Amir Urip Alit Sembodo (10 Agustus 1975 – 4 Agustus 2003) adalah seorang pelukis Indonesia yang dikenal sebagai komikus dan gaya lukisannya yang khas dalam merefleksikan awal pemusnahan manusia, ketidakberaturan (chaos), dan akhir dunia (endism). Sebagai seniman kontemporer, karya-karya Alit telah banyak dimiliki oleh kolektor Taiwan, Singapura, dan beberapa negara Eropa.[1]

Anak bungsu dari pasangan Oemar Tribani dan Ninik Winarna Winarni ini dikenal sebagai sosok yang pendiam, tetapi kreatif. Alit menuntut ilmu di Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta pada tahun 1995 bersama dengan beberapa pelukis lain seperti Azhar Horo, I Nyoman Triarta AP, dan Alex Danny Santosa. Pada 4 Januari 2000, Alit menjadi salah satu dari tujuh seniman yang karyanya dipamerkan di Galeri Gelaran Budaya dengan tema "Shifting Point: The Celebration to an Indefference". Karakter di dalam komik buatan Alit sama dengan karakter pada lukisannya seri Baratayudha, yaitu tokoh-tokoh pewayangan yang diselipkan dengan tokoh kontemporer. Dalam melukis, dia banyak menggunakan pensil, tinta, dan akrilik di atas kanvas. Bidang lukisannya selalu diisi penuh, sesak dengan tokoh-tokoh dan memiliki cerita utuh yang dapat dibaca dari berbagai sudut bidang.

Salah satu kelebihan Alit sebagai pelukis adalah kemampuannya menggunakan tinta Cina dengan sistem kering dan efek yang mirip pensil. Penggunaan media ini juga dimanfaatkan Alit untuk membuat komiknya yang dibeli oleh cukup banyak kurator. Lukisan alit termasuk sederhana dalam hal pewarnaan, tetapi yang menarik dari karyanya adalah goresan rumit di setiap objek yana digambar. Alit meninggal pada usia 28 tahun di Magelang pada tanggal 4 Agustus 2003 dengan cara menggantung diri di kamar orang tuanya.

Penghargaan

sunting

Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh Alit Sembodo adalah Pratisara Affandi Adhi Karya (1999), Indonesian Art Awards (IAA) (1999, 2000), dan Philip Moris Group of Company ASEAN Art Awards (1999, 2000). Pada 31 Agustus 2008, diadakan acara melukis bersama di Jogja Nasional Museum yang diikuti 22 pelukis untuk mengenang mendingan Alit Sembodo. Acara tersebut juga merupakan pembukaan Yayasan Alit Sembodo yang bergerak dalam bidang pembiayaan dan pengembangan seni rupa.

Pameran Karya

sunting

Pada 22 Agustus-2 September 2009, Koong Galery dengan didukung oleh pihak keluarga Alit Sembodo membuat pameran tunggal dengan tema - Journey: Sketsa dan Lukisan Alit Sembodo, di Galeri City Plaza Jakarta. Karya Alit yang dipamerkan tidak hanya berupa lukisan, tetapi juga sketsa, ilustrasi, komik, karikatur, dan gambar ekspresif. Semasa hidupnya, salah satu karya Alit pernah terjual dengan harga 1.2 miliar rupiah di Balai Lelang Lukisan. Rizki A. Zaelani, salah satu kurator seni rupa menyatakan bahwa kelebihan Alit Sembodo sebagai pelukis terletak pada kemampuannya menggambar garis ekspresif.[2]

Pada 23 Februari - 1 Maret 2011, karya-karya Alit juga dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia dengan judul Sirkus Politik: Jagad Purba.[3] Beberapa karya yang dipamerkan mencerminkan kondisi masyarakat pasca tahun 1998 (Orde Baru) yang ditampilkan dengan adanya konflik masyarakat yang menjurus pada kekerasan.[4] Pameran tersebut diselenggarakan oleh Umah Seni Jakarta dan kurator yang berperan di dalamnya adalah Hendro Wiyanto.[5] Pameran ini sempat menjadi perdebatan karena iklan yang digunakan memuat wajah Alit yang dilingkari oleh tali (tiang gantung). Beberapa rekan Alit Sembodo mengkritik keras iklan tersebut karena dinilai tidak pantas.[4]

Referensi

sunting
  1. ^ Almanak Seni Rupa Indonesia. Halaman 714. IBOEKOE/Gelaran Almanak. 2012. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  2. ^ Mengenang goresan tangan Alit Sembodo. Kabarbisnis.com - 26 Agustus 2009.
  3. ^ Katalog Alit Sembodo. Sirkus Politik: Jagad Purba.
  4. ^ a b Sirkus Politik dalam Karya Alit Sembodo[pranala nonaktif permanen]. Ismi Wahid. Senin, 21 Februari 2011. Tempo.co
  5. ^ (Inggris)In memory of Alit Sembodo. Carla Bianpoen. February 24 2011. The Jakarta Post.