Babi di Indonesia diternakkan oleh penduduk lokal khususnya di Nusa Tenggara Timur dan Bali.

Babi bali

sunting

Babi bali merupakan jenis babi lokal di Indonesia yang dijadikan sebagai ternak.[1] Habitatnya berpusat di Pulau Bali bagian timur khususnya di Kabupaten Karangasem. Jenis babi di Pulau Bali bagian timur adalah babi liar. Sementara di bagian utara, tengah, barat, dan selatan Pulau Bali, jenis babi yang diternakkan adalah hasil persilangan antara babi liar dengan babi yang diimpor dari Tiongkok Selatan.[2]

Populasi

sunting

Populasi babi di Indonesia berpusat di Bali, Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan Papua.[3] Babi dijadikan salah satu komoditas peternakan di Indonesia. Statistik pada tahun 2016 menunjukkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki populasi ternak babi tertinggi di Indonesia. Jumlahnya sebanyak 1.871.717 ekor. Kemudian populasi babi tertinggi pada tahun yang sama berada di Bali (803.920 ekor), Sumatera Utara (1.120.261 ekor), Sulawesi Selatan (688.019 ekor), Papua (738.714 ekor), Sulawesi Utara (427.450 ekor), Kalimantan Barat (598.263 ekor), Sulawesi Tengah (262.115 ekor), Kepulauan Riau (331.574 ekor), dan Kalimantan Tengah (201.104 ekor).[4]

Sentra peternakan

sunting

Provinsi Nusa Tenggara Timur

sunting

Babi merupakan salah satu komoditas peternakan terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peternakan babi di Nusa Tenggara Timur menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakatnya yang sebagian besar bukan muslim. Babi yang diternakkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah babi lokal. Pemasaran ternak babi di Nusa Tenggara Timur didukung oleh kondisi perayaan adat dan upacara keagamaan yang menjadikan babi sebagai salah satu kebutuhan dalam pelaksanaannya. Populasi ternak babi di Nusa Tenggara Timur lebih banyak dibandingkan dengan jenis ternak lainnya.[5]

Di Pulau Timor, jenis babi lokal yang diternakkan adalah hasil domestikasi babi hutan.[6]

Pulau Bali

sunting

Peternakan babi oleh penduduk di Pulau Bali merupakan hal yang umum. Hampir di setiap rumah tangga di Pulau Bali mengadakan peternakan babi. Babi dijadikan sebagai salah satu kebutuhan dalam pelaksanaan kegiataan upacara adat maupun keagamaan. Di Kabupaten Karangasem, terdapat fanatisme untuk hanya menggunakan babi dari jenis babi bali saja dalam setiap ritual adat dan keagamaan.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ Giarda, W. B., dan Nugrahini, Y. L. R. E (2020). "Potensi Daging Babi Bali untuk Membantu Menyokong Kembali Perekonomian Indonesia: Review". Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-44 UNS Tahun 2020 “Strategi Ketahanan Pangan Masa New Normal Covid-19”. 4 (1): 389. 
  2. ^ a b Sumardani, N. L. G., dan Ardika, I. N. (2016). "Populasi dan Performa Reproduksi Babi Bali Betina di Kabupaten Karangasem Sebagai Plasma Nutfah Asli Bali" (PDF). Majalah Ilmiah Peternakan. 19 (3): 106. ISSN 0853-8999. 
  3. ^ Soewandi, B. D. P., dan Talib, C. (2015). "Pengembangan Ternak Babi Lokal di Indonesia" (PDF). WARTAZOA. 25 (1): 39. 
  4. ^ Dewi, Gusti Ayu Mayani Kristina (2017). Materi Ilmu Ternak Babi (PDF). Fakultas Peternakan Universitas Udayana. hlm. 1. 
  5. ^ Wea, Redempta. "Performans Produksi dan Reproduksi di Kodya Kupang" (PDF). PArtner. 16 (1): 21. 
  6. ^ Fuah, A. M., dkk. (2021). "Performa Sumber Daya Genetik Babi Lokal (Sus scropa domesticus) di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur" (PDF). Buletin Plasma Nutfah. 27 (2): 90.