Akademi Angkatan Laut

universitas di Indonesia

Akademi Angkatan Laut (AAL) adalah sekolah pendidikan TNI Angkatan Laut di Krembangan, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Akademi Angkatan Laut mencetak Perwira TNI Angkatan Laut. Secara organisasi, Akademi Angkatan Laut berada di dalam struktur organisasi TNI Angkatan Laut dan berada di bawah pembinaan Akademi TNI, yang dipimpin oleh seorang Gubernur Akademi Angkatan Laut.

Akademi Angkatan Laut
⚓️
Dibentuk10 Oktober 1951
NegaraIndonesia
CabangTentara Nasional Indonesia
Tipe unitKomando Pendidikan
Bagian dariTNI Angkatan Laut
MarkasSurabaya, Jawa Timur
Motoहरी धर्म शांति Hree Dharma Shanti (Bahasa Sanskerta)
Situs webwww.aal.ac.id
Tokoh
GubernurLaksamana Muda TNI Supardi, S.E., M.B.A., CHRMP.
Wakil GubernurBrigadir Jenderal TNI (Mar) Gatot Mardiyono, S.H., M.Tr.Opsla.
SeklemLaksamana Pertama TNI Ir. Weningingtyas Alindri, M.A.P.
Danmen AALKolonel Laut (P) Dr. Arya Delano, S.E., M.Pd.

Sebutan Taruna AAL adalah “Kadet”, Calon Kadet Akademi Angkatan Laut merupakan lulusan SMA atau MA. AAL merupakan pendidikan ikatan dinas yang dibiayai oleh negara. Pendidikan AAL ditempuh selama 4 tahun dan setelah lulus dan dilantik menjadi Perwira Pertama berpangkat Letnan Dua, Kadet AAL berhak menyandang predikat sebagai Sarjana Terapan Pertahanan (S.ST.Han), Selama masa pendidikan, Kadet AAL tidak diperkenankan untuk menikah.

Satuan

sunting
  • Batalyon 1 Taruna (Macan Kumbang)
  • Batalyon 2 Taruna (Hiu Perkasa)
  • Batalyon 3 Taruna (Elang)
  • Batlyon 4 detasmen Taruni ( Gurita)

Sejarah

sunting

Institut Angkatan Laut (1951–1956)

sunting

Pada tahun 1951, Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) membuka Institut Angkatan Laut (IAL) berdasarkan Surat Keputusan Mentri Pertahanan Nomor: D/MP/279/1951 tanggal 29 Juni 1951. Kemudian disusul dengan S.K. Nomor: D/MP/313/51 tanggal 28 Juli 1951 yang memuat program pendidikan ALRI yang dilaksanakan secara mandiri.[1]

Secara Internal pendidikan di IAL sudah dimulai pada tanggal 10 September 1951 dengan Komandan IAL pertama adalah Mayor Pelaut R. S. Hadiwinarso. Akan tetapi, IAL baru diresmikan oleh Presiden R.I =Soekarno pada hari Rabu, 10 Oktober 1951, pukul 04.50 WIB.

Peresmian pembukaan IAL yang berlokasi di Morokrembangan Surabaya atau yag dikenal dengan nama Bumimoro ini disaksikan oleh para pejabat Pemerintah R.I, antara lain Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX, Sekjen Kementerian Pertahanan Mr. Ali Budiharjo, Menteri Penerangan Arnold Mononutu, KSAD Kolonel T.B. Simatupang, KSAL Kolonel R. Soebijakto, KSAU Komodor Soerjadarma, Gubernur, Pembesar Militer dan Sipil Jawa Timur.

Pada Angkatan I, IAL membuka 3 jurusan atau korps yaitu korps Navigasi, korps Teknik Mesin, dan korps Administrasi. Lama pendidikan ditentukan tiga tahun yang terbagi atas dua tahun teori dan satu tahun praktik. Pada pelajaran teori, sebagian besar diberikan oleh anggota Misi Militer Belanda (MMB) dan banyak menggunakan bahasa Belanda. Sedangkan untuk penggemblengan watak dan fisik diberikan oleh pihak ALRI sendiri. Satu tahun kemudian yaitu pada penerimaan Angkatan II, ditambah dua korps yaitu korps Komando (KKO) dan korps Elektronika.

Berdasarkan S.K. KSAL Nomor: G.11/10/8, tanggal 8 Juni 1954, diadakan perubahan pola pendidikan untuk Kadet Angkatan III. Pada Perubahan tersebut Kadet Angkatan III mendapatkan pelajaran teori selama tiga tahun yang diselingi dengan latihan praktik selama 5.5 bulan.

Akademi Angkatan Laut (1956–1965)

sunting

Pada tanggal 13 Desember 1956, IAL berubah menjadi Akademi Angkatan Laut (AAL) dengan sistem pendidikan tetap tiga tahun. Selanjutnya pada tahun 1961, karena sistem pendidikan tiga tahun dianggap terlalu singkat, maka diubah menjadi sistem pendidikan empat tahun. Prosentase pelajaran yang diberikan menjadi 73% pelajaran praktik/latihan serta teori kemiliteran/keangkatan lautan (profesi), dan 27% pengetahuan akademik (Iptek). Sedangkan sistem lima korps yang ada dilebur menjadi hanya tiga korps, yaitu korps Pelaut ( gabungan dari Pelaut, Teknik dan Elektro), Administrasi dan Komando/Marinir. Tiga korps ini disebut sebagai “sistem laut”.[1]

Menjelang akhir dari periode ini sistem laut dengan tiga korps disempurnakan lagi menjadi sistem jurusan terbatas (Limited Line System) atau dinamakan “Sistem Cikar Kemudi”, yang hanya terdiri dari korps Pelaut dan Marinir. Sistem ini hanya menghasilkan sebagian angkatan ke XI, dan seluruh angkatan ke XII dan XIII. Pada angkatan XI V dan XV, kembali diubah menjadi empat korps (Pelaut, Teknik, Elektronika, dan Marinir).

AKABRI Bagian Laut (1965–1984)

sunting

Pada tanggal 16 Desember 1965, telah diputuskan oleh Presiden R.I selaku Panglima Tertinggi ABRI/Panglima Besar Komando Operasi Tertinggi, tentang peresmian berdirinya Lembaga Pendidikan AKADEMI BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA (AKABRI) berdasarkan Surat Keputusan No. 185/KOTI/1965. Dengan demikian, lembaga-lembaga pendidikan militer sebelumnya, AMN, AAL, AAU, dan AAK dihapuskan.[1]

Pada tanggal 5 Oktober 1966, dibentuklah markas Komando AKABRI di Jakarta yang merupakan badan pelaksana pusat dalam Departemen HANKAM. Berdasarkan S.K. WAPERDAM BIDANG HANKAM No. KEP/E/61/66, diangkatlah Mayor Jenderal TNI achmad Tahir, Gubernur AMN di Magelang. sebagai Komandan Jenderal AKABRI yang pertama.

Pada tanggal 29 Januari 1967, diselenggarakan upacara pembukaan tahun akademi AKABRI Tingkat I atau AKABRI Bagian Umum yang bertempat di Magelang. Berada satu atap dengan AKABRI Bagian Darat (perhubahan dari AMN sebelum integrasi). Selanjutnya, AAL menjelma menjadi AKABRI Bagian Laut, AAU menjelma menjadi AKABRI Bagian Udara, AAK menjelma menjadi AKABRI Kepolisian.

Dalam kaitannya dengan upaya integrasi, kegiatan-kegiatan pendidikan utama yang bersifat integrasi mendapatkan perhatian serius yang meliputi: Pendidikan Dasar Prajurit, Latihan Integrasi Taruna Weda, dan Kegiatan Pekan Olah Raga Bersama. Periode ini menghasilkan lulusan angkatan ke XVI s/d angkatan ke XXXI.

Akademi TNI Angkatan Laut (1984–sekarang)

sunting

Berdasarkan Keputusan Pangab No. Kep/29/X/1984, tanggal 10 November 1984, AKABRI Bagian Laut berubah menjadi Akademi TNI Angkatan Laut disingkat AAL.[1]

Dalam perkembangan lebih lanjut, AAL menetapkan pola kurikulum 5 bulan + 3 tahun + 7 bulan. Beban studi dihitung dalam satuan kredit semester (SKS) yang dilaksanakan berdasarkan SKep. KASAL nomor: SKep/331/III/1999, tanggal 2 Maret 1999, tentang kurikulum pendidikan Mapwa TNI AL dan Dikpasis. Dan Sejak tahun 2003, Korps Administrasi diubah menjadi Korps Suplai. HUT AAL sesuai Perkasal NO. 77/X/2009 memutuskan hari AAL tanggal 10 Oktober 1951.[2]

Validasi Seklem AAL

sunting

Hasil validasi organisasi AAL sesuai Perkasal Nomor 16 Tahun 2020 tanggal 8 April 2020 yang semula jabatan Sekretaris Lembaga (Seklem AAL) dijabat oleh seorang Perwira Menengah TNI AL berpangkat Kolonel, kini dijabat oleh seorang Perwira Tinggi TNI AL berpangkat Bintang Satu atau Laksamana Pertama/Brigadir Jenderal.[3] Seklem AAL adalah unsur staf dan pelayanan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur AAL yang mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan Inspektorat, Penjaminan Mutu, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Pembinaan Pengamanan, Pembinaan Kesekretariatan Umum, Pembinaan Penerangan dan Pembinaan Museum dilingkungan AAL.

Alutsista

sunting

Gubernur

sunting
  1. Mayor Pelaut Raden Soekamsi Hadiwinarso (1951–1953)
  2. Mayor (KKO) HW. Huhnholz (1953–1955)
  3. Mayor Pelaut Koen Djelani (1955–1959)
  4. Letkol Laut Frits Suak (1959–1961)
  5. Letkol Laut R. Soebijakto (1961–1964)
  6. Komodor Laut S. Prodjo Sukanto (1964–1966)
  7. Komodor Laut Soediarso (1966–1967)
  8. Komodor Laut R.E. Soeprapto (1967–1970)
  9. Laksamana Muda TNI Rudy Poerwana (1970–1973)
  10. Laksamana Muda TNI Hotma Harahap (1973–1976)
  11. Laksamana Muda TNI Kumoro Utoyo (1976–1977)
  12. Laksamana Muda TNI M. Mardiono (1977–1983)
  13. Laksamana Muda TNI Soegiyatmo (1983–1986)
  14. Mayor Jenderal (KKO) Edy Hidrosin (1986–1988)
  15. Mayor Jenderal (KKO) Winanto (1988–1990)
  16. Laksamana Muda TNI Tonny Soekaton (1990–1992)
  17. Laksamana Muda TNI FX Murdjijo (1992–1993)
  18. Laksamana Muda TNI Warsono HP (1993–1995)
  19. Laksamana Muda TNI Abu Hanifah Hasanudin (1995–1996)
  20. Mayor Jenderal TNI (Mar) Sudarsono Kasdi (1996–1998)
  21. Laksamana Muda TNI Reno Maurits Silitonga (1998–1999)
  22. Laksamana Muda TNI Frits A.C. Mantiri (1999–2001)
  23. Laksamana Muda TNI Wahyuno Sudjadi (2001–2002)
  24. Laksamana Muda TNI Wahyu Sasongko (2002–2003)
  25. Mayor Jenderal TNI (Mar) Nono Sampono (2003–2006)
  26. Mayor Jenderal TNI (Mar) Agung Widjajadi (2006–2008)
  27. Laksamana Muda TNI Sudjatmiko (2008)
  28. Laksamana Muda TNI Mochamad Jurianto (2008–2009)
  29. Laksamana Muda TNI Didik Suhardi (2009–2010)
  30. Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto (2010–2010)
  31. Laksamana Muda TNI Hari Bowo (2010–2010)
  32. Laksamana Muda TNI Ade Supandi (2010–2011)
  33. Laksamana Muda TNI Agus Purwoto (2011–2012)
  34. Laksamana Muda TNI Herry Setianegara (2012–2013)
  35. Laksamana Muda TNI I Nyoman Gede N. Ary Atmaja (2013–2014)
  36. Laksamana Muda TNI Achmad Taufiqoerrochman (2014)
  37. Mayor Jenderal TNI (Mar) Guntur Irianto Cipto Lelono (2014–2016)
  38. Laksamana Muda TNI Wuspo Lukito (2016–2018)
  39. Laksamana Muda TNI Muhammad Ali (2018–2019)
  40. Laksamana Muda TNI Edi Sucipto (2019–2020)
  41. Laksamana Muda TNI Tunggul Suropati (2020–2021)
  42. Mayor Jenderal TNI (Mar) Nur Alamsyah (2021–2022)
  43. Laksamana Muda TNI Denih Hendrata (2022–2023)
  44. Mayor Jenderal TNI (Mar) Endi Supardi (2023-2023)
  45. Laksamana Muda TNI Supardi, S.E., M.B.A., CHRMP. (2023-Sekarang)

Adhi Makayasa

sunting

Penghargaan tahunan kepada lulusan terbaik dari setiap matra TNI dan POLRI.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting