Asmawinangoen
Asmawinangoen (dengan nama lengkap M.W Asmawinangoen) adalah seorang sastrawan Jawa terbaik pada kurun waktu 1925-1930, khususnya di bidang prosa.[1] Belum ada yang mengetahui biografi lengkap tentang beliau seperti kapan lahirnya, perkawinannya, serta bagiamana kondisi keluarganya, namun diduga bahwa beliau berasal dari keluarga priayi dan juga keluarga pendidik. Hal ini dapat ditelusuri dari kebiasaan masyarakat Jawa waktu itu dimana keluarga pribumi yang mendapatkan pendidikan formal Belanda hanya keluarga priayi atau pegawai pada pemerintahan kolonial Belanda.
Asmawinangoen dikenal sebagai novelis di Balai Pustaka yang produktif. Sebagai pengarang sebelum masa kemerdekaan di Balai Pustaka, Asmawinangoen bersama dengan rekan-rekannya seperti Saleh Sastramihardo dan Kusrin Darmaharsana dipekerjakan untuk menyiapkan bahan bacaan bagi warga pribumi. Asmawinangoen telah menulis tidak kurang dari lima buah novel, antara lain Saking Papa dumungi Mulya, Mungsuh Munging Cangklakan dan Pepisahan Pitulukur Taun. Asmawinangoen tidak hanya menulis novel Jawa, namun di akhir masa kepengarangannya, ia juga mengubah novel berbahasa Indonesia berjudul Merak Kena Jebak. Novel ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda oleh R. Satyadibrata dengan judul Istri Kasasar.
Novel-novel karya Asmawinangoen diklasifikasikan menjadi dua, yaitu novel detektif dan non detektif. Dalam sejarah sastra Jawa, ia menjadi pelopor penulisan cerita detektif yang kemudian menjadi kiblat bagi pengarang selanjutnya. Visi kepengarangan M.W Asmawinangoen terlukis dari amanat cerita dalam novel-novelnya yaitu untuk mendorong masyarakat memasuki kehidupan modern yang bebas tanpa melupakan pentingnya moral dan cita keteladanan.
Referensi
sunting- ^ Priyo., Prabowo, Dhanu (2010). Ensiklopedi sastra Jawa. Kementerian Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa, Balai Bahasa Yogyakarta. ISBN 9789791852357. OCLC 801810329.