Amalgamasi adalah perkawinan antarras atau antarsuku yang memiliki ciri fisik yang berbeda, sehingga menjadi satu rumpun. Kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan akomodasi pada dua kelompok sosial yang berbeda. Pada masa lampau, kerajaan-kerajaan saling menjalin hubungan politik melalui amalgamasi.[1] Sebuah bangsa baru dapat terbentuk setelah terjadi amalgamasi antara dua etnis atau dua ras yang berbeda.[2] Amalgamasi dapat terwujud apabila kelompok masyarakat sudah terintegrasi dengan baik dan teratur. Selain itu, sikap keterbukaan dan interaksi yang baik dari masing-masing pihak antara masyarakat tempatan dengan masyarakat etnik di Indonesia.[3]

Penggunaan istilah

sunting

istilah kuno sekarang sebagian besar untuk perkawinan dan antar pembiakan dari etnik yang berbeda atau ras. Di dunia berbahasa Inggris, istilah ini digunakan dalam abad kedua puluh. Di Amerika Serikat, sebagian diganti setelah 1863 dengan istilah perkawinan antara suku atau bangsa. Sementara itu, istilah amalgamasi bisa mengacu pada antar pembiakan yang berbeda putih maupun etnis non-putih, istilah perkawinan antara suku atau bangsa dimaksud antar pembiakan khusus untuk kulit putih dan non-putih, terutama Afrika-Amerika.[4]

Penggabungan istilah ini berasal dari metalurgi. Ini telah dikaitkan dengan metafora dari melting pot, yang juga berasal dari AS, dan yang menggambarkan asimilasi dan perkawinan antar budaya dari etnik yang berbeda. Perkawinan antar kulit putih dengan Amerika dan Afrika, dengan tingkat lebih rendah, non-putih itu sampai saat ini tidak disukai sosial di Amerika Serikat, meskipun sejarah panjang penghubung informal antara laki-laki kulit putih dan wanita kulit putih selama bertahun-tahun perbudakan dan setelah emansipasi. Sampai tahun 1967, perkawinan antar-ras dilarang di banyak negara bagian Amerika Serikat melalui undang-undang anti-perkawinan antara suku atau bangsa.

Syarat

sunting

Peristiwa amalgamasi sangat sulit terjadi dalam suatu masyarakat. Amalgamasi dapat terjadi jika terdapat dua kelompok etnis atau kelompok ras dengan kedudukan yang sangat berbeda. Satu kelompok etnis bertindak sebagai penguasa, sedangkan satu kelompok etnis lainnya sebagai bawahan penguasa. Amalgamasi dapat terjadi pada kondisi kesetaraan kedudukan antara kelompok etnis penguasa dan bawahan. Kelompok etnis penguasa memberikan kesetaraan secara sukarela ataupun memaksa kelompok bawahan. Kelompok penguasa memiliki keunggulan dan jumlah anggota yang melebihi kelompok bawahan, sehingga kelompok bawahan harus menerima keputusan dari kelompok penguasa demi menghindari ancaman bahaya.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ Suhardi dan Sunarti, S. (2009). Sosiologi 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 208. ISBN 978-979-068-212-2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-10-26. Diakses tanggal 2020-11-09. 
  2. ^ Rahman 2011, hlm. 4.
  3. ^ Kardiyan 2015, hlm. 2.
  4. ^ Hollinger, David A. (December 2003). "Amalgamation and Hypodescent: The Question of Ethnoracial Mixture in the History of the United States". The American Historical Review. Indiana University. 108 (5): 1363–90. doi:10.1086/529971. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-02. Diakses tanggal 2008-07-15. 
  5. ^ Rahman 2011, hlm. 5.

Daftar pustaka

sunting
  1. Rahman, M.T. (2011). Glosari Teori Sosial (PDF). Bandung: Ibnu Sina Press. ISBN 978-602-99802-0-2. 
  2. Kardiyan (2015). "SETENGAH ABAD AMALGAMASI ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS TEMPATAN DI DESA SIABU KECAMATAN SALO KABUPATEN KAMPAR" (PDF). Jom FISIP. 2 (2): 1–14. ISSN 2355-6919.