Paron

alat pandai besi, juga digunakan sebagai alat musik
(Dialihkan dari Anvil)

Paron atau landasan adalah alat pengolahan logam yang berupa sebongkah logam besar (biasanya baja tempa atau cor), dengan permukaan atas yang datar. Di atas alat ini, objek lain ditempa atau dikerjakan.

Paron

Paron sangat praktis dan sangat masif digunakan, karena makin lembam, makin efisien pemindahan energi dari alat pemukul ke benda kerja. Dalam banyak kasus, paron digunakan sebagai alat tempa. Sebelum ditemukan las modern, alat ini adalah alat utama pengolah logam.[1][2]

Paron modern biasanya dibuat dari baja cor yang telah dipanaskan dengan api atau induksi listrik. Paron yang lebih murah dibuat dari besi cor dan baja berkualitas rendah, tetapi kurang cocok untuk penggunaan yang berkepanjangan karena mudah berubah bentuknya dan tidak mampu memantulkan pemukul.

Struktur

sunting
 
Paron tanduk-tunggal
 
Bagian muka paron

Bagian muka paron biasanya terbuat dari baja yang keras dan harus datar dengan pinggir yang tidak lancip untuk sebagian besar pengerjaan logam. Pinggiran yang tajam mampu memotong logam yang sedang dikerjakan dan menimbulkan retakan. Muka paron dikeraskan dan ditempa untuk menahan pukulan palu pandai besi, sehingga tidak berubah bentuk jika digunakan berkali-kali. Muka paron yang keras juga mengurangi jumlah gaya yang hilang di setiap pukulan palu. Palu atau perkakas lainnya serta benda kerja yang sedang ditempa tidak boleh langsung menghantam muka paron terlalu keras, karena dapat menimbulkan keretakan atau deformasi permukaan.

Tanduk di ujung paron berbentuk kerucut dan digunakan untuk membentuk bulatan dan umumnya terbuat dari besi atau baja yang tidak dikeraskan. Tanduk di ujung paron banyak digunakan untuk membengkokkan besi; juga digunakan oleh beberapa pandai besi untuk mengulur logam. Biasanya paron di Eropa dibuat dengan dua tanduk, satu persegi dan satu bundar. Selain itu, beberapa paron dibuat dengan tanduk samping atau penjepit untuk keperluan khusus.

Tangga paron ditempatkan di antara tanduk dan muka. Lunak dan digunakan untuk memotong, serta tujuannya adalah untuk mencegah kerusakan muka paron.

Tambahan lainnya antara lain blok pemendek; ini digunakan untuk memendekkan/memadatkan baja, umumnya berupa batang panjang karena ditempatkan di antara kaki paron.

Lubang persegi pada paron digunakan untuk memotong, menekuk, dan membentuk bagian-bagian benda kerja.

Lubang bundar kecil banyak terdapat dalam paron modern. Bahkan tersedia lebih dari satu, dan digunakan untuk meninju logam. Kadang-kadang, pandai besi akan memasukkan alat kedua ke lubang ini untuk meningkatkan fleksibilitas pandai besi saat menggunakan lebih dari satu paron.

Penempatan

sunting

Paron harus ditempatkan pada permukaan yang datar yang keras dan tahan api. Harus diperkuat dengan paku, rantai, klip, tali baja atau besi, baut, atau kabel dengan kuat agar tidak bergerak-gerak saat dipukul. Pandai besi dapat menggunakan bermacam-macam benda dalam jangkauannya, asalkan dapat menahan gerakan paron. Paron ditempatkan sedekat mungkin dengan tempat penempaan, umumnya tidak lebih dari satu langkah dari pandai besi untuk mencegah hilangnya kalor pada benda kerja.

Secara tradisional alas paron adalah kayu besar dan keras yang dikuburkan beberapa kaki di lantai bengkel tempa. Hal ini bertujuan agar paron tidak bergerak saat logam ditempa dan dibengkokkan. Pada zaman industri, alas besi cor digunakan menggantikan kayu. Keuntungannya selain memberikan tambahan bobot ke paron, juga membuatnya makin stabil dan mudah dipindah-pindahkan. Alas ini sangat dicari oleh para kolektor saat ini. Saat beton mulai digunakan, ada tren untuk membuat alas paron beton yang diperkuat baja oleh beberapa pandai besi, meskipun praktik ini sudah banyak ditinggalkan. Pada zaman modern, banyak paron ditempatkan di atas alas yang dibuat dari baja, dan biasanya menggunakan I-Beam yang cukup tebal. Selain itu, ada alas yang dibuat dari balok tripleks atau drum baja yang diisi dengan pasir dan minyak untuk memberikan efek redaman. Akhir-akhir ini alas kaki tiga berbahan baja pabrikan cukup populer di kalangan beberapa pandai besi.

 
Paron dengan drum yang digunakan oleh perawat kaki kuda
 
Alat pertukangan pandai perak, 1981

Desain paron biasanya dikaitkan dengan tujuan tertentu dalam pembuatan besi/baja. Misalnya, ada paron yang khusus untuk perawat kaki kuda, pandai besi, pemotong logam, pembuat rantai, pembuat zirah, pembuat gergaji, pembuat kereta, pembuat kaleng, dan bermacam-macam pekerjaan lain. Tampak serupa, tetapi fungsi dan sifatnya dapat berbeda. Paron untuk pembuat gergaji, misalnya, biasanya berupa balok persegi panjang yang besar. Paron pandai besi biasanya berbentuk persegi panjang dengan lubang kotak dan bulat, tetapi tidak bertanduk. Desain ini juga bahkan berasal dari geografi yang berbeda-beda

Paron pandai besi biasanya terbuat dari baja tempa atau baja cor, dengan muka keras. Paron besi cor tidak digunakan menempa karena tak kuat menahan benturan keras sehingga mudah retak dan penyok. Selain itu, paron besi cor tanpa permukaan baja keras tidak memantulkan palu pandai besi sehingga menimbulkan kelelahan. Dalam sejarah, paron telah dibuat dengan muka yang halus dari baja keras, dilas dengan badan besi cor atau besi tempa, meski metode ini sudah tak lagi digunakan. Pada salah satu ujungnya, terdapat tanduk yang digunakan untuk memalu benda kerja yang melengkung. Ujung lainnya biasanya disebut "tumit". Terkadang, ujung lainnya juga memiliki paruh, sebagian berbentuk persegi panjang. Banyak paron yang dibuat sejak akhir abad ke-18 memiliki lubang persegi atau bulat seperti pemotong atau pahat, dapat dimasukkan dan dipegang oleh paron. Ada paron yang memiliki banyak lubang tersebut untuk mengakomodasi lebih banyak jenis perkakas. Paron dapat memiliki bantalan yang lembut untuk memahat.

Paron untuk palu mesin ditopang pada alas yang padat, dengan berat lebih dari 800 ton untuk palu seberat 12 ton; serta bertumpu pada fondasi yang sangat kuat dari kayu, bata, atau beton.

Paron dapat memiliki tanda pabrikan, asal, dan beratnya. Paron buatan Amerika Serikat sering ditetapkan dengan satuan pon. Paron Eropa terkadang ditetapkan dengan satuan kilogram. Paron Inggris biasanya ditandai dengan hundredweight (cwt), ada tiga angka yang bermakna berturut-turut berat dalam cwt, seperempat cwt, dan pon. Misalnya, paron dengan tanda 3-1-5, maknanya 3 × 112 pon + 1 × 28 pon + 5 pon = 369 pon ≈ 168 kg.

Paron yang lebih murah dapat terbuat dari baja berkualitas rendah atau besi cor dan banyak dijual di toko besi, sering tidak cocok untuk pengolahan besi yang lebih serius.[3] Bahkan pandai besi amatiran juga menggunakan bekas rel, landasan forklift, atau bahkan balok baja sederhana untuk dijadikan paron darurat.

Ragum/catok dapat memiliki paron kecil yang terintegrasi ke dalam desainnya.

Sejarah

sunting

Paron mulanya terbuat dari batu untuk alat batu, kemudian perunggu, lalu besi tempa. Saat baja makin mudah didapatkan, paron menjadi persoalan. Paron harus memiliki permukaan yang keras dan tidak boleh berubah bentuk hanya karena benturan. Banyak gaya paron berevolusi dari waktu ke waktu mulai dari balok sederhana yang dipakai oleh pandai besi. Paron yang saat ini dibuat di Amerika Serikat didasarkan pada paron gaya London pada pertengahan abad ke-19.

Paron bermuka baja dengan bahan besi tempa telah diproduksi hingga awal abad ke-20. Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, metode ini terus berkembang untuk menghasilkan paron berkualitas tinggi. Proses dengan basis menempa besi akan menghasilkan paron yang diinginkan. Urutan dan tempatnya dilas tempa beragam antara produsen dan jenisnya. Pada saat yang sama, paron besi cor dengan muka baja dibuat di Amerika Serikat. Pada awal abad ke-20 paron baja cor padat mulai diproduksi, serta paron tempa dua bagian yang dibuat dengan penempaan cetak tertutup. Paron modern seluruhnya terbuat dari baja.

Rujukan mengenai paron terdapat dalam catatan sejarah Mesir dan Yunani kuno, seperti karya-karya Homeros. Catatannya juga sudah ditemukan di Situs Manusia Purba Calico di Amerika Utara .

Sejak saat itu paron kehilangan kekhasannya, bersama dengan para pandai besi yang menggunakannya. Produksi mekanis telah menghasilkan barang-barang manufaktur yang murah dan melimpah. Di dunia modern, produk buatan tangan pandai besi dianggap tidak ekonomis, sementara di masa lalu mereka adalah kebutuhan mutlak. Namun, paron tetap digunakan oleh pandai besi dan pekerja logam untuk menghasilkan barang custom. Bahkan paron masih dibutuhkan oleh perawat kaki kuda.

Dalam etologi dan biologi dasar

sunting

Prinsip-prinsip paron telah mendahului sejarah penggunaannya dalam kehidupan manusia, dan contohnya telah banyak di antara berbagai spesies hewan. Contoh penggunaan etologis yang telah terdokumentasi terkait penggunaan alat oleh hewan di alam liar adalah simpanse yang menggunakan palu kayu atau batu untuk memecahkan kacang, dengan gelondongan kayu atau batu yang berfungsi sebagai "paronnya".[4] Burung-burung dalam familia Turdidae dikenal selama berabad-abad karena mampu memukul-mukul cangkang siput di atas batu.[5][6][7] Spesies burung lain dengan kebiasaan yang mirip, misalnya paok lantang tropis, dan banyak burung dalam spesies tersebut memiliki "paron" khusus dan dibuktikan dengan banyaknya tumpukan cangkang yang dibuang.

Dalam budaya populer

sunting
 
Paron berapi sebagai lambang Kotamadya Tohmajärvi

Menembak paron ke udara

sunting

Paron dapat ditembakkan ke udara menggunakan bubuk mesiu. Kebiasaan ini sangat populer di California, Amerika Serikat Timur, dan Amerika Serikat Selatan, dengan cara yang sama dengan kembang api. Tradisi kuno ini cukup diminati di Amerika Serikat, dan bahkan menyebar sampai Inggris.[8]

Televisi dan film

sunting

Paron menjadi salah satu properti yang sangat populer dalam kartun, biasanya melambangkan suatu benda berat dan canggung yang dijatuhkan kepada antagonis. Contoh metafora visual kartun antara lain film-film pendek Warner Brothers Looney Tunes dan Merrie Melodies, serta Wile E. Coyote dan Road Runner.[9] Animaniacs banyak membuat lelucon dalam topik-topiknya, dan bahkan memiliki sebuah kerajaan bernama Anvilania, yang produk nasional satu-satunya adalah paron.[10]

Para kurcaci di The Chronicles of Narnia karya C.S. Lewis bekerja sebagai pandai besi yang menggunakan paron untuk mengerjakan logam, terutama di The Magician's Nephew dan Prince Caspian; serta karya J.R.R. Tolkien The Hobbit.

 
Lukisan karya Arthur Rackham yang menampilkan paron
 
Set paron yang disetem

Paron banyak digunakan sebagai alat musik perkusi dalam beberapa komposisi musik seperti:

Karya Wagner Ring des Nibelungen terkenal karena menggunakan paron sebagai alat musik perkusi bernada. Sebagian karya lainnya menggunakan paron sebagai alat musik takbernada. Namun landasan yang disetem tersedia sebagai alat musik, meskipun tidak umum. Paron baja banyak dipakai untuk menyetem alat musik dan bahkan digunakan sebagai alat musik, karena paron besi menghasilkan suara yang fals; dan dihargai dalam industri alat musik, karena paron baja sangat bising dan sangat energik. Palu dan paron telah menikmati popularitas yang bervariasi dalam peran orkestra. Robert Donington memberikan contoh bahwa Sebastian Virdung mencatat dalam bukunya tahun 1510, dan Martin Agricola memasukkannya ke dalam daftar instrumennya (Musica instrumentalis deudsch, 1529) sebagai tanda pujian bagi Pythagoras. Di zaman pramodern atau modern paron dapat muncul dalam karya-karya opera misalnya karya Berlioz, Bizet, Gounod, Verdi, dan Wagner. Biasanya digunakan pasangan paron yang disetem dalam tiga bagian terpisah.

Orkestra modern saat ini banyak mengganti paron asli dengan drum rem atau struktur baja lain yang mudah disetem, meskipun sesuatu yang berbentuk paron dapat ditampilkan sesuai keinginan. Dalam Das Rheingold, Wagner memberi skor untuk sembilan paron kecil, enam paron menengah, dan tiga paron besar, tetapi orkestra jarang mampu menyediakan instrumentasi dengan nada seperti itu.[12]

Referensi

sunting
  1. ^ Hahn, Robert. Archaeology and the Origins of Philosophy. Publisher: State University of New York Press 2010. ISBN 978-1438431659
  2. ^ King James Version ISAIAH 41:7
  3. ^ "Ebay Fraud: Purchasing an ASO (Anvil Shaped Object)". Anvilfire.com. 
  4. ^ Boesch, Christophe and Boesch, Hedwige. Optimization of Nut-Cracking with Natural Hammers by Wild Chimpanzees. Department of Ethology and Wildlife Research, University of Zurich, Switzerland 1982. Pub: Behaviour 83 pp. 265-286 1983
  5. ^ Boswell, James. The Scots Magazine, Volume 43 1781 pp. 348-349
  6. ^ "The Quarterly Journal of Agriculture". 20 April 1837. Diakses tanggal 20 April 2021. 
  7. ^ Burton, Maurice; Burton, Robert. The International Wildlife Encyclopedia - Volume 19 - Page 2679 Marshall Cavendish 2002 ISBN 978-0761472858
  8. ^ "St Clements Day Celebrations". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-11-19. 
  9. ^ Maly, Tim (18 December 2012). "Elaborate Poster Puts All of Wile E. Coyote's ACME Purchases on Your Wall". Wired. Diakses tanggal 25 April 2014. 
  10. ^ "Animaniacs: "King Yakko" & "No Pain, No Painting"/"Les Miseranimals"". Tv.avclub.com. Diakses tanggal 20 April 2021. 
  11. ^ Scott, Derek B. (2008). Sounds of the metropolis: the nineteenth-century popular music revolution in London, New York, Paris, and Vienna, p. 139. Oxford University Press, New York. ISBN 978-0-19-530946-1.
  12. ^ Donington, Robert (1970). Music and its Instruments. University Paperbacks Third edition. ISBN 9780416722802. 

Daftar pustaka

sunting

Pranala luar

sunting