Atiek CB

penyanyi dan pemeran perempuan asal Indonesia

Atiek Prasetyawati (lahir 25 Mei 1963) atau lebih dikenal dengan nama Atiek CB adalah salah satu penyanyi asal Indonesia yang memiliki hits terbanyak di industri musik Indonesia.[4]

Atiek CB
LahirAtiek Prasetyawati
25 Mei 1963 (umur 61)
Kediri, Jawa Timur, Indonesia
Pekerjaanpenyanyi
Tahun aktif1981 – sekarang
Suami/istri
Anak
  • Kyna Anne Smith[3]
  • Kendal Smith
Spotify: 70aLfobQfRHIKpTDimluea iTunes: 886994470 Musicbrainz: 8a06b453-b8ec-4070-9500-2495e09e8fa5 Allmusic: mn0003463169 Modifica els identificadors a Wikidata

Populer pada era 80-an sampai 2000-an awal, penyanyi yang indentik dengan kacamata hitam dan suara khas ini dikenal dengan gayanya yang ekspresif. Ia dikenal melalui sejumlah lagu hitsnya seperti Risau, Akh, Permohonan, Suka - Suka, Kekang, Optimis, Maafkan, Terserah Boy, Dia, Berhentilah, Kau Dimana, Terapung yang masih sering terdengar di radio-radio. Beberapa diantaranya juga direkam ulang oleh artis lain.[5]

Kehidupan awal

sunting

Atiek CB mengawali karier menyanyi di usia yang masih sangat belia. Sejak masih sekolah di SMP Negeri 1 Kediri, Atiek sudah dikenal sebagai remaja yang sangat suka bernyanyi di pentas-pentas sekolah maupun diluar sekolah bersama bandnya CB Band. Nama CB lah, yang berarti Canda Birawa, yang kelak dijadikan nama belakangnya sampai sekarang.[6]

Memasuki bangku SMA Negeri 2 Kediri, Atiek semakin giat menekuni dunia menyanyi, Tak hanya di pentas - pentas, Atiek mencoba ikut audisi di sebuah acara yang sangat populer di Jawa Timur yang menampilkan penyanyi - penyanyi baru di TVRI Surabaya. Sejak dinyatakan lolos audisi, wajahnya mulai sering tampil di satu-satunya televisi di Surabaya waktu itu.

Karier

sunting

Memasuki Dunia Rekaman

sunting

Karena wajahnya semakin dikenal di Jawa Timur dengan gayanya yang lincah, beberapa tawaran rekaman pun datang. Adalah sebuah perusahaan rekaman di Surabaya yang sempat merilis beberapa album awal Atiek. Sampai akhirnya tawaran datang dari sebuah label rekaman besar di Jakarta milik musisi besar A Riyanto, yakni Arco Record. Sebelumya A. Riyanto juga sudah berperan di album - album Atiek waktu masih di Jawa Timur. Mendapat tawaran rekaman dari ibu kota, Atiek terpaksa harus meninggalkan bangku kuliahnya di Malang. Album Nusantaraku, Nusantara 2, Nusantara 3 dan Nusantara 7 yang digarap bersama A. Riyanto dari tahun 1980 sampai 1983 belum mendapatkan respon yang menggembirakan di blantika musik Indonesia. Tahun 1984, Atiek CB merilis album terakhirnya bersama A. Riyanto berjudul Ilusi Pagi, dan lagu berjudul sama dengan albumnya Ilusi Pagi cukup mendapatkan sambutan dari radio-radio. Nama Atiek CB pun mulai diperhitungkan.

Transisi

sunting

Belum lama merilis album Ilusi Pagi, pada tahun yang sama 1984 Atiek CB mendapatkan kontrak dengan perusahaan rekaman bergengsi waktu itu, Purnama Record. Sebuah label rekaman yang dihuni oleh artis - artis besar di industri musik Indonesia. Di label barunya ini Atiek seolah dimanjakan, dia dipercaya sepenuhnya mengubah genre musiknya sesuai dengan keinginannya, Dan Atiek pun dipertemukan dengan musisi - musisi muda yang sudah memiliki reputasi bagus sebelumnya. Erwin Gutawa dipercaya sebagai Music Director album yang diberi judul Transisi ini. Diberi judul Transisi karena album inilah Atiek CB memasuki era baru bermusiknya. Lagu "Risau" karya Cecep AS dipilih sebagai lagu jagoan untuk radio. Lirik puitis, aransemen musik yang dark dan cara menyanyi Atiek yg ekspresif menjadikan lagu ini cepat populer. Radio-radio swasta di Indonesia menempatkan Risau di tangga lagu nomor 1 selama berminggu-minggu di awal tahun 1985. Atiek CB pun mulai dikenal sebagai penyanyi dengan kacamata hitam karena ketika pemotretan cover album tiba-tiba Farid Hardja yang ada di lokasi meminjamkan kacamata hitam miliknya dan semua orang di sekitar sepakat Atiek CB cocok dengan gaya itu.

Sukses album Transisi menempatkan Atiek CB di jajaran solois wanita yang disegani. Namanya mulai disejajarkan dengan beberapa penyanyi papan atas Indonesia pada masa itu. Tahun 1985 Atiek CB kembali merilis album berikutnya yang berjudul Di Sudut Kemegahan Hidupnya. Di album ini Atiek CB didukung oleh musisi senior Bartje Van Houten. Sayangnya album ini kurang mendapat sambutan jika dibandingkan dengan Transisi. Meskipun lagu "Di Dalam Khayalku" sempat jadi radio hit. Tercatat sebelum album ini Purnama Record sempat merilis "Antara Anyer dan Jakarta" tanpa disertai promosi yang memadai. Menurut Atiek CB, lagu "Antara Anyer dan Jakarta" direkam selama proses pembuatan album Transisi tetapi tidak cukup dimasukkan album, sehingga dirilis terpisah dengan tambahan lagu-lagu lama. Lagu ciptaan Oddie Agam ini baru menjadi hit besar ketika Sheila Majid dari Malaysia merekam ulang dengan versi yang beda dan dipromosikan secara besar-besaran sebagai perkenalan Sheila di Indonesia. Namun hal ini tak berpengaruh sedikitpun bagi Atiek CB karena tahun yang sama Atiek merilis album Akh yang melejitkan hit "Akh", "Permohonan", "Di Bibirku Ada Cinta" dan "Apa Lagi". Lagu "Akh" yang sekaligus dijadikan judul album adalah sebuah lagu pop-rock garapan Cecep AS yang sebelumya menciptakan hit "Risau", penata musik di album ini adalah Youngky Soewarno. Di sela-sela kesibukan menggarap album-album solonya, antara tahun 1985-1986 Atiek CB juga sibuk terlibat di proyek-proyek lain seperti Suara Persaudaraan, sebuah proyek garapan James F. Sundah yang terinspirasi sukses USA for Africa. Melibatkan puluhan musisi dan penyanyi Indonesia, Atiek dipertemukan dengan Nicky Astria dan Ikang Fawzi menyanyikan lagu "Ku Ajak Kau Kembali".

Selain juga, Atiek pernah bergabung dalam grup vokal Rumpies, bersama Trie Utami, Malyda, dan Vina Panduwinata yang mempopulerkan lagu "Nurlela". Ia juga pernah bergabung dengan grup Adarapta bersama Titiek Hamzah, Titi DJ dan Endah Soebroto , dimana mereka merilis ulang lagu-lagu milik Dara Puspita.

Pada tahun 90-an Atiek, juga pernah tersandung masalah, saat sampul albumnya terdapat gambar palu dan arit yang tak lain adalah lambang partai komunis yang terlarang di Indonesia.

Kehidupan pribadi

sunting

Ketika Atiek berusia 25 tahun, ia menikah dengan personil Trio Libels, Ronny Sianturi yang baru berusia 23 tahun. Pernikahan tak sampai 3 tahun itu tidak membuahkan anak.[1] Ia bercerai dengan Ronny pada tahun 1994 dan kemudian menikah dengan Lawrence Smith. Atiek bersama suami keduanya menetap di Delaware, Amerika Serikat dan menjadi warga negaranya.[7] Keduanya dikaruniai dua anak bernama Kyna Anne Smith dan Kendall Smith.[3]

Atiek juga disebut mengalami gangguan kesehatan mental bipolar sejak lama, yang merupakan turunan dari keluarga besarnya karena sang nenek merupakan penderita schizophrenia. Gangguan tersebut ternyata juga menurun pada kedua anak Atiek yang menderita gangguan bipolar. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara yang ia lakukan ialah dengan menyanyi sehingga ia merasa lebih baik.[8]

Diskografi

sunting

Album Solo

sunting

Bersama Rumpies

sunting
  • Nurlela - 1989
  • Nurlela Tabahkan Hatimu
  • Aku Rindu Suasana Jatuh Cinta
  • Pacarku

Bersama 7 Bintang

sunting
  • Jalan Masih Panjang
  • Jangan Menambah Dosa
  • Semua Milik Tuhan

Kolaborasi lain

sunting

Album lain

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Administrator (30 Oktober 1993). "Masih semaunya". Tempo.co. Diakses tanggal 25 Desember 2020. 
  2. ^ Redva. "5 Selebriti Tanah yang Memutuskan Tidak Lagi Menjadi WNI". Halogeet.com. Diakses tanggal 25 Desember 2020. 
  3. ^ a b "Cerita Atiek CB soal Anaknya yang Tak Tahu Ibunya Populer". Kumparan. 12 April 2019. Diakses tanggal 25 Desember 2020. 
  4. ^ Rantung, Revi C. (13 April 2019). "Rayakan 4 Dekade Berkarya, Atiek CB Gelar Konser Tunggal". Okezone.com. Diakses tanggal 25 Desember 2020. 
  5. ^ "Aransemen Ulang Lagu Lama Lagi Musim". detikcom. 4 Februari 2005. Diakses tanggal 25 Desember 2020. 
  6. ^ "Profil Atiek CB". Kapanlagi.com. Diakses tanggal 25 Desember 2020. 
  7. ^ "4 Selebritis Ini Pilih Pindah Kewarganegaraan Keluar Indonesia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-23. Diakses tanggal 20 Maret 2019. 
  8. ^ "Atiek CB Untuk Kesehatan Mental". Media Indonesia. 14 April 2019. Diakses tanggal 25 Desember 2020.