Abu Madyan
Abu Madyan (1126–1198), juga dikenal sebagai Abu Madyan Shu'ayb Al-Ghawth, atau Abū Madyan, atau Sidi Bou-Mediene, atau Sidi Abu Madyan Shuayb ibn al-Hussein al-Ansari, adalah seorang mistikus Andalusia paling berpengaruh di Barat dan guru sufi ternama. Pada masa hidupnya dia dikenal sebagai "Pilar dari Barat" (Maghribi), yang menjadi pasangan Abdul Qadir al-Jailani sebagai "Pilar dari Timur" (Baghdad).
Abu Madyan أبو مدين | |
---|---|
Gelar | al-Ghaust الغوث |
Informasi pribadi | |
Lahir | Shu'ayb ibn al-Hussein شعيب أبو مدين 1126 |
Meninggal | 1198 |
Makam | Sidi Boumediene Mausoleum |
Agama | Islam |
Almamater | al-Qarawiyyin |
Riwayat Hidup
suntingAbu Madyan lahir pada tahun 1126 di Cantillana ( bahasa Arab: قطنيانة ) Spanyol, sebuah kota kecil sekitar 35 km dari Seville. Dia berasal dari keluarga yang tidak dikenal dan kurang mampu. Ketika beranjak dewasa ia sempat terjun ke dunia perdagangan kain tenun, sebuah pekerjaan yang umum pada masa itu. Namun dahaganya akan ilmu menuntunnya untuk mempelajari Al Qur'an dan mistisisme.
Tidak lama berselang, sekitar akhir era Almoravid atau pada awal berdirinya negara Almohad, Abu Madyan pergi ke Fes untuk memperdalam agama.[1] Di Fes ia belajar di bawah bimbingan Abu Ya'azza al-Hazmiri, 'Ali Hirzihim, dan al-Dakkak, dan mulai akrab dengan karya-karya Al-Ghazali. terutama dari 'Ali Hirzihim. Adalah al-Dakkak yang memberinya khirka (jubah sufi).
Dari Fes Abu Madyan kemudian pergi ke Mekah, di mana di sana ia bertemu dengan wali besar Abdul Qadir al-Jilani. Di bawah bimbingan Abdul Qadir lah ia meneruskan jalan spiritualnya.
Sekembalinya dari Mekah, Abu Madyan mulai dikenal di tempat kelahirannya. Ia kemudian menetap di Bejaia, di mana ia mendirikan sebuah zawiyah sufi.
Ketenaran dan pengaruh Abu Madyan membangkitkan perhatian khalifah Almohad, Ya'qub al-Mansur, yang sempat memanggilnya ke ibu kota Marakesh. Namun dalam perjalanan ke Marakesh, Abu Madyan jatuh sakit dan meninggal pada 594/1198.[2] Dia dimakamkan di al-'Ubbad dekat Tlemcen, Aljazair.
Hingga hari ini makamnya menjadi tempat ziarah orang-orang Tlemcen dan dari berbagai belahan dunia lain. Berbagai penguasa membangun makamnya, dan sekarang menjadi salah satu pusat arsitektur Islam yang indah dan terkenal, dan masih menjadi tempat ziarah berbagai kalangan sufi.[1]
Ajaran
suntingPrinsip utama ajaran Abu Madyan adalah taubat dan zuhud; di mana taubat dimaknai sebagai "kembali kepada Allah" dan zuhud sebagai "tidak terpengaruh oleh dunia". Dia menekankan futuwa (kekesatriaan) dengan penekanan pada kepatuhan kepada guru dan menghindari perselisihan di antara sesama murid. Abu Madyan sangat menekankan pentingnya mendidik dan memerangi hawa nafsu dan syahwat. Meski ia sangat menekankan zuhud, tetapi ajarannya tidak membuat para muridnya meninggalkan dunia, melainkan hidup normal bermasyarakat sebagaimana orang pada umumnya.[3]
Warisan
suntingSelain mendapatkan status sebagai seorang "Ghaus" dan memiliki ribuan murid, namun popularitas diperoleh karena kemampuannya membahasakan ajaran sufi secara sederhana dan dapat diterima oleh berbagai kalangan. Ucapan dan bahasanya dapat menyatukan orang-orang dari semua lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat awam hingga kalangan terpelajar.
Karya
suntingSangat sedikit tulisan Abu Madyan yang dapat kita peroleh hari ini. Dari yang tersedia, terdapat beberapa puisi mistik, sebuah nasihat, dan ajaran akidah.
- Bidayat al-Muridin, Ms 938, Bibliot. Nat. Aljazair.
- Diwan, (kumpulan puisinya), Damaskus, 1938.
- Ouns al Wahid, Ms 2-105 (8) fol. 337–343, Bibliot. Nat. Paris, ed. di Kairo 1301–1884, dengan komentar oleh Ahmed Bâ'chan.
- Tahfat al-Arib.
- The Way of Abu Madyan, koleksi bilingual, Islamic Texts Society, Cambridge, 1996. Diterjemahkan oleh Vincent Cornell .
Referensi
sunting- ^ a b The Encyclopaedia of Islam. Leiden: EJ Brill. 1913. hlm. 98–99.
- ^ Ibn al-Zayyat al-Tadili (c. 1220). التشوف إلى رجال التصوف (dalam bahasa Arabic) (edisi ke-Ahmed Toufiq). hlm. 319.
- ^ [1]Diarsipkan 2019-04-14 di Wayback Machine. "Sidi Boumediene Chouaib, pôle du soufisme au Maghreb: Un nom lié à la ville ancestrale" ["Sidi Boumediene Chouaib, center of Sufism in the Maghreb: A name linked to the ancient city"] (Prancis).