Beijnes (1838 – 1963) dulunya adalah sebuah produsen gerbong, bus, kereta api, dan trem. Beijnes memiliki hubungan erat dengan Hollandsche IJzeren Spoorweg-Maatschappij (HIJSM)

Beijnes, di seberang Stasiun Haarlem, pada masa kejayaannya; sebuah ubin pernah diletakkan di aula untuk memperingati hari jadi ke-100. Aula asli ditampilkan di atas dan ekspansi "kembar" modern ditampilkan di bawah. Saat ini, tidak ada lagi yang tersisa, selain nama dari garasi parkir.

Sejarah

sunting
 
Grote Houtstraat 126, bekas lokasi bengkel milik A.J. Beijnes

J.J. Beijnes membuka sebuah toko kereta kuda di belakang St. Bavochurch di Riviervischmarkt, Haarlem pada tahun 1838.[1] Makin meningkatnya jumlah besi yang dibutuhkan untuk membuat kereta kuda pun membuat J.J. Beijnes menggabungkan bisnisnya dengan bisnis milik saudaranya, A.J. Beijnes, seorang pandai besi lokal, yang memiliki bengkel di Grote Houtstraat 126, di seberang Cornelissteeg di Haarlem.[1]

Kereta api

sunting

Jalur kereta api pertama di Belanda dibangun sejajar dengan kanal Haarlemmertrekvaart, untuk menghubungkan Amsterdam dengan Haarlem. Jalur ini resmi dibuka pada tanggal 20 September 1839. Untuk merawat kereta api di jalur ini, HIJSM mengontrak insinyur dari Inggris yang bekerja di perusahaan yang membuat lokomotif untuk HIJSM. Beijnes sangat ingin mendapat kontrak sejak awal, namun baru pada tahun 1855, Fabriek van Rijtuigen en Spoorwagens J.J. Beijnes memenangkan kontrak untuk merawat empat charabanc. Beijnes pun dibantu oleh J. Borski dan J. Gerken yang merupakan anggota dewan direksi HIJSM.

Setelah kontrak pertamanya tersebut, Beijnes tumbuh sangat cepat. Pada tahun 1858, Beijnes meletakkan batu pertama pembangunan fasilitas baru di seberang Stasiun Haarlem. Pada tahun 1870, Raja William III menganugerahkan gelar "Koninklijke" kepada Beijnes, sehingga namanya diubah menjadi Koninklijke Fabriek van Rijtuigen en Spoorwagens J.J. Beijnes. Pada tahun 1891, HSM, dengan dibantu oleh aktivis sosial, Daniel de Clercq, mendirikan sebuah sekolah kejuruan di Haarlem, untuk menyediakan tenaga terampil yang dibutuhkan oleh industri perkeretaapian yang sedang berkembang.[2] Pada tahun 1896, "aula kembar" selesai dibangun, sehingga Beijnes dapat merawat beberapa kereta sekaligus. Pada tahun 1914, Beijnes membangun "Staalhal" di Verspronckweg.

Kereta listrik

sunting

Pada tahun 1922, Beijnes mulai mengadakan eksperimen kereta listrik pertamanya. Beijnes kemudian memenangkan kontrak untuk membuat model yang disebut Mat.'24, atau dijuluki "blokkendozen" karena mirip seperti blok mainan, dan menuai sukses selama beberapa tahun. Kereta ini dapat melaju hingga 100 kilometer per jam dan lebih dari 98 unit pun berhasil dibuat, dengan unit terakhir dibuat pada tahun 1959. Setelah kesuksesan ini, Beijnes kembali berinovasi dengan kereta diesel-elektrik pada tahun 1933, yang disebut DE-3, yang kecepatannya dapat mencapai 125 kilometer per jam dan dirancang untuk kebutuhan ekspor. Mulai tahun 1935, 91 unit dari model Mat.'35, Mat.'36, Mat.'40, and Mat.'46 berhasil dibuat oleh Beijnes. Pada tahun 1939, perkeretaapian Belanda merayakan hari jadinya yang ke-100 dengan meluncurkan dua perangko. Satu perangko bergambar lokomotif pertama, (Arend), sementara perangko lainnya bergambar Mat.’36 buatan Beijnes.

Perang Dunia II

sunting

Perang Dunia II membuat Beijnes mengalami masalah keuangan. Perang membuat perjalanan internasional terhenti (kecuali perjalanan yang diinginkan Jerman). Produksi diesel-elektrik juga terhenti, termasuk produk DE 5 baru, yang dirancang pada tahun 1942 hingga 1944, bersama Werkspoor di Utrecht dan Allan di Rotterdam.

Pasca perang, mulai tahun 1950, Beijnes pindah ke pabrik baru di Beverwijk, di mana Beijnes memiliki stasiun kereta api sendiri. Beijnes pun pulih dari keterpurukan akibat perang, dan dengan peluncuran model baru ELD 4 pada tahun 1956 (disebut "hondekop", karena hidungnya terlihat seperti kepala anjing), Beijnes dapat menuai sukses selama beberapa tahun. Pada tahun 1959, Beijnes diambil alih oleh Verenigde Machine Fabrieken (VMF) dan pada tahun 1963, pabriknya resmi ditutup setelah menyelesaikan perakitan DE 140 terakhir.

Referensi

sunting
  1. ^ a b "Beijnes : een eeuw van arbeid : 1838 - 1 november - 1838"; by Henri Asselberghs with color plates by Herman Heijenbroek and drawings by Herman Moerkerk; Impressum Haarlem : Spaarnestad, 1938
  2. ^ Deugd boven geweld, Een geschiedenis van Haarlem, 1245-1995, edited by Gineke van der Ree-Scholtens, 1995, ISBN 90-6550-504-0, p555

Pranala luar

sunting