Belanjakan
artikel ini tidak memiliki pranala ke artikel lain. |
Belanjakan merupakan warisan budaya masyarakat Masbagik,"
Ada dua penamaan terhadap tradisi ini, Belanjakan dan Pelanjakan. Dua sebutan ini memiliki arti yang sama.
Belanjakan berasal dari suku kata bahasa Sasak (Lombok), yaitu “Lanjak” yang berarti menendang sambil mendorong. Diberikan imbuhan "Be" untuk menunjukan kegiatan itu sedang dipertunjukan. Dan kata Belanjakan disebutnya populer hingga sekarang.
Belanjakan merupakan pertarungan dua orang laki-laki dengan tangan kosong. kaki sebagai senjata dan tangan sebagai prisai.
Secara umum,, tradisi ini berkambang di masyarakat Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur. Pada permainan Belanjakan diperbolehkan satu lawan dua orang atau lebih, namun dalam perkembangannya dilaksanakan dengan system permainan satu lawan satu (duel).[1]
Tata Cara
suntingAwalnya rombongan dari beberapa desa datang ke arena pertandingan dan mengambil tempat pada salah satu sisi sesuai arah angin (barat-selatan, timur-barat). Pemain di sisi barat akan dipertemukan dengan lawan di sisi timur, pemain sisi utara akan dipertemukan dengan lawan di sisi selatan dan seterusnya. Permainan dipimpin oleh pengembar. Pengembar biasanya adalah pimpinan atau ketua kelompok masing-masing. Pada saat pengembar sisi barat telah mendapatkan jago dan telah masuk arena. Jago yang masuk arena biasanya memberi isyarat tantangan dengan menghentak-hentakkan kaki. Maka pengembar sisi timur harus mencari jago yang seimbang. Dalam permainan ini pemain sekaligus juga penonton. Jika kedua jago sudah merasa cocok, maka permainan dapat dilaksanakan. Tetapi bila salah satunya merasa takut atau keder, maka dibolehkan untuk mundur. Setelah ada kecocokan, maka keduanya berada di arena lalu gumbang yaitu semacam sesumbar. Selanjutnya wasit akan memeriksa jari pemain, karena pemain tidak boleh memanjangkan kuku, tidak boleh menggunakan cincin atau barang/benda yang dapat membahayakan lawan. Pakaian yang boleh dikenakan hanyalah bekancut yaitu semacam cawat dari kain. Wasit juga menyampaikan peraturan pertandingan termasuk larangan dan peringatan.
Pada saat permainan dimulai, pemain mulai saling tendang, saling sepak dan saling menghindar serta menepis. Pemain diperkenankan menangkap kaki lawan, menyepak dan melempar tubuh lawan kemana saja. Tindakan pemain harus berhenti ketika lawan berteriak "cop" yang artinya berhenti. Jika tidak ada yang menyerah, maka wasit bisa menghentikan permainan dengan mengatakan "sapih" yang artinya sama kuat.
Penentuan Pemenang
suntingUntuk menentukan pemenang dalam permainan ini adalah:
1. Pemain dinyatakan kalah apabila mengucapkan cop lebih dari tiga kali
2. Pemain dinyatakan kalah jika mengucapkan cop lebih banyak dari lawannya
3. Pemain dinyatakan kalah jika telah menyatakan menyerah
4. Pemain dinyatakan kalah jika melakukan kecurangan
Referensi
sunting- ^ Hamzuri, Drs (1998). Permainan Tradisional Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Permuseuman. hlm. 270.