Anemophily (KBBI: ane·mo·fi·li) [1] atau Anemogami atau penyerbukan oleh angin adalah proses berpindahnya serbuk sari yang terbawa oleh hembusan angin dan jatuh ke kepala putik.[2]

Penyerbukan oleh Angin (Anemofili)
Tanaman dengan bunga yang melepas serbuksari dan penyerbukannya dibantu oleh angin, seperti saw-tooth oak (Quercus acutissima), yang bunga nya kurang memikat serangga penyerbuk.
Tanaman berpenyerbuk Anemofili, seperti (Pinus) ini melepas serbuk sari dalam jumlah besar, yang terbawa oleh hembusan angin.

Serbuk sari dari Tanaman berpenyerbuk angin sangat ringan dan tidak lengket sehingga mampu melayang dan terbawa aliran udara. Mereka umumnya berdiameter 20–60 micrometer (0,0008–0,0024 in) [2]

Genus berpenyerbuk angin

sunting

Hampir semua Tumbuhan berbiji terbuka berpenyerbuk anemofili, diantaranya banyak tanaman dalam ordo Poales, termasuk suku padi-padian, Suku teki-tekian and Juncaceae.[2] Tumbuhan anemofil umum lainnya adalah oak, kastanya manis, alnus dan anggota famili Juglandaceae (famili hickori atau kenari).

Hanya sedikit tanaman anemofili sejati yang hanya mengandalkan angin sebagai penyerbuk tunggal. Dalam praktiknya, angin bukanlah penyerbuk tunggal pada sebagian besar Tanaman berpenyerbuk anemofili yang sebagian besar penyerbukannya melibatkan angin, masih dimungkinkan mrendapat bantuan tambahan hewan penyerbuk dalam jumlah kecil, juga masih dimungkinkan keterlibatan penyerbukan artifisial, apabila petani ingin mendapatkan varietas hibrida [3] atau diperlukannya keterlibatan manusia dalam pertanian tertutup (diantaranya pertanian dalam rumah kaca dan hidroponik dalam ruangan) yang mana tidak dapat diakses oleh penyerbuk alami.

Alergi polen

sunting

Terdapat dampak kesehatan dari beberapa jenis serbuk sari tertentu merupakan alergen,[4] diantaranya Poaceae merupakan produsen serbuk sari alergen utama di daerah beriklim sedang. Spesies pada dataran rendah atau padang rumput menghasilkan lebih banyak serbuk sari daripada spesies pada dataran tinggi atau moorland.[5] Sedangkan pada pohon, umumnya pohon dengan benang sari(jantan) dan putik (betina) terpisah, gejala timbul di tubuh yang terkena seperti mata, hidung, dan paru-paru. Diantaranya Rhinitis alergi timbul seketika, dikenal juga sebagai Hay Fever, menyebabkan iritasi pada hidung, bersin, gatal-gatal, ataupun mata merah.[6]

Beberapa pohon terdapat benang sari dan putik yang terpisah (masih) pada pohon yang sama umumnya disebut "monecious", termasuk honey locust, oak, sweetgum, pinus, spruce, and Betula.[7]

Sedangkan "Dioecious" sebutan untuk pohon dengan "jantan" dan "betina" terpisah pada pohon yang berbeda. Pohon Dioecious "jantan" yang melepas bubuk sari bersifat alergen termasuk pohon ash, boxelder, cedar, cottonwood, juniper, mulberry, dan yew. Dioecious "jantan" hanya melepas tanpa memproduksi buah ataupun bibit [7]

Ramah alergi

sunting

Pelepasan serbuk sari ramah-alergi [8] dalam jumlah normal tidak menimbulkan alergi, namun apabila pelepasan dalam jumlah besar-besaran dan terbawa angin juga masih dapat memicu reaksi alergi ringan pada sebagian orang (utamanya terhadap penderita asma ekstra sensitif pada debu ataupun yang bersifat debu) meskipun bubuk sari tersebut bukan kategori alergen (karena tidak membuat gatal, juga tidak memicu jenis reaksi alergi lainnya), umumnya berasal dari genus berpenyerbuk anemofili [5] dengan jantan dan betina yang terpisah,[7] yang mampu melepas dalam jumlah besar, pada perkebunan serentak dan luas, sehingga pelepasannya pun juga disaat hampir bersamaan.[5] Namun tidak membuat gatal juga tidak memicu jenis reaksi alergi lainnya.

Pohon "ramah alergi" termasuk: ash (fraxinus), maple merah, poplar kuning, dogwood, magnolia, cherry berbunga ganda, fir, spruce, dan prem berbunga.[7]

Bebas alergi polen

sunting

Tanaman bebas alergi di lingkungan adalah dioecious "betina" yang hanya memiliki bunga putik dan tidak memiliki polen sehingga tanaman ini bebas alergi serbuk sari.[7]

Bagian ini tidak membahas alergi pada getah

Catatan kaki

sunting
  1. ^ (Indonesia) "Arti kata Anemofili - Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan". Pusat Bahasa Kemendiknas Rep. Indonesia. 2008. 
  2. ^ a b c (Inggris) A. K. Shukla; M. R. Vijayaraghavan; Bharti Chaudhry (1998). "Abiotic pollination". Biology Of Pollen. APH Publishing. hlm. 67–69. ISBN 9788170249245. 
  3. ^ (Inggris) Rai, Nagendra; Rai, Mathura (2006). Heterosis breeding in vegetable crops. New India Publishing. ISBN 978-81-89422-03-5. Diakses tanggal July 5, 2011. 
  4. ^ (Inggris) Yamamoto T, Asakura K, Shirasaki H, Himi T, Ogasawara H, Narita S, Kataura A (2005). "[Relationship between pollen allergy and oral allergy syndrome]". Nippon Jibiinkoka Gakkai Kaiho. 108 (10): 971–9. doi:10.3950/jibiinkoka.108.971. PMID 16285612. 
  5. ^ a b c (Inggris) Jean Emberlin (2009). "Grass, tree, and weed pollen". Dalam A. Barry Kay; Allen P. Kaplan; Jean Bousquet; Patrick G. Holt. The Scientific Basis of Allergy. Allergy and Allergic Diseases. 1 (edisi ke-2nd). John Wiley & Sons. hlm. 942–962. ISBN 9781444300925. 
  6. ^ Bope, Edward T.; Rakel, Robert E. (2005). Conn's Current Therapy 2005. Philadelphia, PA: W.B. Saunders Company. hlm. 880. ISBN 0-7216-3864-3. 
  7. ^ a b c d e "Allergy Friendly Trees" (dalam bahasa Inggris). Forestry.about.com. 5 Maret 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2014. Diakses tanggal 25 April 2014. 
  8. ^ (Inggris) "Cause of Environmental Allergies". NIAID. April 22, 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 June 2015. Diakses tanggal 17 June 2015.