Anabolisme adalah lintasan metabolisme yang menyusun beberapa senyawa organik sederhana menjadi senyawa kimia atau molekul kompleks.[1] Anabolisme memproses sintesis senyawa kimia kecil menjadi besar menjadi molekul yang lebih besar, seperti yang terjadi pada asam amino yang diubah menjadi protein. Anabolisme dan katabolisme saling bertentangan, namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena sering kali hasil dari anabolisme merupakan senyawa pemula untuk proses katabolisme. Proses ini membutuhkan energi dari luar.[2] Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk. Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, adalah aktivasi senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.[3]

Kemosintesis dilakukan oleh bakteri kemoautotrof. Kemosintesis biasanya dilakukan oleh organisme yang tidak tersentuh oleh cahaya matahari, misalnya bakteri yang hidup di laut dalam. Contoh bakterinya adalah bakteri sulfur (Thiobacillus), bakteri nitrit (Nitrosomonas, Nitrosococcus), serta bakteri nitrat (Nitrobacter). Bakteri-bakteri ini kemudian akan memproses senyawa organik di sekitarnya untuk menghasilkan energi kimia. Energi kimia yang dihasilkan dari oksidasi inilah yang kemudian digunakan untuk pembentukan karbohidrat.[4]

Hasil-hasil anabolisme berguna dalam fungsi yang esensial. Hasil-hasil tersebut misalnya glikogen dan protein sebagai bahan bakar dalam tubuh, asam nukleat untuk pengkopian informasi genetik. Protein, lipid, dan karbohidrat menyusun struktur tubuh makhluk hidup, baik intraselular maupun ekstraselular.[3] Bila sintesis bahan-bahan ini lebih cepat dari perombakannya, maka organisme akan tumbuh.[3]

Fungsi

sunting

Fotosintesis

sunting

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan karbohidrat dari bahan anorganik yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun, yaitu klorofil. Selain yang mengandung zat hijau daun, ada juga makhluk hidup yang berfotosintesis yaitu alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.

Rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya).

Referensi

sunting
  1. ^ Prawirohartono, S. & Hadisumarto, S. (1997). Sains Biologi 3a Untuk SMU Kelas 3 Tengah Tahun Pertama Sesuai Kurikulum 1994. Jakarta: Bumi Aksara
  2. ^ Diana, Farah; Aluras, Herda Junilo; Zulfadhli, Zulfadhli (2017-04-01). "Penambahan Enzim Bromelin untuk Meningkatkan Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Benih Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)". Jurnal Perikanan Tropis. 4 (1): 1. doi:10.35308/jpt.v4i1.51. ISSN 2355-5572. 
  3. ^ a b c Kimbal, J. (n.d.). Biologi Edisi kelima. Alih bahasa: Siti Soetarmi Tjitrosomo, Nawangsari Sugiri. Jakarta: Erlangga.
  4. ^ Erika, Erilia (28 Desember 2020). "Arti Fotosintesis dan Kemosintesis & Apa Saja Perbedaannya". Tirto.id. Diakses tanggal 2021-01-27. 
  5. ^ Harismi, Asmi (27 Februari 2020). "Kenali Proses Anabolisme dan Penyakit yang Menyertainya". SehatQ. Diakses tanggal 2021-01-27.