Abu Musa Al-Asy'ari
Abu Musa al-Asy'ari (bahasa Arab: أبو موسى الأشعري), yang bernama asli Abdullah bin Qais bin Sulaim al-Asy'ari, adalah salah seorang sahabat Nabi Islam Muhammad. Abu Musa al-Asy'ari berasal Yaman, dan masuk Islam di Mekkah sebelum terjadinya Hijrah. Saat masih muda, Abu Musa sudah menolak ajaran menyembah berhala, dan begitu mendengar adanya Nabi di utus ke Mekah secepat kilat ia berangkat dan berislam.[1] Setelah beberapa malam menimba ilmu Quran dari Nabi lantas mereka kembali ke Yaman untuk berdakwah.
![]() ![]() | |
Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 602 ![]() Zabid ![]() |
Kematian | 662 ↔ 672 ![]() Kufah ![]() |
Governor of Kufa (en) ![]() | |
655 – 657 ← Sa'id bin al-Ash – Qarsa ibn Kab al-Ansarí (en) ![]() | |
Governor of Basra (en) ![]() | |
639 – 650 ← Al-Mughirah bin Syu'bah – Abdullah bin Aamir → ![]() | |
Data pribadi | |
Agama | Islam ![]() |
Kegiatan | |
Pekerjaan | teolog, Qari' ![]() |
Murid | Anas bin Malik ![]() |
Konflik | Pertempuran Khaibar, Pembebasan Mekkah, Pertempuran Hunain dan Ekspedisi Tabuk ![]() |
Keluarga | |
Anak | Abu Barda ibn Abu Musa Al-Ash'ari (en) ![]() ![]() ![]() |
Kerabat | Abu Amir al-Asy'ari (paternal uncle (en) ![]() ![]() |
Ia dan dua saudara tuanya Abu Burdah dan Abu Ruhm, beserta 50 orang kaumnya meninggalkan Yaman dan dengan menggunakan kapal ikut beremigrasi ke Madinah dengan terlebih dahulu singgah ke Habasyah dengan menaiki dua kapal. Abu Musa dan kaum pengikutnya kemudian berhijrah ke Madinah bersama rombongan Jafar bin Abu Thalib lalu menemui Muhammad setelah Pertempuran Khaibar pada tahun 628.[1]
Setelah terlibat dalam Fathu Makkah pada tahun 629, Abu Musa menjadi salah seorang pemimpin pasukan muslim dalam Pertempuran Authas pada tahun 630.[2] Dua tahun kemudian, Muhammad mengutus Abu Musa dan Mu'adz bin Jabal ke Yaman (kota Zabid dan Aden) untuk menjadi pemimpin umat dan menyebarkan ajaran Islam di sana. Hadits terkenal yang diriwayatkan oleh Abu Burdah, dari ayahnya, dari kakeknya, menyebutkan bahwa Muhammad berpesan kepada mereka sebelum mereka berangkat: "Hendaklah kalian mudahkan dan jangan persulit, beri kabar gembira dan jangan membuat orang lari, saling patuhlah kalian berdua dan jangan saling bersengketa".[3]
Penaklukkan Bizantium
suntingAbu Musa ikut terlibat dalam proses kampanye penaklukkan wilayah Syams (Suriah) dan sekitarnya dari kekuasaan Bizantium. Saat wahab menyebar di Damaskus (Damsyik), Abu Musa menemani Abu Ubaidah bin Jarrah, pemimpin tertinggi umat Islam di wilayah tersebut. Istri Abu Musa tertular sehingga Abu Musa tak dapat keluar dari wilayah mewabah tersebut namun ia selamat sementara Abu Ubaidah wafat saat perjalanan mengungsi ke Jabalah sebagaimana intruksi Khalifah Umar bin Khathab.[4]
Penaklukkan Persia
suntingPada tahun 23 H, Abu Musa berhasil menaklukkan Isfahan dan Qumm. Umar bin Khathab lalu perintahkan Abu Musa pimpin pasukan menaklukkan Tastur yang dipimpin Hurmuzan. Dalam pertempuran dan pengepungan Tastur pada 642 M selama beberapa bulan banyak korban dari beberapa pihak, termasuk yang terkenal Barra bin Malik sahabat yang berhasil menewaskan 100 lebih pasukan musuh dan akhirnya syahid. Pada babak akhir, Abu Musa mendapatkan informasi jalan masuk rahasia ke benteng musuh melalui saluran air sehingga pasukan muslim bisa menyusup dari dalam dan membuka gerbang benteng musuh.[1]
Perselisihan Muawiyah-Ali
suntingSaat pecah perang saudara antara Muawiyah dan Ali dalam memperebutkan tahta Khalifah, Abu Musa memilih menyendiri dan tidak terlibat dalam konflik. Ia ditawari jabatan oleh Muawiyah namun ia menolak, dan setelah Perang Shiffin, Ali bin Abi Thalib meminta Abu Musa sebagai perwakilan perundingan damai melawan Amru bin Ash yang mewakili Muawiyah.[1]
Wafatnya
suntingAbu Musa wafat dalam kondisi sakit berhari-hari namun ia tetap memaksakan ibadah hingga hembusan nafas terakhir di Madinah tahun 662 M. Penerus Abu Musa yaitu putra Abu Burdah bin Abu Musa menjadi hakim/qadhi di Kufah pada masa dinasti Umayyah.
KEISTIMEWAAN ABU MUSA AL ASY'ARI
suntingBerikut adalah diantara keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki Abu Musa Al Asy'ari:
- Dipercaya Amirul Mukminin Umar bin Khattab menjadi gubernur Basrah (irak). Dan ketika diangkat menjadi Gubernur Basrah (sekarang Irak dekat Kuwait) selama lebih 5 tahun[4], beliau berpidato dihadapan masyarakat basrah dengan pidato yang mengherankan, "Sesungguhnya Amirul mukminin Umar telah mengirimku kepada kalian agar aku mengajarkan kalian Kitab Ar Rabb dan Sunnah Nabi kalian, serta membersihkan jalan hidup kalian". Jadi beliau sebagai gubernur tidak hanya mengajarkan al Qur'an dan sunnah, yang memang di masa awal islam itulah tugas dari seorang pemimpin. namun, beliau juga bertekad untuk membersihkan jalan hidup rakyatnya, membantu kehidupan rakyatnya. benarlah yang dikatakan oleh Imam Hasan Al Basri, "tidak seorang pengendara pun yang datang ke Basrah yang lebih berjasa kepada penduduknya selain dia (Abu Musa al Asy'ari ra)[5]
- Mengislamkan lebih dari lima puluh orang laki-laki dari kaumnya di Yaman, dan membawanya kepada Muhammad di Madinah.
- Dipuji oleh Muhammad termasuk kaum yang paling lembut hatinya. Muhammad bersabda, "orang-orang asy'ari ini (Abu musa dan kaumnya), bila mereka kekurangan makanan yang mereka miliki di selembar kain, lalu mereka membagi rata. mereka termasuk golonganku, dan aku termasuk golongan mereka.[5]
- Memiliki suara yang merdu. Muhammad bersabda, "Sungguh, Abu Musa telah diberi karunia seruling diantara seruling-seruling keluarga Dawud". setiap Umar melihat Abu Musa, ia langsung memanggil dan memintanya membaca Al-Qur'an, "Bangkitkanlah kerinduan kami pada Rabb kami wahai Abu Musa". [5]
- Dipilih Ali bin Abi Thalib menjadi juru bicara atau wakil pada perselisihan beliau dengan sahabat mulia Muawiyah ra. untuk mencapai perdamaian di tubuh kaum muslimin. [5]
Referensi
sunting- ^ a b c d Al-Mishri, Mahmud (2017). Biografi 104 Sahabat Nabi. Solo: Insan Kamil. hlm. 579. ISBN 9786026247100.
- ^ Shahih Bukhari 3979.
- ^ Shahih Muslim 1733 – 7.
- ^ a b Ath-Thabari, Abu Jafar (2011). Shahih Tarikh ath-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-8439-68-8.
- ^ a b c d Khalid, Khalid Muhammad (januari 2018). Biografi 60 sahabat Nabi. Jakarta: Ummul Qura'. hlm. 569. ISBN 9786029896886.
Pranala luar
sunting- Abu Musa al-Asy'ari Diarsipkan 2008-06-02 di Wayback Machine.