Argumen ontologis adalah argumentasi yang membuktikan keberadaan dari Tuhan melalui perwujudan sosok yang maha sempurna.[1] Banyak argumen yang masuk ke dalam kategori ontologis, dan argumen semacam ini biasanya berkaitan dengan yang-ada atau pengada. Dalam kata lain, argumen ontologis cenderung dimulai dengan teori a priori mengenai susunan alam semesta. Jika struktur susunan itu benar, argumen itu akan menyampaikan alasan mengapa Tuhan harus ada.

Anselmus adalah orang pertama yang mengemukakan argumen ontologis untuk membuktikan keberadaan Tuhan

Argumen ontologis pertama dalam tradisi Kekristenan Barat[2] dikemukakan oleh Anselm dari Canterbury dalam karyanya dari tahun 1078 yang berjudul Proslogion. Anselm menyatakan bahwa Tuhan adalah pengada yang tidak dapat dipikirkan sesuatu yang lebih besar daripadanya. Menurutnya, pengada yang ada sebagai gagasan di dalam pikiran sekaligus ada dalam kenyataan merupakan pengada yang lebih besar daripada pengada yang hanya ada sebagai gagasan di dalam pikiran. Maka dari itu, jika Tuhan itu hanya ada sebagai gagasan di dalam pikiran, maka seharusnya dapat dibayangkan pengada yang lebih besar daripada Tuhan. Namun, tidak ada pengada yang lebih besar daripada Tuhan karena bertentangan dengan premis dasar bahwa Tuhan tidak dapat dipikirkan sesuatu yang lebih besar daripadanya. Maka dari itu, Tuhan tidak mungkin hanya berupa gagasan di dalam pikiran dan memang sungguh ada di dunia nyata.

Argumen ini menuai banyak kritikan. Contohnya adalah Gaunilo dari Marmoutiers yang hidup sezaman dengan Anselm. Ia menggunakan analogi "pulau yang lebih indah" daripada pulau lain yang pernah ada. Jika argumen Anselm dipakai untuk pulau ini, maka pulau semacam itu tentunya harus ada, karena pulau yang memang ada tentunya akan lebih indah. Thomas Aquinas menolak argumen ini karena menurutnya manusia tidak dapat mengetahui sifat Tuhan. Selain itu, David Hume berpendapat bahwa pembuktian tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan penalaran a priori. Sementara itu, Bertrand Russell menegaskan perbedaan antara eksistensi dan esensi, dan ia menyatakan bahwa esensi seseorang dapat dideskripsikan, tetapi keberadaan orang itu sendiri masih dipertanyakan.[3]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Nuruddin, Muhammad (2021). Hal-Hal yang Membingungkan Seputar Tuhan. Depok: Keira. hlm. 30. ISBN 978-623-7754-64-0. 
  2. ^ "There are three main periods in the history of ontological arguments. The first was in 11th century, when St. Anselm of Canterbury came up with the first ontological argument." Miroslaw Szatkowski (ed.), Ontological Proofs Today, Ontos Verlag, 2012, hlm. 22.
  3. ^ Russell, Bertrand (1972). History of Western Philosophy. Touchstone. hlm. 536. ISBN 0-671-20158-1.  (Book 3, Part 1, Section 11)

Bacaan lanjutan

sunting
  • Freddoso, Alfred J. (1983). The Existence and Nature of God: The Ontological Argument. University of Notre Dame Press. 
  • Gracia, Jorge J. E.; Gregory M. Reichberg; Bernard N. Schumacher (2003). The Classics of Western Philosophy: A Reader's Guide. Blackwell Publishing. ISBN 0-631-23611-2. 
  • Hartshorne, Charles (1962). The Logic of Perfection. LaSalle, Il.: Open Court. 
  • Jori, Alberto (June 2002). "Die Paradoxien des menschlichen Selbstbewusstseins und die notwendige Existenz Gottes — Zu 'Cogitatio' und 'Intellectus' im Streit zwischen Anselm und Gaunilo". Dalam Viola, C.; Kormos, J. Rationality from Saint Augustine to Saint Anselm. Proceedings of the International Anselm Conference — Piliscsaba (Hungary) 20–23. Piliscsaba (2005). hlm. 197–210. 
  • Leaman, Oliver; Groff, Peter S. (2007). Islamic Philosophy A-Z. Edinburgh University Press. ISBN 0-7486-2089-3. 
  • Logan, Ian (2009). Reading Anselm's Proslogion: The History of Anselm's Argument and its Significance Today. Ashgate. ISBN 978-0-7546-6123-8. 
  • Malcolm, Norman (1960). "Anselm's Ontological Arguments". Dalam John Hick. The Existence of God (Problems of Philosophy). Philosophical Review. 69. Macmillan. ISBN 0-02-085450-1.  and in Knowledge and Certainty: Essays and Lectures by Norman Malcolm, Cornell University Press, 1975) ISBN 0-8014-9154-1.
  • Oppy, Graham (1996). Ontological Arguments and Belief in God. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-03900-0. 
  • Plantinga, Alvin, ed. (1965). The Ontological Argument from St. Anselm to Contemporary Philosophers. Garden City, NY: Doubleday. 
  • Plantinga, Alvin (1977). God, Freedom and Evil. Grand Rapids, Michigan: Eerdmans. hlm. 85–112. 
  • Plantinga, Alvin (1998). Sennett, James F, ed. The analytic theist: an Alvin Plantinga reader. Wm. B. Eerdmans Publishing. ISBN 978-0-8028-4229-9. 
  • Szatkowski, Miroslaw, ed. (2012). Ontological Proofs Today. Ontos Verlag. ISBN 978-0-8028-4229-9.