Basuki Probowinoto

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan
(Dialihkan dari Basoeki Probowinoto)

Ds. Basuki Probowinoto (19 Januari 1917 – 6 Januari 1989) adalah seorang Pendeta GKJ, Pendiri Parkindo, dan beberapa gerakan dalam dan antar-agama di Indonesia. Ia adalah anak dari pasangan Mateus Rahmat dan Rokayah.

Basuki Probowinoto
Basoeki Probowinoto
Informasi pribadi
Lahir(1917-01-19)19 Januari 1917
Tempurung, Tlogomulyo, Gubug, Grobogan, Jawa Tengah
Meninggal6 Januari 1989(1989-01-06) (umur 71)
Jakarta
KebangsaanIndonesia
Partai politikParkindo
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Riwayat Hidup

sunting

Sejak sekolah, Probowinoto dikenal sebagai anak cerdas, karena seringnya melakukan lompatan ke tingkat yang lebih tinggi. Setelah menempuh sekolah guru (HIK), Probowinoto justru ingin masuk ke sekolah theologi. Sambil menunggu ujian akhir kelulusan, karena ia mempunyai ijazah guru, Ia diminta mengajar untuk suatu sekolah di Purwodadi. Selain itu, ia kerap diundang untuk ceramah di berbagai gereja lokal. Setelah lulus, ia dipanggil oleh dua gereja yaitu di Purwodadi serta di Kwitang, Jakarta. Atas anjuran gurunya, ia memutuskan untuk melayani di Jakarta, yang katanya persoalannya sangat kompleks dan lebih mendesak.

Karier Politik

sunting

Berkaitan dengan kiprahnya di bidang politik. Ia cukup menonjol di antara beberapa pemikir Kristen, khususnya dari kalangan rohaniawan/pendeta/domine. Dengan statusnya sebagai pendeta, keberaniannya mengumpulkan beberapa tokoh Kristen untuk membentuk wadah bagi perjuangan kemerdekaan adalah salah satu karakternya yang menonjol. Pada masa pendudukan Jepang, kehidupan gereja juga mendapat pengawasan yang cukup ketat. Posisinya sebagai pendeta ditopang oleh kenalannya dengan sesama pendeta dari Jepang, membuatnya relatif lebih bisa bergerak untuk mengorganisasi kegiatan sosial dan politik. Namun, dia sendiri mengakui bahwa zaman Jepang menimbulkan ketakutan di masyarakat. Bahkan, menurutnya, saat itu ketakutan itu begitu luar biasa, sehingga para pemimpin juga merasa bahwa akan ada perpecahan oleh pendudukan Jepang tersebut.

Di bawah ancaman dan tuduhan loyal kepada Belanda, Probowinoto membangun kontak dengan tentara Jepang –melalui seorang pendeta Jepang—untuk memberikan keterangan mengenai perlakuan tak bersahabat tentara Jepang dan untuk menjelaskan posisi Kristen secara lebih objektif. Dengan langkah yang cukup bijaksana, Probowinoto senantiasa mendorong Kristen untuk berpihak kepada Republik, demi kemerdekaan.

Referensi dan pranala luar

sunting