Baju koko adalah pakaian tradisional Tionghoa yang beradaptasi dengan budaya Indonesia. Baju koko merupakan model baju tradisional masyarakat Tionghoa secara turun temurun yang dikenal dengan nama Tui-Khim. Baju koko merupakan hasil perpaduan antara budaya Tionghoa dan Jawa.[1][2][3][4]

Etimologi

sunting

Istilah baju koko berasal dari laki-laki Tionghoa memakai Tui-Khim dikenal sebagai engko-engko. Dalam bahasa Indonesia, panggilan tersebut berkembang menjadi koko, sehingga baju yang dikenakan disebut baju koko.[1]

Sejarah

sunting

Pada abad ke-5 Masehi, baju koko mulai mengalami transformasi akibat terpengaruh dari pakaian yang dikenakan orang Tionghoa yang tiba di Indonesia. Mereka yang mendarat di Pulau Jawa, mulai berdagang dengan memakai pakaian yang kemudian dikenal sebagai Tui-Khim. Sementara masyarakat Betawi mengenal baju tersebut dengan sebutan baju Tikim, yakni bukaan di tengah dengan lima kancing.[5][6] Baju koko mulai muncul sebagai bagian dari perkembangan mode pada awal abad ke-20. Laki-laki Tionghoa di Indonesia masih menggunakan kostum tui-khim dan celana komprang (longgar) untuk pakaian sehari-hari. Baju koko juga berasal dari modifikasi dari baju tradisional Jawa, yaitu Surjan. Surjan merupakan salah satu pakaian adat Jawa yang khusus dipakai pria sehari-hari. Pakaian jenis ini bisa dipakai untuk menghadiri upacara-upacara resmi adat Jawa dengan dilengkapi blangkon dan bebetan. Surjan berasal dari kata Su dan ja, yaitu nglungsur wonten jaja (meluncur melalui dada), sehingga bentuk depan dan belakang panjang.[1][3]

Peran budaya dan identitas

sunting

Perkembangan baju koko di Indonesia mencerminkan perpaduan budaya dan adaptasi mode yang dinamis. Kini baju koko menjadi identik dengan pakaian Muslim, sering dikenakan saat beribadah, terutama di bulan Ramadan serta Perayaan Hari Raya Islam seperti Idulfitri dan Iduladha.

Dalam budaya populer

sunting

Tidak hanya untuk ibadah, baju koko juga sering dikenakan dalam acara-acara formal, semi-formal, dan bahkan acara santai. Dengan desain yang semakin variatif, menciptakan model baju koko yang modern dan lebih memiliki gaya yang bervariasi.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Isnaeni, Hendri F. (23 Agustus 2010). "Koko Masuk Islam". Historia. Diakses tanggal 27 Februari 2025. 
  2. ^ Arieza, Ulfa (5 April 2024). "Begini Asal Nama Baju Koko, Apa Maknanya?". Kompas.com. Diakses tanggal 27 Februari 2025. 
  3. ^ a b "Sejarah Baju Koko". Asumsi.co. Diakses tanggal 27 Februari 2025. 
  4. ^ Fahlevi, Mochamad Riza (29 Maret 2024). "Jejak Sejarah Baju Koko, Akulturasi Budaya Muslim Jawa-Tionghoa". SOC Lyfe. Diakses tanggal 27 Februari 2025. 
  5. ^ Saman, Faizal (5 April 2024). "Asal-usul dan Sejarah Transformasi Baju Koko, Simbol Pakaian Muslim di Indonesia". hulondalo.id. Diakses tanggal 27 Februari 2025. 
  6. ^ Akantu, Budi (19 Maret 2024). "Kenapa Baju Koko Jadi Baju Muslim?, Begini Sejarahnya!". rri.co.id (Radio Republik Indonesia). Diakses tanggal 27 Februari 2025.