A atau A kara adalah salah satu aksara swara (huruf vokal) dalam sistem penulisan aksara Bali. Aksara ini melambangkan bunyi /a/, sama halnya seperti aksara (A) dalam aksara Dewanagari, huruf A dalam alfabet Latin, atau huruf alfa (α) dalam alfabet Yunani.

A kara
Aksara Bali
Huruf LatinA
IASTA
Fonem[a], [ə][1]
UnicodeU+1B05 , U+
Warga aksarakanthya

Bentuk

sunting

Huruf A dalam aksara Brahmi telah menurunkan aksara Grantha, Pallawa dan bentuknya telah mengalami perubahan. A kara dalam aksara Bali merupakan keturunannya. Aksara Jawa juga memiliki kekerabatan yang dekat dengannya, dan dapat dilihat dari kemiripan bentuknya.

Aksara Brahmi Aksara Grantha Aksara Pallawa Aksara Jawa Aksara Bali
A pendek
 
 
 
 
 
A panjang
 
 
 
 
 

A kara dirgha

sunting
A kara dirga
 
Aksara Bali
Huruf LatinA
IASTĀ
Fonem[aː], [ɑ]
UnicodeU+1B06 , U+
Warga aksarakanthya

A kara yang melambangkan bunyi /a/ panjang (/ɑː/[2]) disebut A kara dirgha (secara harfiah, dirgha berarti panjang). Bentuknya merupakan gabungan antara tedung dengan A kara biasa (A kara hrasua atau A kara berbunyi pendek). Bila A kara dirgha dialihaksarakan ke dalam huruf Latin, maka ditulis Ā menurut IAST.

Pada masa kini, pengucapan suara /ɑː/ dengan /a/ dalam bahasa Bali sudah jarang dibedakan lagi. Dengan kata lain, pengucapannya disamakan, seolah-olah suara panjang dan pendek tidak ada bedanya.[3] Misalnya kata "aagama" diucapkan "agama", kata "aaksara" diucapkan "aksara", dll. Namun apabila menulis lontar, kidung, dan mantra-mantra, aturan mengenai suara panjang dan pendek masih tetap diperhatikan, dan pada saat itulah A kara dirgha digunakan.

Penggunaan

sunting
 
Ang kara, A kara yang dibubuhi ulu candra.

A kara hanya digunakan apabila menulis bahasa non-Bali[4] (contohnya bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno) dengan menggunakan aksara Bali, atau untuk menulis kata serapan dari bahasa non-Bali dengan menggunakan aksara Bali. Contoh kata dalam bahasa Bali yang diserap dari bahasa non-Bali, yaitu: Arjuna (dari bahasa Sanskerta: Arjuna), aksara (dari bahasa Sanskerta: ākshara), agama (dari bahasa Sanskerta: āgama), arta (dari bahasa Sanskerta: artha), dan lain-lain. Kata-kata tersebut layak ditulis memakai A kara. Selain itu, A kara hanya digunakan sebagai huruf awal suatu kata, jadi hanya boleh ditulis pada awal kata.

A kara tidak digunakan apabila menulis kata-kata yang memang berasal dari bahasa Bali, atau bukan bahasa Bali yang diserap dari bahasa non-Bali. Contohnya antara lain: amah, aba, apang, ajum, dll. Sebagai penggantinya, dianjurkan memakai aksara "ha" yang dapat melambangkan dua bunyi, yaitu /h/ dan /ə/, tergantung kata apa yang ditulis.

A kara tidak memiliki gantungan huruf. Sebagai penggantinya, dianjurkan memakai gantungan aksara Ha.

A kara yang dibubuhi oleh tanda ulu candra dianggap aksara suci bagi Dewa Brahma oleh penganut agama Hindu di Bali. A kara yang dibubuhi ulu candra tersebut dibaca "Ang". Kombinasi antara A kara (Ang) dengan U (Ung) dan M (Mang) menghasilkan simbol Aum atau Om, simbol yang dikeramatkan oleh umat Hindu.

Referensi

sunting
  • Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
  • Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.
  • Simpen, I Wayan. Pasang Aksara Bali. Diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ अ dibaca /ə/ dalam bahasa Sanskerta.
  2. ^ Lihat artikel IAST.
  3. ^ Tinggen, hal. 7.
  4. ^ Tinggen, hal. 11.

Lihat pula

sunting