Beton aspal
Artikel ini perlu dikembangkan dari artikel terkait di Wikipedia bahasa Inggris. (Maret 2025)
klik [tampil] untuk melihat petunjuk sebelum menerjemahkan.
|
Beton aspal adalah campuran agregat dan aspal yang seragam, dan merupakan salah satu trotoar fleksibel yang paling umum di Indonesia saat ini. Kualitas beton aspal sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dibentuk, yaitu agregat dan aspal, metode pencampuran, difusi, kompilasi, dan pemilihan bahan untuk replika.[1]
Daya tahan agregat
suntingDaya tahan agregat merupakan daya tahan agraget terhadap penerimaan kualitas dengan proses mekanik dan kimia. Agregat dapat mengalami degradasi yang memburuk karena pecahnya butir-butir agraget. Penghancuran agregat dapat disebabkan oleh proses mekanis, seperti kekuatan yang terjadi selama implementasi gravit jalanan (penimbunan, tumpang tindih, kompresi), melayani beban lalu lintas, dan proses kimia seperti kelembaban siang hari, panas, dan perubahan suhu.
Faktor -faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi yang terjadi sebagian besar ditentukan oleh jenis agregat, pencampuran campuran, ukuran partikel, morfologi agregat, dan ukuran energi agregat. Daya tahan agregat terhadap beban mekanis diperiksa dengan melakukan pengujian abrasi menggunakan alat abrasi Los Angeles, sesuai dengan SNI-03-2417-1991 atau AASHTOT 96-87. Gaya mekanis pada pemeriksaan dengan alat abrasi Los Angeles diperoleh dari bola-bola baja yang dimasukkan bersama dengan agregat yang hendak diuji.Daya tahan terhadap proses kimiawi diperiksa dengan pengujian soundness atau dinamakan juga pengujian sifat kekekalan bentuk batu terhadap larutan natrium sulfat (Na₂SO₄) atau magnesium sulfat (MgSO,), sesuai dengan SNI-03-3407-1994 atau AASHTO T 104-86.
Agraget adalah kumpulan mineral alami yang digunakan sebagai bahan utama dalam beton, aspal dan campuran desain lainnya. Persetujuan dibuat dalam bentuk pasir, kerikil, batu yang rusak atau bahan lain dari runtuhnya batu besar. Fungsi kohesif campuran beton atau aspal adalah untuk mengurangi kekuatan, stabilitas dan penggunaan bahan ikatan seperti semen dan aspal.[2]
Bentuk dan tekstur agregat
suntingBerdasarkan morfologinya, partikel atau butir agregat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk, seperti bulat, lonjong, pipih, kubus, tak beraturan, atau memiliki bidang pecahan. Agregat yang ditemukan di sungai umumnya telah mengalami proses erosi, sehingga tampil dalam bentuk bulat (rounded) dan licin. Bidang kontak antar agregat yang berbentuk bulat sangat sempit, hanya berupa titik singgung, yang mengakibatkan penguncian antar agregat yang kurang efektif dan menghasilkan kondisi kepadatan lapisan perkerasan yang tidak optimal.
Agregat berbentuk kubus (cubical) umumnya merupakan produk hasil pemecahan batu masif atau hasil melalui mesin pemecah batu. Bidang kontak pada agregat ini cukup luas, sehingga memberikan daya saling mengunci yang lebih baik. Kestabilan yang diperoleh dari agregat berbentuk kubus ini lebih optimal dan lebih tahan terhadap deformasi, menjadikannya sebagai pilihan terbaik untuk digunakan sebagai material perkerasan jalan.
Agregat berbentuk lonjong (elongated) dapat ditemukan di daerah sungai atau bekas endapan sungai. Sebuah agregat dianggap lonjong jika ukuran terpanjangnya lebih besar dari 1,8 kali diameter rata-rata. Indeks kelonjongan (elongated index) merujuk pada persentase berat agregat lonjong terhadap berat total agregat. Sifat campuran agregat berbentuk lonjong ini hampir serupa dengan agregat berbentuk bulat.
Agregat berbentuk pipih (flaky) umumnya merupakan hasil dari proses produksi mesin pemecah batu, dan cenderung pecah menjadi bentuk pipih. Agregat pipih diartikan sebagai agregat yang tebalnya kurang dari 0,6 kali diameter rata-rata. Indeks kepipihan (flakiness index) adalah perbandingan antara berat total agregat yang lolos dari slot dengan berat total agregat yang tertahan pada slot pada ukuran nominal tertentu.
Karakteristik permukaan jalan Beton aspal
suntingGambaran mengenai kinerja atau karakteristik lapisan permukaan perkerasan jalan antara perkerasan lentur (menggunakan aspal minyak dan aspal batu Buton atau Asbuton) dan perkerasan kaku (menggunakan beton semen) ditampilkan dalam bentuk matriks.
Perkerasan Lentur Asbuton dan Laston
Pada perkerasan lentur terlihat bahwa rentang umur data yang dianalisis telah berlangsung selama 16 bulan sejak perkerasan dibuka. Data mengenai kekesatan diperoleh pada ruas jalan antara Sumedang dan Cirebon, yang memiliki lalu lintas rencana dengan volume relatif tinggi, mencapai 60 juta ESAL. Ditemukan bahwa kemiringan garis regresi logaritmis untuk Laston dan Asbuton masing-masing adalah -6,203 dan -3,452, yang menunjukkan bahwa Asbuton mengalami penurunan kinerja yang lebih cepat sekitar 1,8 kali dibandingkan dengan Laston.
Apabila nilai kekesatan minimum sebesar 55 BPN tercapai sebelum umur rencana 10 tahun atau sebelum beban lalu lintas kumulatif mencapai 60 juta ESAL, maka hal ini mengindikasikan perlunya evaluasi kembali terhadap gradasi agregat yang digunakan. Disarankan untuk menggunakan fraksi agregat yang lebih kasar daripada yang diterapkan dalam data tersebut. Upaya untuk mengkasarkan permukaan perkerasan beraspal lain dapat dipertimbangkan, seperti penerapan lapis ulang (overlay) tipis, pelaburan aspal (Buras), atau pelaburan aspal satu lapis (Burtu) sebelum beban lalu lintas mencapai 25,6 juta ESAL. Jika tidak ada tindakan tersebut, disarankan untuk melakukan pengaturan lalu lintas dengan memasang rambu peringatan berbahaya terkait kondisi licin saat hujan di lokasi-lokasi tertentu yang berpotensi menimbulkan bahaya. Adapun karakteristik yang lain seperti: perkerasan kaku, perkerasan beton dengan variasi ukuran butir MS-19 (¾ inci) dan MS-37 (1½ inci), dan perkerasan beton kerat (M3) dan beton semen (M1, M4, dan M5).[3]
Referensi
sunting- ^ Sukirman;, Silvia (2016). Beton Aspal Campuran Panas (dalam bahasa Indonesia). Itenas. ISBN 978-979-96088-9-5.
- ^ Beton Aspal Campuran Panas. Yayasan Obor Indonesia. 2003-09-01. ISBN 978-979-461-472-3.
- ^ Sjahdanulirwan, M. Sjahdanulirwan; Dachlan, A. Tatang (2013). "KAJIAN KEKESATAN PERMUKAAN PERKERASAN JALAN BETON ASPAL, BETON SEMEN, DAN BETON KARPET". Jurnal Jalan Jembatan. 30 (3): 152–163. ISSN 2527-8681.