Al-Faruq (bahasa Arab: الفاروق, translit. al-Fārūq, har. 'Pembeda') adalah gelar yang diberikan kepada orang yang membedakan antara yang benar dan yang salah.[1] Itu adalah gelar yang terkenal dari khalifah kedua, Umar bin Khattab (m. 634–644).

Al-Faruq
الفاروق
Representasi Kaligrafi Arab dari al-Faruq
PelafalanAl-Fārūq
(bahasa Arab: فاروق),
Farouk,
Faruqi,
Farook,
Faruk,
Faroeq,
Faruq,
Farouq,
Farooqi,
Farooqui,
Fārūq
Jenis kelaminLaki-laki
BahasaArab
Asal usul
ArtiOrang yang dapat membedakan antara yang benar dan salah
Daerah asalJazirah Arab (Timur Tengah)

Etimologi

sunting

Menurut Lisān al-'Arab (kamus Arab karya Ibnu Manẓūr), al-Faruq mengacu pada membuat perbedaan antara dua subjek, dalam hal ini merupakan orang yang membedakan antara benar dan salah.[2] Sementara itu, al-Faruq diterjemahkan sebagai "diskriminator" oleh Gerald T. Elmore,[3] dan Richard F. Burton.[4] Khalifah Umayyah ketujuh, Sulaiman bin Abdul Malik (m. 715–717) juga mengartikan gelar ini sebagai "diskriminator".[5] Namun, karena morfologi leksem fārūq bukan murni dari bahasa Arab, kata tersebut tampaknya berasal dari bahasa Siro-Aram, misalnya pārōqā yang berarti "Juruselamat" seperti yang dikemukakan oleh Robert M. Kerr.[6]

Sejarah

sunting

Menurut sumber sejarah Sunni, Muhammad memberikan gelar al-Faruq kepada Umar.[1] Putra Kahn Jahan, menteri Muhammad bin Tughluq mengklaim Umar mendapatkan gelar ini langsung dari nabi Islam Muhammad.[7] Hal ini dibantah oleh riwayat ath-Thabari, Ibnu Sa'ad, dan Tahdzib yang menyebutkan bahwa, “Ahlul Kitab (Yahudi) adalah orang pertama yang menyebut Umar ‘al-Faaruq, kami belum pernah mendengar Nabi menyebutkan hal tersebut.”[8]

Di antara sumber-sumber sejarah Syiah, ada sebuah hadis yang dikaitkan dengan Muhammad. Dalam hadis tersebut, Muhammad menyebut Ali bin Abi Thalib sebagai al-Faruq.[9] Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi adalah perawi hadis ini.[10] Ada juga beberapa sumber Syiah yang menegaskan bahwa ahli kitab adalah orang-orang yang pertama kali menyebut Umar sebagai al-Faruq.[9][11]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Mohammed Jabar (1 November 2014). Islam and the West: A Rational Perspective. Memoirs Publishing. hlm. 69–. ISBN 978-1-86151-298-7. 
  2. ^ Ibn Manẓūr. Lisān al-'Arab. hlm. 303. 
  3. ^ Elmore, Gerald T. (1999). Islamic Sainthood in the Fullness of Time: Ibn Al-Arabi's Book of the Fabulous Gryphon. Brill Academic Pub; annotated edition. hlm. 283. ISBN 978-9004109919. 
  4. ^ Burton, Richard F. (December 2008). Arabian Nights. Cosimo Classics. hlm. 99. ISBN 978-1-60520-578-6. 
  5. ^ Schroeder, Eric (January 2002). Muhammad's People: An Anthology of Muslim Civilization. Dover Publications. hlm. 231. ISBN 978-0-486-42502-3. [sumber mendukung?]
  6. ^ Kerr, Robert M. (December 2022). «Farüqter Heiland» et le Hajj original à Jérusalem. Quelques remarques sur le messianisme de l’islam naissant, in M. Groß and R. M. Kerr (eds.), Die Entstehung einer Weltreligion VI. Vom umayyadischen Christentum zum abbasidischen Islam. Schiler & Mücke. hlm. 458-507. ISBN 978-3-89930-389-6. 
  7. ^ "Sarkár of Dándes". Bibliotheca Indica. Baptist Mission Press. 61 (2). p. 226, footnote 4. 1891. Diakses tanggal 12 May 2019. 
  8. ^ Yar-Shater, Eshan, ed. (2015). The Conquest of Iran A.D. 641-643/A.H. 21-23. The History of al-Tabari. 14. Diterjemahkan oleh Smith, G Rex. SUNY Press. hlm. 96. ISBN 978-1-4384-2039-4. 
  9. ^ a b Mesbah Yazdi, Mesbah Yazdi. quarter of arrogancزینهار از تکبر]. 1. hlm. 217. 
  10. ^ Ameli, jafar morteza. Ṣaḥīḥ of Biography of Imam Ali. 14. hlm. 156. 
  11. ^ Wheeler, Brannon (2002-06-18). Prophets in the Quran: An Introduction to the Quran and Muslim Exegesis. Bloomsbury Academic. hlm. 358. ISBN 978-0-8264-4957-3.