Kayu kuning
Kayu kuning atau akar kuning (Arcangelisia flava L.) merupakan tumbuhan merambat dari famili Menispermaceae yang sudah tergolong rawan karena terbatasnya penyebaran. Kayu kuning merupakan tumbuhan liar yang umumnya ditemukan tumbuh di pantai berbatu atau di tepi-tepi hutan, pada ketinggian 100 m sampai 800 m di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan Juli-September, pengumpulan bahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Distribusi/Penyebaran : Kayu kuning dapat dijumpai di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa tenggara dan sebagian di Irian.
Kayu kuning | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Plantae |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Ordo: | Ranunculales |
Famili: | Menispermaceae |
Genus: | Arcangelisia |
Spesies: | A. flava
|
Nama binomial | |
Arcangelisia flava |
Nama
suntingSelain disebut juga tali kuning dan daun bulan dalam bahasa Indonesia, beberapa nama lain adalah aruey ki koneng (Sunda), oyod sirawanan (Jawa), peron (Jawa), uwas (Minahasa), gumi modoku (Halmahera), ayu lalahu (Atinggola, Gorontalo)[1]
Deskripsi
suntingKayu kuning merupakan tumbuhan yang berupa liana, panjangnya dapat mencapai ± 10 m, batang utama sebelum bercabang dua besarnya seperti lengan/betis orang dewasa, batang tersebut mengandung air, batang dan cabangnya liat, dalam batang berwarna kuning dan rasanya pahit. Bentuk daun bundar telur sampai lonjong/elip yang meruncing di bagian ujung, permukaan daun hijau mengkilat. Perbungaan malai, terdapat pada batang tua atau di ketiak daun, warna bunga kuning pucat. Pada batang atau cabang-cabang yang besar terdapat tandan buah yang menggantung, buah berwarna kuning, terdiri atas daging buah yang berlendir dan biji besar, pipih.[2]
Kandungan
suntingTumbuhan ini mengandung metabolit sekunder menunjukkan bahwa Arcangelisia flava memiliki senyawa yang terdiri atas flavonoid, terpenoid, serta alkaloid protoberberin seperti berberin, jatrorizin, dan palmatin.[2]
Manfaat
suntingKayu kuning (Arcangelisia flava L.) merupakan salah satu tanaman yang secara empiris masyarakat Atinggola menggunakannya untuk mengobati segala penyakit seperti liver, kanker, dan penyakit degeneratif lainnya. Tumbuhan ini merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang biasanya dipergunakan sebagai bahan jamu. Di beberapa daerah di Kalimantan dan Sulawesi, tumbuhan ini biasanya dipergunakan mengobati penyakit demam, diare, hepatitis, kecacingan, gangguan pencernaan, dan seriawan berbentuk rebusan. Sedangkan berdasarkan penelitian, batang dan akar kayu kuning telah terbukti mempunyai aktivitas sebagai antimalaria, antidepresan, antioksidan, antidiabetes, antibakteri, dan juga antikanker. Ekstrak Arcangelisia flava mampu menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL tikus hiperlipidemia. Hasil uji histopatologi terhadap aorta tikus memperlihatkan pemberian ekstrak Arcangelisia flava dapat menurunkan jumlah sel-sel busa dan nilai indeks aterogenik.[2]
Referensi
sunting- ^ Widyaningrum, H (2011). Kitab Tanaman Obat Nusantara Disertai Indeks Pengobatan. Yogyakarta: MedPress (Anggota IKAPI).
- ^ a b c Hasan, Hamsidar; Moo, Dewi R (2014). "Senyawa Kimia dan Uji Efektifitas Ekstrak Tanaman Kayu Kuning (Arcangelisia Flava L) dalam Upaya Pengembangan Sebagai Bahan Obat Herbal". Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Diakses tanggal 2024-10-29.