Bara Pattiradjawane
Bara Raoul Pattiradjawane (lahir 9 Juli 1964) adalah seorang Jurutama masak, Penulis dan Bintang Iklan Kebangsaan Indonesia keturunan Ambon-Manado yang menjadi host di acara Gula-Gula yang ditayangkan di stasiun televisi Trans TV yang dimulai tahun 2005. Ia merasa kurang nyaman dijuluki celebrity chef. Ia telah menulis beberapa buku memasak antara lain Puding Dalam Gelas, Creative Cooking Strawberry, Creative Cooking Apel, Creative Cooking Jeruk, Masak Seru Bareng Si Tukang Masak dan Catatan Dari Balik Dapur Si Tukang Masak. Pada 1995, Ia membuka restoran yang dia beri nama GulaGoela.[1]
Bara Pattiradjawane | |
---|---|
Lahir | Bara Raoul Pattiradjawane 9 Juli 1964 Jakarta, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Nama lain | Bara Pattiradjawane |
Almamater | Webster University |
Pekerjaan | Jurutama masak, presenter televisi, penyiar radio |
Orang tua | Rose Lintong L. Pattiradjawane |
Biografi
suntingWajah pria kelahiran Jakarta, 9 Juli 1964, ini akrab di antara pemirsa televisi sebagai bintang iklan keju, dan host acara masak-memasak bertajuk gula-gula di Trans TV. Punya paras ganteng khas Indonesia Timur membuat Bara Pattiradjawane semakin dikenal oleh masyarakat. Para penggemar acara masak-memasak yang ditukangi Bara Raoul Pattiradjawane atau yang lebih dikenal dengan Bara Pattiradjawane pasti bisa membedakan gaya memasak pria berparas tampan ini dengan trademark memasak sembari diselingi gerakan cepat akrobatik ketika memegang perkakas memasak.
Sosok Bara memang piawai meracik berbagai bahan masakan. Ia gesit mengaduk adonan, memasukkan loyang ke oven. Ia juga terampil menghias makanan, sehingga terlihat menarik dan tentu bercita rasa tinggi. ia memang sudah lihai dalam urusan kuliner sejak umur 13 tahun. Bahkan Bara kecil menganggap dapur sebagai tambatan hatinya. Meski sempat malang melintang dengan kuliah di bidang politik, design dan modelling, pria berdarah Ambon-Manado ini akhirnya memilih kembali ke dapur untuk menjadi juru masak.
Bara Raoul Pattiradjawane terlahir sebagai anak bontot dari tiga bersaudara, pasangan Rose Lintong dan L. Pattiradjawane. Sang ayah bekerja di Kementerian Penerangan Republik Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru. Karena pekerjaannya itu, membuat keluarga nya sempat tinggal di berbagai negara. Umur tiga bulan ia dan keluarga nya sudah diboyong untuk tinggal di Bangkok, Thailand. Saat bertugas di Thailand keluarga Bara tinggal di sana selama tiga tahun. Setelah itu, pindah tugas ke Jerman Barat karena sang ayah ditugaskan di sana. Lagi-lagi baru tiga tahun keluarga nya harus kembali ke Indonesia. Sampai kemudian sekitar tahun 1976 Ayah Bara ditugaskan ke Belanda. Akhirnya mereka sekeluarga diboyong ke Belanda dan tinggal cukup lama di Negeri Kincir Angin.
Pada saat tinggal di Belanda inilah Bara tumbuh dan berkembang dan suka berkutat di dapur seperti sekarang ini. Pasalnya, selama tinggal di Belanda keluarga nya tidak memiliki pembantu. Ayah dan Ibu mendidik anak-anak nya termasuk bara untuk bisa mandiri sejak dini. Semua harus dikerjakan sendiri, termasuk menyiapkan makanan. Hobinya memasak juga timbul ketika tinggal di Belanda.
Memasuki usia sekolah, orang tua Bara Pattiradjawane memasukkan nya ke sekolah Indonesia, bukan sekolah Belanda ataupun sekolah Internasional. Sekolahnya ada di kawasan Wassenaar, Belanda. Sekolah ini kecil sekali, muridnya sedikit. Mungkin satu kelas hanya memiliki empat sampai enam murid saja. Total murid SD, SMP, dan SMA hanya 150 orang.
Tahun 1980 Bara Pattiradjawane meneruskan kuliah di Wina, Austria. Ia mengambil kuliah di Jurusan “International Relations” di Webster University karena pada saat itu ia ingin menjadi seorang diplomat seperti sang ayah. Sebagai seorang anak diplomat, pasti akan cepat diterima karena dianggap sudah berpengalaman dan memiliki kemampuan bahasa asing yang baik.
Lulus kuliah Hubungan Internasional pada tahun 1987, Bara Pattiradjawane langsung melanjutkan kuliah di Parsons School of Art And Design di Paris, Prancis. Itu salah satu bukti, bahwa Bara sejatinya memiliki banyak ketertarikan yang sangat kontras, dari politik bisa berubah drastis ke seni dan desain. Ia memilih sekolah itu karena itu merupakan sekolah ternama. Banyak perancang terkenal jebolan Parsons, di antaranya Donna Karan dan Calvin Klien. Namun sayang, ia tidak menyelesaikan kuliah nya di Paris karena sudah kembali ke Indonesia.
Tahun 1991, Bara kembali ke Indonesia dan memutuskan tinggal di Tanah Air. Keenakan tinggal di Indonesia, Bara akhirnya tinggalkan kuliah design di Prancis. Sebenarnya sayang karena untuk masuk ke sana sangat susah. Awal tinggal di Jakarta, Bara mendapat tawaran kerja di perusahaan modelling asal Singapura. Bara saat itu ditunjuk menjadi perwakilan perusahaan di Jakarta. Padahal ia buta soal dunia modelling di Indonesia. Oleh karena itu, pada awal kariernya ia bolak balik Jakarta–Singapura untuk belajar.
Bara Pattiradjawane bekerja di perusahaan modeling dari kurun waktu 1991-1997. Keputusan nya berhenti dari dari pekerjaan nya adalah karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada saat itu. Bara akhirnya berhenti bekerja dan memutuskan terjun 100 persen ke dunia dapur.
Tahun 2004, Bara Pattiradjawane ditawari menjadi kolumnis soal kuliner di majalah buatan sebuah mall besar di Jakarta Selatan. Setahun kemudian, profilnya ditulis dalam rubrik profil di majalah tadi. Nah, dari profil majalah itulah datang produser Trans TV, Rima Cynthia yang membaca profil Bara. Mei 2004, Rima Cynthia menghubungi untuk menjadi bintang tamu di acara Dorce Show. pada bulan Juni 2004, ia diundang lagi karena ibu-ibu senang dengan penampilan Bara di Dorce Show. Akhir Juni 2004, Bara akhirnya ditawari untuk dibuatkan acara sendiri di Trans TV.
Pada bulan Juli 2004, Rima menelepon dan mengatakan pada Bara bahwa program nya siap tanyang. Program masak yang Bara bawakan diterima manajemen Trans TV hingga mendapat izin syuting dan on air . Yang hebat, tayangan perdana Gula Gula (GG) mendapat share 9, Artinya, banyak disuka dan ditonton pemirsa televisi. Selain acara Gula-Gula, Bara Pattiradjawane juga sempat mengisi acara di Trans7 dengan tajuk “Bara Supercook”.
Acara TV
sunting- Gula Gula (Trans TV, 2005-2011)
- Bara Supercook (Trans 7)
- Dare To Cook With Bara (Kompas TV, 2014)
- Junior MasterChef Indonesia 2 (RCTI)
- Iron Chef Indonesia (RCTI)
Referensi
sunting- ^ (Inggris) Kurniasari, Triwik (11 Januari 2009). "Bara Pattiradjawane: Making people happy with cooking". The Jakarta Post. Diakses tanggal 1 Oktober 2011.