Alwi Abubakar Achsien
H. Raden Alwi Abubakar Achsien (12 Juli 1912 – 12 Juli 1979)[1] adalah tokoh Nahdlatul Ulama sekaligus Politikus Partai Nahdatul Ulama yang menjadi anggota parlemen dari era Republik Indonesia Serikat hingga Gotong Royong (DPR-GR 1966-1971).[2][3]
Riwayat Hidup
suntingPendidikan HIS dan MULO diselesaikannya di Kudus, Jawa Tengah.[2][3] Semenjak muda, AA Achsien sudah aktif berorganisasi. Karirnya dimulai dari bawah, yakni sebagai Sekretaris Kring (Ranting) Nahdlatul Ulama (NU). Di jajaran NU, ia sempat menjabat sebagai Ketua Cabang NU Kudus. Pada perjalanan selanjutnya, AA Achsien mendapat amanah sebagai Wakil Konsul NU alias petugas PBNU yang bertugas mengkoordinir beberapa cabang NU di daerah Priangan Bandung. Sejak tahun 1936, AA Achsien bergabung dalam ANO (Ansor Nahdlatoel Oelama), dan tercatat sebagai salah satu pendirinya di Surabaya.
Masa Kemerdekaan Indonesia
suntingDirinya masuk menjadi Anggota PBNU pada tahun 1946,. Di masa revolusi, AA Achsien menjadi Ketua Bidang Keuangan dan Intendance (bagian logistik) Barisan Hizbullah dan Sabilillah wilayah Priangan. Setelah terjadi clash pertama 21 Juli 1947 Ia pindah dari Tasikmalaya ke Madiun. Ini merupakan konsekuensi dari Perjanjian Renville yang mengharuskan seluruh kekuatan RI melakukan "long march" ke Jawa Timur. AA Achsien berada di Madiun sampai terjadi pemberontakan komunis di kota tersebut tahun 1948.
Pada saat KH. Abdul Wahid Hasyim menjabat Menteri Agama Republik Indonesia, AA Achsien dipercaya menjadi Sekertaris Pribadi Menteri. Jabatan lain yang pernah diemban AA Achsien di antaranya penasihat Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor dan penasihat PWNU Jawa Barat. Dalam kancah politik nasional, ia pernah menjadi Ketua Fraksi NU di DPR. Pernah pula menjadi anggota Dewan Penasihat Moneter. Iasempat menduduki posisi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh di Kerajaan Iran pada 1957-1960.
Kiprah di Nahdlatul Ulama
suntingPada masanya, AA Achsien adalah salah satu idola NU. Bahkan, di jajaran PBNU sempat berkembang aspirasi untuk menjadikannya sebagai Ketua Umum PBNU. Aspirasi tersebut kandas lantaran kalah bersaing dengan Dr KH Idham Chalid.
Kiprah Bisnis
suntingPada awal dekade 1950, lahir PT. WARAS yang merupakan gabungan inisial nama-nama WA (hid Hasyim) ARifin dan AchSien yang merupakan perintis perusahaan tersebut. Kata Waras itu diambil dari kosakata bahasa Jawa yang bermakna sehat karena perusahaan tersebut bergerak di bidang kesehatan, tepatnya bidang farmasi.[3]
Kehidupan Pribadi
suntingAA Achsien dikenal sebagai wartawan NU dan peminat sastra. Salah satu karya novelnya berjudul "Kudus di Malam Hari" belum sempat ditemukan.[2]
Ia wafat pada 12 Juli 1979
Referensi
sunting- ^ "A. A. Achsien Aktivis NU Jawa Barat dari Kudus Lahir 12 Juli, Wafat 12 Juli". NU Online. Diakses tanggal 2024-11-16.
- ^ a b c "AA Achsien, Tokoh Nasional NU Kelahiran Kudus".
- ^ a b c "Empat Sahabat Waras dan Dubes A.A. Achsien (1)". NU Online. Diakses tanggal 2024-11-16.