Bendungan Nahrawan

Sistem irigasi kuno di Persia, sekarang di Irak

Bendungan Nahrawan (Persia: کانال نرهوان) adalah sistem irigasi utama pada masa Sasaniyah dan periode Islam awal di Irak Tengah. Bendungan ini berada di timur Sungai Tigris dan di aliran Sungai Diyala. Dibangun pada abad ke-6 dan digunakan secara besar-besaran sebagai suplai air utama ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah, Bagdad. Bendungan ini kemudian ditinggalkan pada pertengahan abad ke-10 pada masa kemunduran Kekhalifahan Abbasiyah.

Sejarah

sunting
 
Bendungan Nahrawan di dekat Samarra yang sedang kering, difoto oleh Gertrude Bell pada tahun 1909.

Pembangunan saluran irigasi pertama di Sungai Diyala dilakukan pada masa Kekaisaran Parthia. Kemungkinan, bendungan ini dibangun diatas hilir Sungai Diyala.[1] Pembangunan sistem kanal besar-besaran terjadi pada masa abad pertengahan ketika masa pemimpin Sasaniyah, Khosrau I (m. 531–579), menjadi pemimpin daerah itu. Khosrau I juga membentuk distrik administratif baru (Bazidjan Khusraw). Pencetakan koin juga mungkin dibangun di kawasan ini.[1]

Pada awal periode Islam, kota Jisr al-Nahrawan yang berada di tengah-tengah bendungan adalah tempat terjadinya Pertempuran Nahrawan, tepatnya pada 17 Juli 658, antara Ali dan Khawarij dengan pemimpin bernama Abdullah bin Wahab.[1] Di bawah khalifah, dan lebih tepatnya pada masa Abbasiyah yang menjadikan Bagdad sebagai ibu kota mereka, kawasan ini dipecah menjadi tiga distrik, yaitu: Nahrawan Hulu, Tengah, dan Hilir.[1]

 
Peta Irak pada era Abbasiyah dengan Bendungan Nahrawan ditandai.

Bendungan ini dihancurkan pada 937/938 ketika pemberontakan Bajkam melawan Ibnu Ra'iq; Ibnu Ra'iq berusaha menghentikan pergerakan Bajkam dari Wasit menuju Bagdad dengan membanjiri kawasan sekitar bendungan. Langkah tersebut nyaris tidak menghalangi Bajkam, alih-alih menghancurkan pertanian di kawasan tersebut, yang menjadi lumbung ibu kota Abbasiyah.[1][2] Hugh N. Kennedy menulis, "penghancuran Bendungan Nahrawan adalah contoh dramatis fenomenan yang terjadi pada saat itu; dan secara simbolis menandai kehancuran kekuasaan Abbasiyah, setelah penghancuran Bendungan Marib yang menandai kehancuran masa pra-Islam di Arabia Selatan".[2] Pemukiman di Nahrawan Hilir dan Tengah ditingalkan hampir 14 tahun, hingga Kekaisaran Seljuk, melalui gubernur Bihruz berusaha untuk mengembalikan kota-kota ini. Namun, menurut Yaqut al-Hamawi, sejarawan pada abad ke-13, perpecahan antardaerah Seljuk sendiri yang menghentikan pembangunan kanal dan penggunaan bendungan sebagai jalan tentara justru menghancurkan bendungan. Desa-desa di sekitar bendungan ditinggalkan setelah itu.[1][3]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f Morony (1993), pp. 912–913
  2. ^ a b Kennedy (2004), p. 197
  3. ^ Le Strange (1905), pp. 59–60

Sumber

sunting