Bahan bakar kotoran hewan kering

Makalah ini membahas pemanfaatan kotoran hewan kering sebagai bahan bakar alternatif. Kotoran hewan, setelah dikeringkan, dapat diolah menjadi briket untuk mengurangi limbah dan emisi. Keuntungannya adalah ramah lingkungan dan ekonomis

Bahan bakar kotoran hewan kering (atau bahan bakar pupuk kandang kering) adalah feses hewan yang dikeringkan dalam rangka digunakan sebagai sumber bahan bakar. Bahan tersebut digunakan sebagai bahan bakar di beberapa negara di seluruh dunia.

Negara

sunting
 
Bahan bakar kotoran sapi yang dikeringkan

Afrika

sunting
 
Wanita Mesir membuat bahan bakar hewan kering "Gella"
  • Di Mesir, kotoran hewan kering (dari sapi & kerbau) dicampur dengan jerami atau sisa tanaman untuk membuat bahan bakar kering yang disebut kue kotoran "Gella" atau "Jilla" pada zaman modern dan ""khoroshtof"" pada abad pertengahan.[1] Orang Mesir Kuno menggunakan kotoran hewan kering sebagai sumber bahan bakar.[2] Kue kotoran dan sisa-sisa tanaman bangunan adalah sumber dari 76.4% dari energi bersih yang dikonsumsi di wilayah pedesaan Mesir pada 1980an.[3] Suhu pembakaran bahan bakar kotoran dalam sebuah eksperiman di desa Mesir yang membuat bahan bakar kue kotoran memproduksi
""maksimum 640 derajat C dalam 12 menit, turun menjadi 240 derajat C setelah 25 menit dan 100 derajat C setelah 46 menit. Suhu tersebut terjadi tanpa pengisian ulang bahan bakar.""[4]

Selain itu, kotoran unta juga digunakan sebagai bahan bakar di Mesir.

  • Lisu adalah kue dari bahan bakar kotoran sapi kering di Lesotho (lihat foto)
 
Gubuk-gubuk di sebuah desa di dekat Maseru, Lesotho. Bahan bakar yang digunakan pada perapian adalah kotoran sapi yang dikeringkan
 
Perapian memasak kotoran. Pushkar India.
 
Bahan bakar kotoran kerbau yang dikeringkan di atas sebuah tembok di sebuah desa etnis minoritas Hani di kabupaten Yuanyang, Yunnan, China
  • Nepal[5]
  • Iran sejak zaman pra-sejarah sampai zaman modern[6]
  • Di India, kotoran kerbau kering digunakan sebagai bahan bakar dan terkadang praktik keramat menggunakan bahan bakar kotoran sapi di beberapa wilayah di India. Kotoran sapi dikenal sebagai ""Gomaya"" atau ""Komaya"" pada India. Kue kotroan hewan kering disebut Upla dalam bahasa Hindi.[7]
  • Di Pakistan, kotoran sapi/kerbau digunakan sebagai bahan bakar.[4]
  • Bangladesh, bahan bakar sapi kering disebut Ghunte.
  • Afghanistan
  • Republik Kirgiz, kotoran digunakan secara khusus dipakai pada tungku rumahan, yang mengarahkan asap ke luar
 
Para prajurit AS berjaga di luar sebuah qalat yang dilapisi kotoran sapi yang dikeringkan di sebuah desa Afghanistan
 
Bahan bakar kotoran sapi dibakar di Ladang Bersejarah Gauchar, India
 
Pembuatan Komaya (bahan bakar kotoran sapi di India)
 
Kue-kue kotoran disiapkan untuk dijadikan bahan bakar di Ile de Brehat, Brittany, Prancis, sekitar 1900.
  • Kotoran hewan kering Rusia dikenal sebagai ""Kiziak"" yang dibuat dengan mengumpulkan kotoran hewan yang dikeringkan di stepa, merendamnya dalam air kemudian dicampur dengan jerami kemudian membentuknya dalam bentuk cakram yang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Bahan tersebut digunakan sebagai sumber bahan bakar pada musim dingin dan, sepanjang musim panas.[8]

Feses manusia

sunting

Feses manusia dapat juga dikeringkan dan digunbakan sebagai sumber bahan bakar jika kotoran tersebut dikumpulkan dalam sebuah toilet kering.

Sejarah

sunting

Kotoran hewan kering digunakan dari zaman pra-sejarah,[9] yang meliputi di Persia Kuno[6] dan Mesir Kuno. Di Guinea Khatulistiwa, arkeolog menemukan bahwa praktik[10] dan catatan kitab suci mengindikasikan bahwa kotoran manusia dan hewan digunakan sebagai bahan bakar.[11]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Egyptian cities and markets: What's behind a name? - Street Smart - Folk - Ahram Online". English.ahram.org.eg. 2012-06-28. Diakses tanggal 2012-10-11. 
  2. ^ "Al-Ahram Weekly | Chronicles |". Weekly.ahram.org.eg. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 2012-10-11. 
  3. ^ "Biogas Technology Transfer To Rural Communities In Egypt" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-11-23. Diakses tanggal 2012-10-11. 
  4. ^ a b "Dung & Archeology". Sas.upenn.edu. Diakses tanggal 2012-10-11. 
  5. ^ "Health Costs of Dung-Cake Fuel Use by the Poor in Rural Nepal" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-07-14. Diakses tanggal 2012-10-11. 
  6. ^ a b Miller, Naomi (1984-01-01). "The use of dung as fuel: an ethnographic example and an archaeological application | Naomi Miller". Academia.edu. Diakses tanggal 2012-10-11. 
  7. ^ "Animal Dung As A Source Of Energy In Remote Areas Of Indian Himalayas" (PDF). Diakses tanggal 2012-10-11. 
  8. ^ "Polish settlements in Russia during WW II". Polishresettlementcampsintheuk.co.uk. 1936-09-19. Diakses tanggal 2012-10-11. 
  9. ^ Mlekuž, Dimitrij (2009). "The materiality of dung: the manipulation of dung in Neolithic Mediterranean caves". Documenta Praehistorica. 36 (0): 219. doi:10.4312/dp.36.14. ISSN 1854-2492. 
  10. ^ Picornell Gelabert, Llorenç; Asouti, Eleni; Martí, Ethel Allué (2011). "The ethnoarchaeology of firewood management in the Fang villages of Equatorial Guinea, central Africa: Implications for the interpretation of wood fuel remains from archaeological sites". Journal of Anthropological Archaeology. 30 (3): 375–384. doi:10.1016/j.jaa.2011.05.002. ISSN 0278-4165. 
  11. ^ Ezekiel 4:12

Pranala luar

sunting