Bengkel, Kediri, Tabanan

desa di Kabupaten Tabanan, Bali

8°35′22″S 115°05′36″E / 8.589563°S 115.093442°E / -8.589563; 115.093442

Bengkel
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenTabanan
KecamatanKediri
Kode pos
82121
Kode Kemendagri51.02.06.2001
Luas2,91 km²[1]
Jumlah penduduk2.242 jiwa(2016)[1]
2.269 jiwa(2010)[2]
2.390 jiwa(2021)[3]
Kepadatan780 jiwa/km²(2010)
Jumlah RT-
Jumlah RW-
Jumlah KK717[1]
Peta
PetaKoordinat: 8°35′22.427″S 115°5′36.391″E / 8.58956306°S 115.09344194°E / -8.58956306; 115.09344194


Bengkel adalah desa yang berada di kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, provinsi Bali, Indonesia.[4][5]

Demografi

sunting

Penduduk desa Bengkel sampai dengan Desember 2021 berjumlah 2.390 jiwa terdiri dari 1193 laki-laki dan 1197 perempuan dengan sex rasio 96,15.[1]

Sejarah

sunting

Untuk menuliskan sejarah Desa Bengkel tidaklah mudah bagi kami, karena tidak ditemukannya bukti - bukti autentik berupa prasasti atau sejenisnya yang dapat kami temukan untuk menjabarkan keberadaan Desa Bengkel. Namun dengan adanya cerita secara turun temurun, dapat kami informasikan asal muasal Desa Bengkel dengan cara yang sederhana.

Keterangan - keterangan lisan para tetua di Desa Bengkel mengatakan bahwa pada zaman dahulu di Desa Bengkel banyak ditemukan pohon yang bernama Bengkel. Pohon tersebut tumbuh rimbun dan lebat sehingga terlihat seperti hutan / alas. Saking lebatnya, kemudian sering disebut sebagai alas Bengkel. Dari kondisi itulah kemudian wilayah tersebut lama - lama kelamaan menjadi Desa Bengkel. Sampai saat ini, keberadaan pohon Bengkel tersebut masih ada.

Pada mulanya, Desa Bengkel dibagi atas dua bagian yaitu Bagian Timur disebut Bengkel Kangin dan Bagian Barat disebut Bengkel Kawan. Penduduk Bengkel Kawan dahulu kala diceritakan mengalami kendala kesulitan air. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan terhadap air tersebut, pada akhirnya sebagian penduduk yang tinggal di Bengkel Kawan pindah ke Selatan.

Pada daerah baru ini, banyak tumbuh pohon kelapa. Karena banyaknya pohon kelapa di daerah tersebut, masyarakat kemudian memanfaatkannya sebagai minyak kelapa ( dalam bahasa bali disebut lengis nyuh) yang menjadi sumber penghasilan penduduk yang ada di wilayah tersebut. Dalam proses pembuatan minyak kelapa tersebut (nandusin) terdapat sisa - sisa hasil produksi yang sering disebut Telengis. Dimana Telengis ini bisa dijadikan sebagai lauk oleh masyarakat setempat.

Karena daerah baru ini belum memiliki nama, maka nama yang diambil kemudian disesuaikan dengan kondisi saat itu, dimana masyarakat setempat banyak yang menggunakan Telengis sebagai bahan pangan hingga populer ke penduduk wilayah lain, maka akhirnya daerah tersebut diberikan nama Banjar Telengis.

Begitupun dengan Bengkel Kangin. Disebelah utara wilayah Bengkel Kangin diceritakan ada penduduk pendatang yang berasal dari Buduk, Munggu, Kerobokan. Karena penduduk diwilayah tersebut berkembang, maka akhirnya Bengkel Kangin juga dibagi menjadi dua bagian yaitu Bengkel Gede, dan Bengkel Buduk. Diberikan nama Bengkel Gede karena jumlah penduduknya disana paling tinggi waktu itu. Sedangkan disebut Bengkel Buduk untuk mengingatkan bahwa asal muasal penduduk yang ada disana adalah dari Buduk Munggu.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d "Kecamatan Kediri dalam Angka 2017". Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Diakses tanggal 16 Desember 2018. 
  2. ^ "Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010" (PDF). Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 1385. Diakses tanggal 14 Juni 2019. 
  3. ^ https://sid.desabengkel.id/first/wilayah.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  4. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  5. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 

Pranala luar

sunting