menyanggupinya dan beangkat dengan disertai para sahabat beliau menuju Pengging. Bukan hanya sahabat, bahkan Sunan Kudus diberi pengawal prajurit pilihan secukupnya.

Tidak ketinggalan pusaka keraton yang berujud bendhe yang terkenal dengan nama Kyai Macan juga turut serta dikirim, dan semua peralatan yang disiapkan serba lengkap ini diharapkan agar benar-benar dapat berhasil dengan sebaik-baiknya.

Perjalanan beliau beserta para pengikutnya menuju Pengging dengan penuh tanggung jawab. Pada suatu ketika, menjelang waktu dhuhur Sunan Kudus sudah sampai di Pegunungan Kendeng. Atas perintah Sunan, agar semua beristirahat. Sambil menunggu saat untuk shalat dhuhur, beliau memerintah para sahabat agar berusaha, berusaha mencari air untuk wudlu bersama.

Dijawabnya, bahwa sebelum Sunan Kudus memerintah, sebetulnya sebelum itu para sahabat sudah berusaha, namun airnya yang tidak ada. Maklum waktu itu adalah musim kemarau yang berkepannjangan.

Maka diputuskanlah oleh Sunan Kudus, mengajak para pengikutnya untuk shalat bersama, mohon kepada Tuhan air untuk berwudlu bersama. Para pengikut itu mengikuti segala perintah Sunan Kudus. Selesai berdoa, tongkat pusaka Sunan Kudus ditancapkanlah pada sebuah batu yang kebetulan berada di situ, dan ternyata atas permohonannya tadi dapat terkabul.

Dan dengan serta merta, memancarlah air yang melimpah, keluar dari tongkat pusaka Sunan Kudus tadi, sehingga cukuplah dipergunakan semua prajurit Keraton Demak untuk berwudlu bersama.

Usai menunaikan shalat, tampak dari kejauhan dua orang laki-laki yang belum pernah mereka kenal, datang menghampiri tempat mereka berkumpul. Lalu, ditanyalah kedua orang tersebut akan tempat tinggal asalnya. Mereka menjawab bahwa asalnya dari Desa Embel Agung.

Atas kehendak Sunan, dua patah kata embel dan agung tadi agar dijadikan satu saja, yaitu blagung. Selanjutnya Sunan Kudus berpesan, kelak kemudian hari kalau tempat tersebut sudah menjadi ramai, dan dihuni manusia agar dinamakan Desa Blagung dan ternyata sampai sekarang masih bernama Blagung (sekarang Kelurahan Blagung) yang letaknya di sebelah timur Kelurahan Kedunglengkong.

Selanjutnya kedua orang dari Blagung tadi diberi pelajaran tentang agama dan amal perbuatan yang baik-baik yang sangat berguna bagi kehidupan mereka di dunia maupun di akherat. Tentu saja mereka sanggup dan berjanji akan melaksanakan sebaik-baiknya.

Selain itu, kedua orang tadi diberi tahu oleh Sunan Kudus, bahwa waktu akan menunaikan shalat tadi mendapat kesulitan air untuk wudlu. Karena kedua orang tadi ditunjuk untuk menjadi saksi dan mereka dianggap sudah menjadi muridnya (Jawa: Putut) maka beliau berpesan kepada kedua orang tersebut, kelak kemudian hari jika tempat tersebut menjadi desa, harap dinamakan Desa Sucen (yang artinya tempat untuk bersuci diri – berwudlu), sedangkan untuk sumber mata airnya besuk agar dinamakan Sumber Putut.