Agama Wad'i adalah agama dunia (natural religion) yang tidak bersumber pada wahyu Illahi melainkan hasil ciptaan akal pikiran dan perilaku manusia, oleh karena disebut juga dengan agama budaya atau agama bumi.[1][2]

Menurut Islam, semua agama selain Islam adalah termasuk ke dalam agama Wad'i. Selain itu, Agama abrahamik lainnya seperti Yahudi dan Kristen dianggap pada awalnya merupakan agama Samawi, akan tetapi seiring berjalannya waktu berubah menjadi agama Wad'i.

Agama Wad'i lahir dari filsafat masyarakat, baik yang berasal dari para pemimpin masyarakat ataupun dari para pengajar agama yang bersangkutan.[3] Agama ini berkembang pada masyarakat yang memliki tingkat solidaritas mekanik atau pada masyarakat yang masih memeliki pola berpikir yang tradisional.[4]

Pengelompokkan agama menjadi agama samawi (langit) dan agama Wad'i (bumi) sebenarnya sangat bias dan tidak relevan untuk diaplikasikan ke kajian perbandingan agama saat ini. Selain karena hanya menggunakan sudut pandang tradisi Judeo-Kristen-Islam, pembagian ini kerap menegasikan kajian empirik atas agama.

Ciri-ciri

sunting
  1. Konsep ketuhanannya tidak monotheis atau tidak hanya memiliki satu Tuhan.[3]
  2. Tidak disampaikan oleh nabi atau rasul sebagai utusan Tuhan.[3]
  3. Kitab sucinya bukan berdasarkan wahyu Tuhan.[3]
  4. Kebenaran ajaran dasarnya tidak tahan kritik terhadap akal manusia.[3]
  5. Ajaran agama tidak terpisahkan engann adat istiadat dan kebudayaan dari penduduk.[4]
  6. Sesuatu yang disembah adalah dewa-dewi, roh-roh, ataupun kekuatan alam lainnya, seperti api,air,atau Matahari.[4]

Kritisisme

sunting

Pada faktanya, istilah Agama Wad'i sangat bias dan tidak akurat untuk menyebut agama-agama yang sering dilabeli secara tidak tepat secara sepihak sebagai agama Wad'i seperti Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Dalam hal konsep ketuhanan, agama seperti konghucu pada hakikatnya merupakan agama monoteis, memiliki satu Tuhan tertinggi dengan sebutan Tian. Adapun Konghucu sendiri dianggap sebagai nabi oleh umat Konghucu. Istilah nabi sendiri dikenal dengan istilah Sheng Ren (聖 人).

Untuk kitab suci, umat Hindu meyakini Veda sebagai kata-kata para Avatara, yang merupakan jelmaan atau manifestasi dari Tuhan yang Maha Esa itu sendiri saat turun ke dunia.

Adapun terkait anggapan bahwa ajaran dasarnya tidak tahat kritik juga tidak akurat. Hingga sekarang, berbagai ajaran dasar dari agama Buddha bahkan masih sangat relevan dan sejalan dengan ilmu psikologi modern, terutama berkaitan dengan Sati atau mindfulness.

Selain itu, ajaran dalam agama Buddha juga diyakini oleh umatnya sebagai bersifat universal dan bahkan dapat berbaur dengan adat istiadat dan kebudayaan dari penduduk di seluruh dunia, mulai dari penduduk Asia Timur (Jepang, Cina, Korea), Asia selatan (India, Sri Lanka, Nepal), Asia Tenggara (Burma, Thailand), bahkan hingga ke penduduk di kerajaan Bactria (Raja Menander), hingga wilayah yang sekarang menjadi Iran, Afghanistan. Pada abad ke-21, bahkan mulai mendapat popularitas di negara barat seperti Australia, Amerika, yang dipopulerkan oleh Bikkhu yang berasal dari Barat seperti Ajahn Brahm.

Referensi

sunting
  1. ^ "Agama dan Budaya". 
  2. ^ Triwidiya. "Pengajuan Skripsi" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2014-06-13. 
  3. ^ a b c d e Sutardi, Tedi. Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XII. PT Grafindo Meia Pratama. 
  4. ^ a b c "Kelas 12 Antropologi Perkembangan Agam dan Kepercayaan di Indonesia". [pranala nonaktif permanen]