Agnotologi (dahulu agnatologi) adalah studi menyangkut tentang ketidaktahuan atau keraguan yang disebabkan oleh budaya, yang paling utama disebabkan oleh penyebaran data ilmiah yang tidak akurat dan bersifat menyesatkan. Seorang profesor dari Universitas Stanford, Robert N. Proctor, mengkhususkan diri untuk memperdalam sejarah sains dan teknologi,[1] dan ahli bahasa Iain Boal juga menciptakan sebuah neologisme[2][3][4] dari bahasa Yunani Neoclassical, dan agnosis yang berarti “tidak tahu”. Secara universal, istilah ini menerangkan kondisi umum tentang sesuatu tentang banyaknya pengetahuan tentang subjek meninggalkan suatu hal yang tidak pasti daripada sebelumnya. Seorang akademisi lain bernama David Dunning dari Cornell University yang mempelajari tentang ketidaktahuan, ini merupakan tempat dimana setiap orang mempunyai kesempatan untuk menjadi ahli mereka sendiri, konon katanya, yang membuat kepentingan kuat dengan sengaja menyebarkan ketidaktahuan.[5]

Irvin C.Schick menyebutkan dalam bukunya yang berjudul 1999 The Erotic Margin "untuk membedakan ketidaktahuan, dan untuk menunjukkan kurangnya pengetahuan yang dibangun secara sosial, yaitu adanya ketidaktahuan, perubahan bagian-bagian itu sebagai objek potensial politik Barat dan perhatian ekonomi, ini merupakan pemaksaan kolonialisme." Ada banyak penyebab dari ketidaktahuan budaya. juga dalam pengaruh media, baik melalui kelalaian atau sebagai akibat dari kekeliruan dan manipulasi yang disengaja. Korporasi dan lembaga pemerintah dapat berkontribusi pada materi pelajaran yang dipelajari dari agnotologi lewat kerahasiaan dan penindasan informasi, penghancuran dokumen, dan berbagai bentuk dari seleksi, perhatian, dan pelecehan budaya yang melekat tidak dapat dihindari.

Sejarah

sunting

Istilah “Agnotologi” pertama kali ditemukan dalam catatan kaki di buku Proctor pada tahun 1995, The Cancer Wars: Bagaimana bentuk Politik yang diketahui dan tidak diketahui mengenai penyakit kanker: “sejarawan dan filsuf sains cenderung memperlakukan ketidaktahuan sebagai sesuatu yang terus berkembang. John Kepler mengatakan bahwa, sebagai ibu yang harus mati ketika melahirkan.karena ketidaktahuan mengenai sains. Ketidahtahuan, meskipun lebih kompleks daripada hal ini. ia mempunyai geografi politik yang berbeda dan selalu berubah seiring indikator yang mempengaruhi suatu pernasalahan, dan hal ini baik apabila politik pengetahuan diperjelas agnotologi politik untuk melengkapi epistemologi politik kita. Proctor mengutip istilah tersebut sebagai deskripsi dari penelitiannya yang judulnya “hanya setengah bercanda”, seperti “agnotologi” dalam sebuah wawancara tahun 2001 perihal pekerjaannya yang sederhana dengan batu akik yang berwarna-warni. Ia mengkorelasikan dua topik yang tampaknya tidak terkait dengan mencatat kurangnya pengetahuan geologi dan studi tentang akik semenjak deskripsi pertama diakui oleh Theophrastus pada tahun 300 M. Relatif dengan penelitian ekstensif tentang bantuan dan mineral lainnya, antara lain seperti berlian, esbes, granit, dan batu bara, semua yang memiliki nilai komersial jauh lebih tinggi. Ia mengatakan bahwa akikk merupakan “korban ketertarikan ilmiah”, sikap apatis yang disebutnya sebagai “konstruksi sosial ketidaktahuan”. Dia kemudian dikutip dengan menyebutnya “agnotogi, atau studi tentang ketidaktahuan”, dalam sebuah ceramah di New York Time tahun 2003 mengenai ahli sejarah medis yang bersaksi sebagai saksi ahli. Proctor mengorganisir bersama istrinya Londa Schiebinger, yang juga sebagai ahli sejarah sains, karya pertamanya merupakan sebuah lokakarya di Pennsylvania State University pada tahun 2003 dengan judul “Agnotology: The Cultural Production of Ignorance”, dan selanjutnya sebuah konferensi di Stanford Unevercity pada tahun 2005 yang berjudul “Agnotologi: Produksi Budaya Ketidaktahuan”[6]

Referensi

sunting
  1. ^ "Stanford History Department : Robert N. Proctor". Stanford University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 March 2007. Diakses tanggal 2007-08-12. 
  2. ^ interview with Robert Proctor "So I asked a linguist colleague of mine, Iain Boal, if he could coin a term that would designate the production of ignorance and the study of ignorance, and we came up with a number of different possibilities."Agnotology: understanding our ignorance (dalam bahasa Inggris), 2016-12-15, diakses tanggal 2017-01-31 
  3. ^ Arenson, Karen W. (2006-08-22). "What Organizations Don't Want to Know Can Hurt". New York Times. 'there is a lot more protectiveness than there used to be,' said Dr. Proctor, who is shaping a new field, the study of ignorance, which he calls agnotology. 'It is often safer not to know.' 
  4. ^ Kreye, Andrian (2007). "We Will Overcome Agnotology (The Cultural Production Of Ignorance)". The Edge World Question Center 2007. Edge Foundation. hlm. 6. Diakses tanggal 2007-08-12. This is about a society's choice between listening to science and falling prey to what Stanford science historian Robert N. Proctor calls agnotology (the cultural production of ignorance) 
  5. ^ Kenyon, Georgina. "The Man Who Studies the Spread of Ignorance". BBC. 
  6. ^ "Agnotology". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 2017-11-11.