Sianobakteri

bacteria
(Dialihkan dari Alga biru-hijau)
Sianobakteri
Rentang waktu: 3500–0 Ma
Tolypothrix sp.
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Cyanobacteria

Stanier, 1973
Ordo

Taksonomi saat ini masih dalam revisi[1][2]

  • Bentuk Uniseluler

Chroococcales (subordo-Chamaesiphonales dan Pleurocapsales)

  • Filamentous (dalam bentuk kolonial)

Nostocales (= Hormogonales atau Oscillatoriales)

  • True-branching (pemula selama beberapa sumbu)

Stigonematales

Sinonim
  • Myxophyceae Wallroth, 1833
  • Phycochromaceae Rabenhorst, 1865
  • Cyanophyceae Sachs, 1874
  • Schizophyceae Cohn, 1879
  • Cyanophyta Steinecke, 1931
  • Oxyphotobacteria Gibbons & Murray, 1978

Cyanobacteria /sˌænbækˈtɪəriə/, juga dikenal sebagai Cyanophyta, sering disebut dalam bahasa Indonesia sebagai sianobakteria atau sianobakteria adalah sebuah filum bakteri yang mendapatkan kebutuhan energinya melalui fotosintesis.[3] Nama "cyanobacteria" berasal dari warna yang dimiliki bakteri ini (bahasa Yunani: κυανός (kyanós) = biru). Mereka sering disebut alga biru-hijau (tetapi beberapa mengklaim bahwa penamaan itu salah, sianobakteria adalah organisme prokariotik sedangkan alga seharusnya eukariotik,[4] meskipun definisi lain mengenai alga juga mencakup organisme prokariotik).[5]

Dengan memproduksi gas oksigen sebagai hasil sampingan fotosintesis, sianobakteria diperkirakan telah mengubah atmosfer tipis pada awal pembentukan Bumi menjadi atmosfer yang teroksidasi, mengakibatkan "perkaratan besar-besaran di Bumi"[6] dan Peristiwa Oksigenasi Besar secara dramatis telah mengubah komposisi bentuk kehidupan di Bumi dengan menstimulasi biodiversitas dan menjadikan organisme anaerobik mendekati kepunahannya. Menurut teori endosimbiotik, kloroplas yang ditemukan pada tumbuhan dan alga eukariotik adalah evolusi dari leluhur sianobakteria melalui endosimbiosis.

Sianobakteria dapat dikatakan sebagai mikroorganisme tersukses di Bumi. Bakteri ini secara genetik memiliki banyak variasi; mereka juga dapat hidup di berbagai macam habitat di seluruh penjuru bumi, tersebar di air tawar, air laut, dan ekosistem darat, mereka juga ditemukan di relung terekstrem seperti sumber air panas, pabrik garam, dan teluk air tawar.

Ekologi

sunting
 
Blooming sianobakteria di perairan dekat Fiji

Sianobakteria dapat ditemukan di hampir semua habitat terestrial dan akuatik—laut, air tawar, tanah lembap, batu yang untuk sementara terkena air di gurun-gurun, batu cadas dan tanah di pegunungan, dan bahkan pada bebatuan di Antartika. Mereka dapat muncul sebagai sel-sel planktonik atau membentuk biofilm fototropis (koloni). Mereka juga ditemukan di kebanyakan ekosistem endolitik.[7] Beberapa di antaranya merupakan organisme endosimbion pada liken, tanaman, bermacam-macam protista, ataupun spons laut dan berperan menyediakan energi untuk inangnya. Ada juga yang hidup di bulu kungkang untuk menyediakan suatu bentuk kamuflase.[8]

Sianobakteria akuatik terkenal dengan blooming-nya yang luas dan dapat terlihat jelas, dapat terbentuk baik di air tawar ataupun lingkungan perairan laut. Blooming ini dapat berwarna biru-hijau atau kuning-kecoklatan. Blooming ini biasanya mengandung racun, dan sering kali menyebabkan perairan tempat rekreasi ditutup. Bakteriofag laut adalah parasit utama sianobakteria uniseluler yang hidup di laut.[9]

Klasifikasi

sunting

Sianobakteria secara tradisional diklasifikasikan menjadi lima kelompok, berdasar struktur tubuhnya yaitu: Chroococcales, Pleurocapsales, Oscillatoriales, Nostocales, dan Stigonematales. Pengelompokan ini sekarang dipandang tidak tepat dan proses revisi tengah dilakukan dengan bantuan teknik-teknik biologi molekular.

Penyematan (fiksasi) nitrogen dan karbon

sunting

Sianobakteri adalah satu-satunya kelompok organisme yang mampu mereduksi nitrogen dan karbon dalam kondisi disertai oksigen (aerob) maupun tanpa oksigen (anaerob). Mereka melakukannya dengan mengoksidasi belerang (sulfur) sebagai pengganti oksigen. Penyematan nitrogen dilakukan dalam bentuk heterokista, sementara penyematan karbon dilakukan dalam bentuk sel fotosintetik yang menggunakan pigmen klorofil (seperti tumbuhan hijau) maupun fikosianin (khas kelompok bakteri ini).

Peran biologi

sunting

Beberapa spesies sianobakteria memproduksi racun saraf (neutrotoksin), hati (hepatotoksin), dan sel (sitotoksin). Mereka juga membentuk endotoksin yang berbahaya bagi hewan dan manusia.

Beberapa jenis sianobakteria yang menghuni perairan melepaskan geosmin, yaitu senyawa organik yang bertanggung jawab atas aroma tanah/lumpur.

Anabaena bersimbiosis pada akar sikas atau jaringan paku air Azolla dan membantu penyediaan nitrogen bagi inangnya.

Referensi

sunting
  1. ^ "Cyanophyceae". Cyanophyceae. Access Science. Diakses tanggal 21 April 2011. 
  2. ^ Ahoren Oren (2004). "A proposal for further integration of the cyanobacteria under the Bacteriological Code". Int. J. Syst. Evol. Microbiol. 54 (Pt 5): 1895–1902. doi:10.1099/ijs.0.03008-0. PMID 15388760. 
  3. ^ "Life History and Ecology of Cyanobacteria". University of California Museum of Paleontology. Diakses tanggal 17 Juli 2012. 
  4. ^ Allaby, M ed. (1992). "Algae". The Concise Dictionary of Botany. Oxford: Oxford University Press. 
  5. ^ Lee, R. E. (2008). Phycology. Cambridge University Press. 
  6. ^ Schopf, J. W. (2012) "The fossil record of cyanobacteria", pp. 15–36 in Brian A. Whitton (Eds.) Ecology of Cyanobacteria II: Their Diversity in Space and Time. ISBN 9789400738553.
  7. ^ de los Ríos, A; Grube, M; Sancho, LG; Ascaso, C (February 2007). "Ultrastructural and genetic characteristics of endolithic cyanobacterial biofilms colonizing Antarctic granite rocks". FEMS Microbiology Ecology. 59 (2): 386–95. doi:10.1111/j.1574-6941.2006.00256.x. PMID 17328119. 
  8. ^ Vaughan, Terry (2011). Mammalogy. Jones and Barlett. hlm. 21. ISBN 9780763762995. 
  9. ^ Schultz, Nora (30 August 2009) "Photosynthetic viruses keep world's oxygen levels up". New Scientist.

Bacaan lanjutan

sunting

Pranala luar

sunting