Banjaroyo, Kalibawang, Kulon Progo
Kalurahan Banjaroyo (bahasa Jawa: ꦏꦭꦸꦫꦲꦤ꧀ ꦧꦚ꧀ꦗꦫꦺꦴꦪꦺꦴ꧉, translit. Kalurahan Banjaraya) adalah Kalurahan/desa di Kapanewon Kalibawang, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalurahan ini berjarak 13,6 Km dari Candi Borobudur.[2]Selain itu, di sisi utara dan timur berbatasan langsung dengan Sungai Kali Progo yang menghubungkan dengan Jawa Tengah. Disini juga terdapat Masjid Sultan Agung, Gua Maria Sendangsono, dan Kantor Kapanewon Kalibawang.
Banjaroyo ꦧꦚ꧀ꦗꦫꦺꦴꦪꦺꦴ꧉ | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Daerah Istimewa Yogyakarta | ||||
Kabupaten | Kulon Progo | ||||
Kecamatan | Kalibawang | ||||
Kode pos | 55672 | ||||
Kode Kemendagri | 34.01.12.2004 | ||||
Luas | 16,81 Km | ||||
Jumlah penduduk | 8.521 jiwa (2024) [1] | ||||
Jumlah RT | 82 | ||||
Jumlah RW | 39 | ||||
Jumlah KK | 3.040 | ||||
Situs web | http://banjaroyo.desa.id | ||||
|
Geografi
suntingBatas Wilayah dan Topografi
suntingBanjaroyo merupakan Kalurahan paling utara di Kabupaten Kulon Progo yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah dengan Kabupaten Magelang, ini ditandai adanya tugu Gerbang Samudra Raksa di jembatan perbatasan Sungai Kali Progo.
Utara | Kec. Borobudur, Kab.Magelang, Jawa Tengah |
Timur laut | Kec. Ngluwar, Kab.Magelang,Jawa Tengah |
Timur | Kec. Ngluwar, Kab.Magelang, Jawa Tengah |
Selatan | Desa Banjarasri, Kec. Kalibawang, Kab.Kulon Progo |
Barat | Desa Sidoharjo, Kec. Samigaluh, Kab.Kulon Progo |
Barat laut | Kec. Borobudur, Kab.Magelang, Jawa Tengah |
Dengan ketinggian tanah yang bervariasi antara 84 hingga 484 meter di atas permukaan laut (MDPL), wilayah ini memiliki topografi berupa dataran tinggi.
Sejarah
suntingSebelum tahun 1947, terdapat beberapa Kalurahan yang ada di Banjaroyo yaitu
- Kalurahan Kalibawang (meliputi Pedukuhan Pantog Wetan, Pantog Kulon, Banjaran, dan Slanden);
- Kalurahan Klangon (meliputi Pedukuhan Klangon, Pranan, Potronalan, Beji, dan Kempong);
- Kalurahan Tanjung (meliputi Pedukuhan Tanjung, Duren Sawit, Plengan, dan Dlingseng);
- Kalurahan Tonogoro (meliputi Pedukuhan Semawung, Promasan, Semagung, Kajoran, Tonogoro, dan Puguh)
Hingga pada tahun 1947 disatukan menjadi Kalurahan Banjaroyo.[3]
Demografi
suntingKependudukan
suntingMenurut data Kementerian Dalam Negeri pada Juni 2024, Kalurahan Banjaroyo memiliki Jumlah Penduduk 8.521 jiwa, dengan rincian jenis kelamin 4.245 jiwa laki-laki 4.245 dan 4.276 jiwa perempuan. Selain itu, tercatat 3.040 Kepala Keluarga (KK) mendiami Kalurahan Banjaroyo, dengan 12 jiwa melakukan perpindahan penduduk, dan 3 jiwa meninggal dunia[4]
Agama
suntingBerdasarkan data Kementerian Dalam Negeri semester 1 tahun 2024, sebanyak 81,4% penduduk Kalurahan Banjaroyo menganut agama Islam. Kemudian penduduk yang beragama Kristen Katholik sebanyak 18,2%. Selebihnya beragama Kristen Protestan sebanyak 0,26%, Penduduk yang beragama Hindu sebanyak 0,01%. Untuk sarana rumah ibadah, terdapat masjid, mushola, 1 gereja Katolik dan kapel.
Agama | Jumlah Jiwa | % | Keterangan |
---|---|---|---|
Islam | 6.942 | 81,4% | |
Kristen Protestan | 23 | 0,26% | |
Kristen Katholik | 1.555 | 18,2% | Terdapat Gua Maria Sendangsono |
Hindu | 1 | 0,01% | |
Buddha | - | - | |
Konghucu | - | - | |
Kepercayaan terhadap Tuhan YME | - | - | |
Kalurahan Banjaroyo | 8.521 | 100% |
Status Perkawinan | Jumlah Jiwa | Keterangan |
---|---|---|
Belum Kawin | 3.374 | |
Kawin | 4.238 | |
Kalurahan Banjaroyo | 8.521 | |
Cerai Hidup | 175 | |
Cerai Mati | 734 | |
Kalurahan Banjaroyo | 909 |
Sosial Budaya
suntingEkonomi
suntingProduk Unggulan : Durian, Cokelat (KKO), Gula Jawa, dan Gula Kristal.
Pekerjaan | Jumlah Jiwa | Keterangan |
---|---|---|
Belum/Tidak Bekerja | 1.218 | |
Nelayan | - | |
Pelajar dan Mahasiswa | 1.453 | |
Pensiunan | 85 | |
Perdagangan | 2 | |
Mengurus Rumah Tangga | 867 | |
Wiraswasta | 761 | |
Guru | 69 | |
Perawat | 4 | |
Pengacara | - | |
Pekerjaan Lainnya | - | |
Kalurahan Banjaroyo | 8.521 |
Pendidikan
suntingPendidikan | Jumlah Jiwa | Keterangan |
---|---|---|
Tidak/Belum Sekolah | 1.072 | |
Belum Tamat SD | 764 | |
Tamat SD | 2.224 | |
SLTP | 1.718 | |
SLTA | 2.293 | |
D1 dan D2 | 28 | |
D3 | 94 | |
S1 | 312 | |
S2 | 16 | |
S3 | 0 | |
Kalurahan Banjaroyo | 8.521 |
Pemerintahan
suntingDaftar Kepala Kalurahan Banjaroyo:
- Tahun 1947-1957 oleh R. Djojo Atmojo
- Tahun 1957-1976 oleh Suto Harjo
- Tahun 1976-1996 oleh Darmo Suyitno
- Tahun 1996-2004 oleh R. Subadri
- Tahun 2004-2013 oleh B. Wiwin Windarta
- Tahun 2014-2020 oleh Anton Supriyono
- Tahun 2020-Sekarang oleh Yohannes Pius Cahyo Nugrohojati.[5]
Daftar Kepala Padukuhan
Kalurahan Banjaroyo terdiri dari 19 padukuhan.
No | Padukuhan | Nama Dukuh |
---|---|---|
1 | Pantog Wetan | Subadri |
2 | Pantog Kulon | Saryanto |
3 | Banjaran | Suharto |
4 | Slanden | Robertus Lambang Utama |
5 | Pranan | Porwanto |
6 | Potronalan | Ashari Hidayat |
7 | Klangon | Makfudin |
8 | Beji | Abdul Karim |
9 | Kempong | Supadi |
10 | Dlingseng | Sumarwanto |
11 | Plengan | Marsanto |
12 | Duren Sawit | Fransisca Dyan Putri Niati |
13 | Tanjung | Kuntarto |
14 | Kajoran | Damianus Sutaryana |
15 | Semagung | Emmanuel Karjana |
16 | Promasan | V. Sutardi |
17 | Semawung | Suharyanto |
18 | Tonogoro | Nuryanti |
19 | Puguh | Ika Astuti |
Pariwisata
suntingLokasi Wisata :, Kawasan Ancol, Makam Simbah Kyai Krapyak Tsani, Agro Durian, dan Duren Sawit.
- Bendungan Ancol
Merupakan sebuah bendungan yang berfungsi sebagai hulu dari Selokan Mataram, Selokan Van Der Wijk, dan Saluran Kalibawang. Menurut catatan sejarah, Bendungan Ancol dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1942 hingga 1951. Proyek ini merupakan inisiatif dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang sangat prihatin terhadap sistem kerja paksa yang diberlakukan oleh penjajah Belanda dan Jepang.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX mencari cara agar rakyatnya tidak dikirim untuk kerja paksa di luar daerah, sehingga tercetuslah ide pembuatan bendungan ini. Ide tersebut mendapat sambutan baik dari pemerintah Jepang.
- Embung Tonorogo
Merupakan tempat melihat matahari terbit dari Gunung Merapi dan Gunung Merbabu dari arah Banjaroyo.
- Gerbang Samudra Raksa
Tugu perbatasan ini mengusung konsep berupa kapal bercadik khas Nusantara sebagai perwujudan relief di Candi Borobudur.[6]
Galeri
suntingLihat Pula
sunting- Y.B. Mangunwijaya - Arsitek Sendangsono
- Franciscus Georgius Josephus van Lith - Misionaris asal Muntilan, tempat tercetusnya Gua Maria Sendangsono.
Referensi
sunting- ^ https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/
- ^ "Megahnya Gerbang Samudra Raksa Kulon Progo dan 3 Aktivitas yang Bisa Dilakukan". kumparan. Diakses tanggal 2025-01-09.
- ^ "SEJARAH DESA BANJAROYO". Kalurahan Banjaroyo (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2025-01-09.
- ^ "Visualisasi Data Kependudukan". gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2025-01-09.
- ^ "Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kalurahan Untuk Tahun Anggaran 2025". BKKBN. 2024-08-29. Diakses tanggal 2025-01-09.
- ^ Dewabara, Inu (2022-11-21). "7 Aktivitas Seru Saat Liburan Di Desa Wisata Banjaroya". Desa Wisata Banjaroya. Diakses tanggal 2025-01-09.