Bahasa di Tiongkok
Terdapat ratusan bahasa di Tiongkok. Bahasa mayoritas adalah bahasa Tionghoa Baku, yang didasarkan dari dialek Beijing, di samping terdapat ratusan bahasa Tionghoa terkait, yang secara kolektif dikenal sebagai Hanyu (Hanzi sederhana: 汉语; Hanzi tradisional: 漢語; Pinyin: Hànyǔ, 'bahasa Han'), yang dituturkan oleh 92% penduduk. Bahasa-bahasa Tionghoa (atau 'Sinitik') biasanya terbagi dalam tujuh kelompok bahasa besar, dan studi mengenainya berada dalam disiplin akademik yang berbeda.[1] Bahasa-bahasa ini sangat berbeda dalam hal morfologi dan fonetik selayaknya perbedaan bahasa Inggris, Jerman dan Denmark, meskipun memiliki sistem penulisan yang sama (Hanzi) dan dapat saling memahami dalam bentuk tertulisnya. Selain itu terdapat sekitar 300 bahasa minoritas yang dituturkan hanya oleh 8% penduduk Tiongkok.[2] Bahasa-bahasa yang menerima dukungan dari pemerintah adalah bahasa Mongolia, Tibet, Uyghur dan Zhuang.
Bahasa di Tiongkok | |
---|---|
Resmi |
|
Isyarat | |
Bagian dari seri tentang |
Budaya Tiongkok |
---|
Hidangan |
Hari raya |
Menurut edisi Nationalencyklopedin tahun 2010, 955 juta dari 1,34 miliar penduduk Tiongkok saat itu menuturkan berbagai varietas dari bahasa Mandarin sebagai bahasa pertamanya, meliputi 71% populasi negara.[3] Menurut edisi Ethnologue tahun 2019, 904 juta orang di Tiongkok menuturkan berbagai varietas bahasa Mandarin sebagai bahasa pertamanya pada tahun 2017.[4]
Bahasa Tionghoa Baku, dikenal di Tiongkok sebagai Putonghua, didasarkan dari dialek Mandarin dari Beijing,[5] adalah bahasa nasional resmi yang dituturkan di Daratan dan berfungsi sebagai lingua franca di wilayah-wilayah berbahasa Mandarin (dan, dalam jumlah yang sedikit, di wilayah lainnya di Tiongkok daratan). Beberapa daerah otonom memiliki bahasa resmi tambahan. Misalnya, bahasa Tibet memiliki status resmi di Daerah Otonom Tibet dan bahasa Mongolia berstatus resmi di Mongolia Dalam. Kebijakan bahasa di Tiongkok tidak berlaku untuk Hong Kong dan Makau, yang memiliki bahasa resmi yang berbeda (Kanton, Inggris dan Portugis) daripada di Daratan.
Rujukan
suntingKutipan
sunting- ^ Dwyer, Arienne (2005). The Xinjiang Conflict: Uyghur Identity, Language Policy, and Political Discourse (PDF). Political Studies 15. Washington, D.C.: East-West Center Washington. hlm. 31–32. ISBN 1-932728-29-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-07-16.
Tertiary institutions with instruction in the languages and literatures of the regional minorities (e.g., Xinjiang University) have faculties entitled Hanyu xi ("Languages of China Department") and Hanyu wenxue xi ("Literatures of the Languages of China Department").
- ^ Lewis, M. Paul, ed. (2009). "Languages of China". Ethnologue: Languages of the World (edisi ke-16th). Dallas, Texas: SIL International.
The number of individual languages listed for China is 299.
- ^ Mikael Parkvall, "Världens 100 största språk 2007" (The World's 100 Largest Languages in 2007), in Nationalencyklopedin. Asterisks mark the 2010 estimates for the top dozen languages.
- ^ Eberhard, David M.; Simons, Gary F.; Fennig, Charles D., ed. (2019). "China: Languages". Ethnologue: Languages of the World (edisi ke-22nd). Dallas, Texas: SIL International.
- ^ Barnes, Dayle (1978). "The Language of Instruction in Chinese Communities". International Review of Education. 24 (3): 371–374. Bibcode:1978IREdu..24..371B. doi:10.1007/BF00598052. JSTOR 3443833.
Sumber
sunting- Artikel ini memuat teks dari Encyclopædia of religion and ethics, Volume 8, oleh James Hastings, John Alexander Selbie, Louis Herbert Gray, publikasi dari tahun 1916, sekarang berada pada domain umum di Amerika Serikat.
- Artikel ini memuat teks dari Burma past and present, oleh Albert Fytche, publikasi dari tahun 1878, sekarang berada pada domain umum di Amerika Serikat.