Bigan (Hanzi=比干) adalah seorang tokoh politik dari Dinasti Shang yang cukup terkenal. Ia merupakan anggota keluarga kerajaan Shang, yaitu paman dari Raja Zhou dari Shang. Karena berusaha menasihati keponakannya agar tidak lagi berlaku jahat, Bigan akhirnya dihukum mati dengan cara jantungnya dicabut keluar. Ia dipuja masyarakat Tiongkok sebagai salah satu dari dewa rezeki.

Infobox orangBigan

Edit nilai pada Wikidata
Posthumous name (en) Terjemahkan忠烈 Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanpolitikus Edit nilai pada Wikidata
Keluarga
AyahWen Ding Edit nilai pada Wikidata
SaudaraDi Yi dan Jizi Edit nilai pada Wikidata

Biografi

sunting

Keluarga

sunting

Bigan adalah putera dari Wen Ding (Hanzi=文), garis keturunan Zi (子) yaitu keturunan keluarga kerajaan. Ia adalah paman dari raja terakhir Shang, yaitu Raja Zhou dari Shang atau Zhou Xin (紂王).[1]

Pekerjaan

sunting

Bigan bekerja sebagai pejabat kerajaan Shang. Ia terkenal akan kesetiaannya kepada Raja Zhou dari Shang (1154 – 1134 SM) yang merupakan keponakannya sendiri.

Raja Zhou memiliki tiga paman yang bekerja sebagai pejabat dalam pemerintahannya, yaitu Bigan, Qizi, dan Weizi. Sang raja memiliki tabiat kejam sehingga menyengsarakan rakyat. Setelah gagal menyadarkan keponakannya, Weizi mengundurkan diri dan Qizi berpura-pura menjadi gila. Hanya Bigan yang terus bertahan dan terus berupaya membujuk raja untuk bertobat. Ia berkata, "Ini merupakan kewajiban bawahan untuk menyadarkan atasannya, bawahan yang takut mati sehingga tidak mengatakan kebenaran bukanlah bawahan yang baik."[2]

Kematian

sunting

Melihat sikap Raja Zhou yang haus darah dan tidak bermoral, Bigan memutuskan untuk tinggal di istana selama tiga hari dan tiga malam untuk mencoba membujuk raja meninggalkan tabiatnya yang lama.[3] Raja Zhou merasa terganggu oleh nasihat-nasihat yang diberikan kepadanya. Daji, selir kesayangan Zhou, menyarankannya untuk membuktikan ungkapan kuno bahwa "jantung orang suci memiliki tujuh lubang".[1]

Raja Zhang kemudian memanggil Bigan dan berkata, "Saya dengar bahwa jantung manusia memiliki tujuh lubang. Jika engkau setia, biarkan aku mengamati jantungmu." Ia menyuruh para pengawalnya untuk membelah dada Bigan dan mengeluarkan jantungnya.[2] Peristiwa tersebut menjadi ungkapan yang populer dalam filosofi Zaman Negara-negara Berperang.

Istri Bigan yang sedang hamil tua segera melarikan diri masuk ke hutan, karena ia menyadari bahwa tak lama lagi raja akan memerintahkan seluruh keluarga Bigan untuk dihukum mati. Ia tinggal di sebuah gua hingga melahirkan seorang putra yang ia beri nama Jian. Setelah Dinasti Shou tumbang, Raja Wu dari Zhou mencari dan memulihkan kedudukan mereka sebagai anggota keluarga kerajaan. Selanjutnya, raja menganugerahi nama keluarga Lin (berarti "hutan") kepada Jiang karena ia dilahirkan di hutan.[1][2]

Kultur populer

sunting

Bigan dalam Fengshen Yanyi

sunting

Fengshen yanyi merupakan sebuah novel yang menceritakan kisah runtuhnya Dinasti Shang dan bangkitnya Dinasti Zhou.

Jiang Ziya (Hanzi=姜子牙), perdana menteri Raja Muda Wen dari Zhou, memprediksikan melalui tulang orakel bahwa Bigan, pejabat setia dan baik Raja Zhou dari Shang, akan segera mati. Ia segera memberikan jimat kepada Bigan.[1]

Pada suatu malam, Raja Zhou mengadakan perjamuan yang dihadiri oleh para imortal gadungan, yang sebenarnya adalah para siluman rubah teman-teman Daji, selir kesayangan Raja Zhou. Bigan menyadari ada yang tidak beres, dan dugaannya terbukti saat salah satu siluman rubah tersebut tanpa sengaja mengeluarkan ekornya dari balik baju saat mabuk. Ia segera mengumpulkan pasukan untuk mengikuti dan membunuh semua siluman di sarang mereka. Bulu mereka ia jadikan jubah dan ia persembahkan kepada Raja Zhou. Daji yang melihat jubah itu menjadi ngeri dan segera merencanakan balas dendam kepada Bigan.[1]

Tak lama kemudian, Daji berkata kepada Raja Zhou bahwa dirinya terkena serangan jantung, dan hanya "jantung murni berlubang tujuh" (七巧玲瓏心) saja yang dapat menyembuhkan penderitaannya. Tidak ada seorang pun di istana yang memiliki jantung jenis itu kecuali Bigan. Bigan segera menelan jimat pemberian Jiang Ziya kemudian mengeluarkan sendiri jantungnya untuk ia persembahkan kepada Raja Zhou. Berkat jimat Jiang Ziya, ia tidak merasakan sakit, bahkan darahnya tidak setetespun yang tertumpah. Bigan pulang ke rumahnya setelah sebelumnya Jiang Ziya memberinya nasihat untuk tidak menoleh ke belakang sama sekali hingga sampai di rumah.[1] Jika ia melakukan petunjuknya, jantung Bigan akan kembali pulih keesokan harinya.

Saat sudah dekat dengan rumah, seorang penjual wanita berseru dari belakang, "Hey! Sawi putih murah tanpa akar!" Bi Gan menoleh dengan heran, "Bagaimana bisa sawi putih dapat tumbuh tanpa akar?" Wanita itu menyeringai licik dan menjawab, "Anda benar, Tuan. Sawi putih tidak dapat hidup tanpa akar(Hanzi= 心; pinyin= xīn) sebagaimana manusia tidak dapat hidup tanpa jantung (Hanzi= 心; pinyin= xīn)." Bi Gan berteriak kemudian meninggal. Penjaja tersebut sebenarnya adalah siluman alat musik pipa dari giok yang sedang menyamar.[1]

Pandangan Gong Fuzi

sunting

Bigan dihormati oleh Gong Fuzi sebagai "salah satu dari tiga pria bajik " dari Shang. Dua orang yang lain adalah Wei (Hanzi=宋微子) dan Jizi (Hanzi=箕子). Pernyataan tersebut tertuang dalam Kitab Analek Konfusius, Bab Wei Zi.

Bigan sebagai dewa rezeki

sunting

Kepribadian Bigan membuatnya dipuja sebagai dewa, yaitu Cai Shen.

Dalam Fengshen Yanyi, Jian Ziya menganugerahi Bigan sebagai dewa "Bintang Wen Qu"(Hanzi=文曲星君). Karena dirinya tidak mementingkan diri sendiri dan tidak memihak, masyarakat memujanya sebagai Dewa Harta Sipil.[1]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h chinese-gods-of-wealth. Maret 2012. Akses= 2 April 2013. Civil God of Wealth - Bi Gan.
  2. ^ a b c Yutopian. Akses= 2 April 2013. Origin of Lin*, Lim*, Lam*, Lum*.
  3. ^ People’s Daily Online. Akses= 3 April 2013. History of a Chinese surname; Lin.