Apanase (bahasa Prancis: apanage) atau daerah lungguh, pada awalnya adalah penitipan suatu wilayah yang diambil dari tanah milik raja dan diberi oleh raja kepada putera bungsunya, yang tidak akan menggantikannya sebagai raja karena tahta akan jatuh ke putera sulung. Kata apanage berasal dari bahasa Latin akhir ad panem, yang berarti "untuk memberi roti" (panem), maksudnya agar si pangerang bungsu kedapatan nafkah.

Sistem apanase sempat main peranan yang cukup penting dalam sejarah kerajaan Prancis. Sistem ini berkembang dengan meluasnya kewibawaan kerajaan sejak abad ke-13. Kemudian sistem apanase menghilang dengan ditegaskannya kewibawaan khusus raja sejak akhir Abad Pertengahan. Apanase berdampak atas pembangunan wilayah kerajaan, yang terlihat pada lambang banyak provinsi Prancis.

Apanase Bourgogne adalah asal-muasal negara Belgia, yang duc menikmati kedudukan khusus terhadap raja Prancis.

Di Indonesia

sunting

Menurut Nagarakretagama, tokoh Rajasawardhana menyandang gelar "Bhre Matahun" (Matahun adalah nama lama Bojonegoro). Dia adalah suami Indu Dewi, yang juga dikenal dengan gelar Bhre Lasem. Sebagai saudara raja Hayam Wuruk dari Majapahit, mereka diberi kekuasaan atas tanah Matahun dan Lasem. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa Rajasawardhana dan Indu Dewi mendapat tanah tersebut sebagai apanase. Istilah Bhre adalah singkatan dari bhatara i, yang berarti "tuan di".

Referensi

sunting

Kutipan

sunting

Sumber

sunting