Abdus Syukur bin Jamaluddin
K. H. Abdus Syukur bin H. Jamaluddin atau Muallim Syukur Teluk Tiram (lahir di Amuntai, 1901, meninggal di Banjarmasin, 23 Juli 1990) adalah seorang ulama yang bermukim di daerah Teluk Tiram, Banjarmasin Kalimantan Selatan.[1]
Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 1900 dekade Amuntai |
Kematian | 23 Februari 1990 (79/89 tahun) Banjarmasin |
Tempat pemakaman | Makam Mualim Syukur Galat: Kedua parameter tahun harus terisi! |
Data pribadi | |
Agama | Islam |
Kegiatan | |
Pekerjaan | guru, ulama |
Murid | Ahmad Zuhdiannoor |
Pendidikan
suntingBeliau pernah belajar di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura, mengaji duduk di kampung dengan beberapa ulama sepuh, dan pernah belajar di Makkah selama 16 tahun. Salah satu gurunya adalah Syekh Muhammad Amin Quthbi, (merupakan guru dari K.H. Muhammad Syarwani Abdan yang dikenal merupakan guru dari K.H. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul).[1][2] Selain itu, beliau juga pernah belajar kepada Syekh Abdul Qodir Al-Mandili, Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani, dan lain-lain.[3]
Kiprah
suntingBeliau bergabung dengan Nahdlatul Ulama dan menjadi tokoh ulama di PPP dan Golkar. Beliau juga mendapat penghargaan sebagai Penyuluh Agama Honorer (PAH) berprestasi dari Kantor Departemen Agama Kota Banjarmasin karrena turut berjuang pada masa pergerakan (1908-1945), masa revolusi (1945-1950), dan masa kemerdekaan (mulai 1950).[1]
Beliau juga merupakan guru beberapa ulama di Kalimantan seperti K.H Mahmud Hasil (penulis kitab "Simpanan Berharga" dan "Sarantang Saruntung") dan K.H Ahmad Zuhdiannoor (Guru Zuhdi). Bahkan, Guru Zuhdi pernah berkata bahwa barangsiapa yang belajar kepadanya maka akan langsung terbuka futuh (keterbukaan hal-hal yang bersifat spiritual).[2]
Mendirikan Masjid Jami Teluk Tiram
suntingBeliau bersama K.H. Abdul Muthalib bin Mardiyan dan K.H. Abdussyami' bin Husin mendirikan sebuah masjid di kawasan Teluk Tiram. Awalnya, masjid ini adalah langgar di Kampung Tengah, Teluk Tiram Laut. Seiring dengan perkembangan jamaah, maka diperlukan adanya masjid sehingga dibangun sebuah masjid di Teluk Tiram Darat. Meski sudah beberapa kali direnovasi, bentuk bangunan awal masih dipertahankan seperti atap dan tiang ulin di tengah bangunan.[4] Bahkan, masjid ini sering digunakan tempat ibadah, belajar Al-Qur'an, dan lain-lain.[1]
Kematian
suntingMuallim Syukur meninggal dunia pada hari Senin, 23 Februari 1990/ 26 Rajab 1410 Hijriah sekitar pukul 15.00 WITA. Jenazahnya disalatkan di Masjid Jami Teluk Tiram dan dimakamkan di pemakaman di belakang Masjid Jami Teluk Tiram Darat, dimana prosesi ini dihadiri oleh para ulama, habaib, dan masyarakat, termasuk Habib Ahmad bin Abu Bakar Al-Habsyi dari Basirih, K.H Salman Jalil dan K.H Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul).[2][3] Beliau meninggalkan seorang isteri bernama Hj. Siti Rahmah dan anak yaitu H. Abdul Gaffar Syukur, BA, H. Abdur Rahman, Masyrufah, Abdul Kadir, dan Masniah.[1]
Pada 5 Mei 2023, makamnya yang berada di belakang Masjid Jami Teluk Tiram dipindah ke daerah kediamannya di Jalan Teluk Tiram Darat Gang Muallim RT. 03, Banjarmasin.[5]
Referensi
sunting- ^ a b c d e Tim MUI Kalsel; Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin (2019). Ulama Banjar dari Masa ke Masa (Edisi Revisi). Banjarmasin: Antasari Press. ISBN 9786237665052.
- ^ a b c Arfianty, Desy; Studio, Aldiskatel (2017-11-22). "Muallim Syukur Teluk Tiram, Sang Pemegang Kunci Futuh". Kanal Kalimantan. Diakses tanggal 2023-11-26.
- ^ a b Banjar, Koran (2020-03-22). "Sekelumit Kisah "Purnama Teluk Tiram" Al Maghfurlah Mu'alim Syukur". koranbanjar.NET. Diakses tanggal 2023-11-26.
- ^ "Berdirinya Mesjid Jami Teluk Tiram di Kota Banjarmasin Peran Tiga Ulama Kenamaan". Banjarmasinpost.co.id. Diakses tanggal 2023-11-26.
- ^ "12 Jam Pembongkaran Makam KH Mualim Syukur Teluk Tiram Banjarmasin, Begini Kesaksian Warga". Banjarmasinpost.co.id. Diakses tanggal 2023-11-26.