Ahmad al-Qusyasyi (1583-1661) adalah seorang seorang ulama tasawuf kelahiran Madinah. Ia adalah mursyid dari tarekat Syattariyah. Tahun 1602, ia bersama ayahnya menuntut ilmu pada ulama-ulama Yaman. Setelah kembali ke Madinah, ia mempelajari tarekat terutama kepada Ahmad al-Syinnawi, yang kemudian juga menjadi mertuanya. Setelah Al-Syinnawi wafat, Al-Qusyasyi menjadi khalifah penerus tarekat Syattariyah.[1][2]

Tarekat Syattariyah yang diajarkan Al-Qusyasyi adalah paham tarekat sufi yang bersifat ortodoks, yang menolak ajaran wahdatul wujud. Ini berbeda dengan keadaan awal tarekat Syattariyah, yang pada masa sebelumnya bersifat heterodoks. Dengan demikian, penyebaran oleh murid-murid Al-Qusyasyi juga membawa paham yang serupa dengan guru mereka tersebut.[2][3]

Beberapa murid ternama Al-Qusyasyi yang berasal dari Asia Tenggara, antara lain Abdurrauf Singkil (Aceh), Abdul Muhyi Pamijahan (Jawa Barat), Yusuf al-Makassari (Sulawesi Selatan), dan Abdul Malik bin Abdullah (Trengganu).[1][2]

Setelah ia wafat, salah seorang muridnya yang menjadi penerus tarekat ialah Ibrahim al-Kurani, yang juga menjalin hubungan yang dekat dengan para murid asal Asia Tenggara.[1]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Laffan, Michael (2016-01-08). Sejarah Islam di Nusantara. Bentang Pustaka. ISBN 9786022910589. 
  2. ^ a b c Azra, Azyumardi (2006). Islam in the Indonesian World: An Account of Institutional Formation (dalam bahasa Inggris). Mizan Pustaka. ISBN 9789794334300. 
  3. ^ Sunarwoto (February 2009). "The Shattariya Order Between Universal and Local Islam". Millah. VIII No 2.