Benteng Kalamata

museum di Indonesia

Benteng Kalamata adalah benteng yang dibangun oleh Portugis pada tahun 1540. Benteng Kalamata disebut juga Benteng Kayu Merah.[1] Disebut Benteng Kayu Merah karena berada kelurahan Kayu Merah, Kota Ternate Selatan.[2] Awalnya benteng ini bernama Santa Lucia, tetapi kemudian terkenal dengan Benteng Kalamata. Kalamata sendiri berasal dari nama Pengeran Kalamata, yakni adik dari Sultan Ternate Madarsyah.[3]

Sejarah

sunting
 
Benteng Kalamata di awal abad ke-20

Benteng Kalamata pertama atau Benteng Lusia kali dibangun oleh Portugis (Fransisco Serao) pada tahun 1540 untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan di Ternate.[1] Fungsi awal pendirian benteng yaitu sebagai benteng pertahanan dan penyerangan terhadap orang-orang Spanyol yang ada di Tidore. Benteng Kalamata didirikan di tepi pantai yang merupakan jalur lalu lintas strategis yang dapat dituju dari berbagai penjuru. Oleh karenanya, Benteng Kalamata diperebutkan oleh Spanyol, Inggris, Belanda serta Kesultanan Ternate. Keberadaan Portugis di Ternate mendapatkan perlawanan dari Sultan Baabulah. Masalah ini diawali dengan pembunuhan yang pembunuhan yang dilakukan Gubernur Jendral Portugis yang bernama Lopez de Mesquita kepada Sultan Ternate yang bernama Sultan Hairun Jamil. Pembunuhan tersebut diketahui masyarakat Ternate dan memicu kemarahan masyarakat Ternate. Selanjutnya Dewan Kehormatan Kerajaan dengan dukungan masyarakat Ternate menobatkan Kaicil Baab sebagai Sultan Ternate selanjutnya. Kaicil Baab mendapat gelar Sultan Baabullah Datu Syah. Tahun 1575 terjadi pertempuran besar antara kerajaan Ternate yang dibantu kerajaan sekitar berhasil mengusir Portugis yang ada di Ternate. Selanjutnya Kekuasaan ternate berada di bawah Kasultanan Ternate hingga meninggalnya Sultan Baabulah tahun 1583. Pada tahun selanjutnya benteng Santa Lusia dimabil alih oleh Spanyol. Benteng Santa Lusia difungsikan sebagai pos perdagangan rempah-rempah. Kemudian, pada tahun 1609 benteng kalamata diambil pemerintahan Hindia Belanda, oleh Gubernur Jenderal Pieter Both Benteng Kalamata mengalami pemugaran. Benteng Santa Lusia oleh pemerintah Hindia Belanda kembali difungsikan sebagai benteng pertahanan. Tahun 1624 oleh Gubernur Belanda yang Bernama Le Febre dan deputy Admiral Geen Huigen Schapenham mencoba untuk merenovasi ualng benteng Santa Lusia. namun setelah direnovasi, benteng Kalamata ditinggalkan begitu saja. Tahun 1627 Gills van Zeyst juga meninggalkan benteng Santa Lusia. Setelah ditinggal Spanyol, benteng ini diduduki oleh Belanda. Kemudian Tahun 1799 atas perintah dari Kolonel Reimer Benteng Kalamata diperbaiki oleh Mayor Van Lutzow. Perbaikan dengan menambahkan Parit yang digunakan untuk menghadapi musuh. Dan pada tahun 1810 benteng kalamata berhasil dierbut kembali oleh Belanda dan dikuasai hingga tahun 1843. Selanjutnya oleh Residen Van Helback benteng resmi dikosongkan. [4] Benteng Kalamata dipugar oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1994 dan diresmikan purna pugarnya pada tahun 1997.[5] Pada tahun 2005, Pemerintah Kota Ternate merenovasi benteng ini dengan menambahkan halaman dan rumah untuk penjaga benteng.[2]

Konstruksi

sunting

Benteng Kalamata didesain menyerupai empat penjuru mata angin yang memiliki empat bastion berujung runcing dan memiliki lubang bidik.[5] Pada bastion terdapat ceruk bidik pada keempat sisinya. Keempat sisi bastion tepat menghadap ke empat penjuru mata angin. Sesuai dengan tujuan awalnya yaitu sebagai benteng pertahanan dan bentang penyerangan pada Spanyol, Benteng Kalamata menghadap ke pulau Tidore dan Pulau Mitara. Benteng Kalamata tidak beratap sehingga apabila dilihat dari atas maka akan tanpak seperti kura-kura atau penyu. Bentuk kura-kura atau penyu ini pada benteng Kalamata tidak mempunyai pemaknaan yang khusus. Dinding benteng Kalamata terbuat dari susunan batu andesit dan batu karang yang direkatkan dengan kelero jenis batu kapur yang dihasilkan dari pembakaran karang yang selanjutnya dicampur dengan pasir yang ditembah dengan air hasil rendaman kulit pohon lubiri.[4] Benteng Kalamata berada di garis pantai dan bagian belakang benteng terlihat pulau Tidore dan Maitara.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ a b "Benteng-benteng Bersaksi dari Ternate". komunitashistoria.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-06. Diakses tanggal 5 Juni 2014.23.15. 
  2. ^ a b "Benteng Kalamata/ Benteng Santa Lucia/ Benteng Kayumerah (Kota Ternate)". wikimapia.org. Diakses tanggal 5 Juni 2014.11.00. 
  3. ^ a b "Benteng Kalamata". jalan2.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-06. Diakses tanggal 5 Juni 2014.11.00. 
  4. ^ a b Puspitasari, Arum (2 Desember 2020). "Keunikan Tiga Benteng Kalamata, Benteng Rotterdam dan Benteng Malborough (Tinjauan berdasarkan sejarah pembuatannya)". Tsaqofah & Tarikh: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan. 5 (2). 
  5. ^ a b "Menikmati pesona Laut Maluku dari atas Benteng Kalamata". wego.co.id. Diakses tanggal 5 Juni 2014.11.00. 

0°45′44″N 127°22′23″E / 0.76222°N 127.37306°E / 0.76222; 127.37306