Aruh Ganal adalah upacara yang dilakukan oleh suku Dayak Meratus setelah panen sebagai cara untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka kepada hasil panen yang telah mereka panen. Upacara ini juga digunakan sebagai doa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Nining Bahatara agar hasil panen berikutnya melimpah dan hama perusak tanaman tidak muncul. Sebagai cara untuk menunjukkan rasa terima kasih warga, Aruh Ganal dilaksanakan selama bulan Juli. Upacara Aruh Ganal biasanya di hadiri oleh orang-orang di luar Kabupaten Hulu Sungai Selatan, seperti Banjarmasin dan Banjarbaru serta Wisatawan lokal dan asing juga menghadirinya.[1]

Makna yang terkandung dalam sarana dan prasarana dalam Aruh Ganal adalah sarana yaitu bermakna sebagai simbol-simbol kekuasaan Nining Bahatara/Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan prasarana bermakna sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala menifestasi-Nya yang dipersembahkan secara tulus dan ikhlas.[2]

Tujuan pelaksanaan upacara Aruh Ganal

sunting

Upacara ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan langkah-langkah dan kebijaksanaan yang diperlukan untuk membangun wilayah Banua Banjar. Ini juga menjadi tempat untuk berbicara tentang perkembangan wilayah dan menunjukkan solidaritas dan gotong-royong di antara masyarakat Banjar.[3]

Tahapan pelaksanaan ritual Aruh Ganal

sunting

Semua proses yang termasuk di dalamnya, mulai dari manabas, batabang, manyalukut, mamanduk, bamata umang, menanam tanaman, merabon tanaman, bapalas tanaman, manyampuk tanaman, mangatam, dan acara utama, ritual Aruh Ganal, di mana pengetahuan diberikan secara lisan kepada generasi perusnya. Kedua, melalui ritual Aruh Ganal, orang dididik untuk hidup dengan berpedoman pada ajaran Nining Bahatara melalui para leluhur terdahulu. Nilai-nilai pendidikan Hindu yang ditemukan dalam ritual Aruh Ganal di masyarakat Hindu Meratus di Kecamatan Piani termasuk nilai religius, upakara, Tri Hita Karana, sosial, budaya, etika, toleransi agama, dan estetika. Ketiga, nilai-nilai pendidikan yang diajarkan oleh ritual Aruh Ganal di masyarakat Hindu Meratus sangat signifikan. Nilai-nilai ini termasuk nilai religius seperti mengaji balian, menghormati datu moyang, meningkatkan sradha dan bhakti, nilai pewarisan budaya, nilai sosial, nilai sumber daya alam, dan nilai seni budaya.[4]

Fungsi tari Babangsai dalam upacara Aruh Ganal

sunting

Tari Babangsai digunakan sebagai cara untuk menghormati dan memuja semua yang mereka sakralkan selama upacara. Tarian ini selalu terhubung dengan upacara Aruh Ganal dan menjadi bagian integral dari ritual tersebut. Melambangkan rasa terima kasih dan penghormatan kepada para roh nenek moyang dan penguasa alam lainnya, digunakan dalam upacara Aruh Ganal. Ini menegaskan bahwa tari Babangsai memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan masyarakat. Mereka secara konsisten mempertahankan nilai-nilai keagamaan dan tradisi melalui seni, yang merupakan bagian penting dari kehidupan. Tari Babangsai tidak hanya memiliki tuan ritual, tetapi juga memiliki nilai moral yang besar, seperti membangun solidaritas dan kesatuan keluarga. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat Dayak Loksado terus menganut kepercayaan Kaharingan dan menunjukkan rasa terima kasih dan kesenangan melalui tarian. Oleh karena itu, tari Babangsai lebih merupakan penyatuan manusia dengan Tuhan dan alam sekitarnya, daripada hanya produk hiburan yang menunjukkan kekuatanya.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ Rahmani, Rahmani; Dana, I Wayan (2017-04-21). "Fungsi Tari Babangsai Dalam Upacara Aruh Ganal Di Desa Loksado Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan". JOGED. 8 (2). doi:10.24821/joged.v8i2.1602. ISSN 1858-3989. 
  2. ^ Rahmani, Rahmani; Dana, I Wayan (2017-04-21). "Fungsi Tari Babangsai Dalam Upacara Aruh Ganal Di Desa Loksado Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan". JOGED. 8 (2). doi:10.24821/joged.v8i2.1602. ISSN 1858-3989. 
  3. ^ Borneo, Admisi Husada (2023-10-21). "Berikut Upacara Adat di Kalimantan Selatan | STIKES HUSADA BORNEO BANJARBARU" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-03-06. 
  4. ^ Magriaty, Riry (2025-02-25). "Strategi Pengembangan Pariwisata Kawasan Geopark Meratus Provinsi Kalimantan Selatan, Studi Kasus: Kecamatan Piani Kabupaten Tapin". Journal of Regional and Rural Development Planning. 9 (1): 87–111. doi:10.29244/jp2wd.2025.9.1.87-111. ISSN 2549-3930. 
  5. ^ Rahmani, Rahmani; Dana, I Wayan (2017-04-21). "Fungsi Tari Babangsai Dalam Upacara Aruh Ganal Di Desa Loksado Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan". JOGED. 8 (2). doi:10.24821/joged.v8i2.1602. ISSN 1858-3989.