Anti-penggemar (bahasa Inggris: anti-fan), adalah seseorang yang gemar menulis, mendiskusikan, atau dalam beberapa kasus membuat karya turunan tentang sebuah media, tetapi semata-mata untuk tujuan mencela atau memarodikannya.[1] Istilah ini juga merujuk pada seseorang atau sekelompok orang yang menunjukkan kebencian pada orang yang terkenal, seperti pesohor.[2]

Perilaku

sunting

Anti-penggemar muncul dalam beragam tindakan mulai dari menonton karya tersebut untuk dicaci (hate-watching) sampai mengekspresikan komentar sarkasme (snark).[3]

Jamak bagi para anti-kepenggemaran untuk berkumpul secara kelompok, biasanya di dalam forum atau situs web, untuk berbagi keengganan yang sama. Kelompok anti-penggemar seperti ini dapat membesar hingga membentuk sebuah situs anti-penggemar besar.[4]

Perilaku beberapa anti-penggemar dapat berupa doxing, menyebarkan kabar burung, pelecehan, hingga kekerasan.[5]

Contoh

sunting

Dalam musim kedelapan MasterChef Indonesia, salah satu peserta yang mengikuti acara ini, Suhaidi Jamaan, harus berhenti pada posisi tiga besar kompetisi tersebut.[6][7] Warganet yang kecewa karena peserta tersebut tereliminasi kemudian mengutarakan kekecewaannya di media sosial, termasuk di dalamnya komentar-komentar bernada kebencian.[8][9]

Dalam budaya populer

sunting

Baik film maupun serial televisi dari I Married an Anti-fan dibuat berdasarkan novel berjudul sama.[10]

Studi mengenai anti-penggemar berfokus pada praktik dari komunitas tertentu dan hubungan mereka terhadap tulisan yang dipublikasikan media hingga tindakan penggemar yang secara aktif meminggirkan atau mendiskreditkan penggemar lain hanya berdasarkan identitas (seperti jenis kelamin, suku, dan lain-lain).[11]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting