A. Damhoeri

penulis dan penyair Indonesia

A. Damhoeri atau Ahmad Damhoeri (31 Agustus 1915 – 6 Oktober 2000) adalah seorang sastrawan Indonesia.

Infobox orangA. Damhoeri

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran31 Agustus 1915 Edit nilai pada Wikidata
Payakumbuh Edit nilai pada Wikidata
Kematian6 Oktober 2000 Edit nilai pada Wikidata (85 tahun)
Balai Panjang Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
Kelompok etnikOrang Minangkabau Edit nilai pada Wikidata
PendidikanSMA Negeri 1 Padang Panjang Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanguru (1934–), penulis, novelis Edit nilai pada Wikidata
Bekerja diPanji Pustaka (1932–1934) Edit nilai pada Wikidata
Karya kreatif
Karya terkenal
Keluarga
Pasangan nikahAinsjah
Nurtian
Roslaini Edit nilai pada Wikidata
AnakRismawati Damhoeri
 ( Roslaini)
Ridwan Damhoeri
 ( Nurtian)
Sjafrida Damhoeri
 ( Nurtian)
Nusjirwan Damhoeri
 ( Nurtian)
Masrida Damhoeri
 ( Nurtian)
Rafidawati Damhoeri
 ( Nurtian)
Desmiyati Damhoeri
 ( Roslaini)
Darmaini Damhoeri
 ( Roslaini)
Deliyarti Damhoeri
 ( Roslaini)
Darmansjah Damhoeri
 ( Ainsjah) Edit nilai pada Wikidata

Ia mulai mengarang sejak tahun 1931. Setelah lulus Sekolah Normal pada 1943, ia menjadi guru.[1] Damhoeri pernah ditahan selama empat bulan karena delik pers atas artikelnya Timur, Tanah Airku yang dimuat dalam harian Persamaan di Padang pada 1937.[1]

Biografi

sunting

Nama lengkap Penulis ini adalah Ahmad Damhoeri. Dalam kehidupan sehari-harinya A. Damhoeri akrab dipanggil A. Dam, Bung Adam, Pak Adam, dan A. Damhoeri Pengarang. Ia selalu menyingkat namanya menjadi A. Damhoeri di dalam karyanya.[2]

A. Damhoeri mengawali pendidikannya di Sekolah Gobernemen, kelas dua di Bangkinang dan selesai tahun 1928. Pada saat itu, Sekolah Gobernemen terkenal dengan nama Jongen Vervoischool lamanya dua tahun dan merupakan sekolah lanjutan dari Sekolah Desa yang lamanya tiga tahun.

Setelah tamat dari sekolah Gobernemen, Damhoeri melanjutkan Sekolah Normal di Padang Panjang, pendidikan di sekolah normal ini diselesaikannya pada tahun 1943. Dari sekolah itu, ia memperoleh ijazah dan menjadi dokumen sangat berharga baginya. Pendidikan formalnya hanya sampai Sekolah Normal, selanjutnya dia belajar ilmu sastra, agama, dan lainnya secara atodidak. Ijazah yang diperolehnya adalah modal dasar untuk menjadi guru, sehingga pada tahun 1934 A. Damhoeri mulai bekerja menjadi guru.

Selain terlibat aktif di dunia pendidikan, A. Damhoeri juga menggeluti bidang kebudayaan. Dia pernah menjabat kepala Inspeksi Kebudayaan di Sumatra. Di samping itu, juga aktif di dunia penerbitan. Kariernya di bidang tulis menulis berawal dari Majalah Taman Kanak-Kanak Panji Pustaka.

Tahun 1932–1934 A. Damhoeri mulai membantu majalah Panji Pustaka untuk memajukan dunia kesusasteraan. Kemudian 1938–1939 menjadi redaktur Majalah Dunia Pengalaman, tahun 1934–1936 menjadi guru sekolah desa, tahun 1938–1940 mengajar di Sekolah Gemente Medan, 1940–1942 mengajar di HIS Medest Medan, tahun 1943–1946 mengajar di Sekolah Sambungan Payakumbuh, tahun 1947–1956 Kepala Sekolah di Sitanang Payakumbuh, tahun 1956–1958 menjadi Kepala Seksi Kesenian Perwakilan Daerah Kebudayaan Sumatra Tengah Bukit Tinggi.

Pada tahun 1960–1963 menjadi Kepala Seksi Kesenian Inspeksi Daerah Kebudayaan Sumatera Barat, tahun 1964–1971 Kepala Inspesi Kebudayaan Daerah I Kota Payakumbuh, tahun 1947 sebagai Ketua Komite Nasional Batupayung dan tahun 1946 menjadi anggota siding pengarang, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Bukit Tinggi.

Riwayat pengarang

sunting

Ketertarikan A. Damhoeri dalam dunia tulis-menulis sudah terlihat sejak ia duduk di sekolah dasar. Pada usia 20 tahun, ia menyelesaikan novel pertamanya[2]. Novel ini diberi judul Mencari Jodoh dan diterbitkan pada tahun 1935 oleh Balai Pustaka. Mentjari Djodoh telah dicetak ulang beberapa kali.[3]

Selain menulis menulis novel, ia juga menulis cerita pendek, cerita anak, sajak serta buku pelajaran sekolah dan pernah juga menulis teka-teki silang sewaktu mengasuh ruang Kesusasteraan di majalah Panji Pustaka.

Dalam riwayat hidupnya A. Damhoeri termasuk salah seorang pengarang pada tiga zaman, yakni zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang dan zaman kemerdekaan. Pada zaman Belanda menjajah negeri ini ini, A.Damhoeri menggunakan nama samaran, yaitu Aria Diningrat.[2]

A. Damhoeri pernah dipenjara karena harian Persamaan di Padang menuliskan nama aslinya pada karangan yang berjudul Timur, Tanah Airku. Tulisannya dikategorikan pemerintah sebagai kejahatan melalui pers (pers delict). Sehingga, A. Damhoeri dan pemimpin harian itu dijatuhi hukuman penjara selama empat bulan.[2]

Daftar karya

sunting
  • Sahabat Sejati: cerita bersambung (1933)
  • Mencari Jodoh: novel (1935)
  • Dunia Pengalaman: Buaya Deli Diserkap Macan Singapura: novel (1938)
  • Azimat Tua Abad 17 (Topeng Hitam): roman (1938)
  • Hulubalang Teuku Umar: roman (1939)
  • Mayapada: novel (1939)
  • Hantu Laut di Selat Malaka: novel (1939)
  • Pahlawan Padang Pasir: roman (1939)
  • Pengorbanan di Medan Perang: roman (1939)
  • Pertanda: roman (1939)
  • Rahasia Kalung Mutiara: novel (1939)
  • Sarikat M.M.B.B.: roman (1940)
  • Kekuatan Darah Remaja (Sambungan Sarikat M.M.B.B.): roman (1940)
  • Depok Anak Pagai: cerita anak (1940)
  • Zender Nirom: roman (1940)
  • Resep Dukun yang Hilang: roman (1940)
  • Terbeli Mahal: novel (1941)
  • Tiang Salib Bulan Bintang: roman (1942)
  • Dari Gunung ke Gunung: roman (1950)
  • Kurir: roman (1950)
  • Terompah Usang yang Tak Sudah Dijahit: cerita anak (1953)
  • Neraka Tak Berapi: novel (1955)
  • Manusia Abadi: roman (1955)
  • Bayi di Balik Dinding: roman (1955)
  • Isteri yang Dijual: roman (1955)
  • Dukun Mistik: novel (1956)
  • Hawa Nafsu: roman (1958)
  • Detik Kehancuran Oom Senang: roman (1959)
  • Bergelimang Dosa: roman (1963)
  • Pekikan Maut di Malam Buta: roman (1963)
  • Detik Kehancuran: novel (1963)
  • Telaga Darah: novel (1964)
  • Membela Kehormatan (Jilid I dan Jilid II): roman (1964)
  • Cinta Bersimpang Jalan: roman (1965)
  • Jayanegara: novel (1965)
  • Rahasia dalam Surau: cerita anak (1968)
  • Petualangan si Hitam: cerita anak (1975)
  • Nakoda Tenggang: cerita anak (1975)
  • Anak Seorang Romusha: cerita anak (1976)
  • Nahkoda Tenggang: cerita anak (1979)
  • Menempuh Jalan Buntu: cerita anak (1980)
  • Si Loreng dari Rimba Mangkisi: cerita anak (1989)
  • Gara-Gara Delima Hanyut: cerita anak (????)
  • Detektif Muda: cerita anak (????)
  • Domba Kencana: cerita anak (????)
  • Selusin Cerita: cerita anak (????)
  • Salah Sangka: cerita anak (????)
  • Anak yang Lucu: cerita anak (????)
  • Recept Dijadikan Obat: cerita anak (????)
  • Kucing Kelana: cerita anak (????)
  • Pahlawan Paderi (????)
  • Mawar dari Isfahan (????)
  • Puteri Tawanan (????)
  • Garis Demarkasi (????)
  • Mencari Jejak Dumair (????)[4][5]

Rujukan

sunting
  1. ^ a b (Indonesia) Rampan, Korrie. Leksikon Sastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 16.
  2. ^ a b c d "A. Damhoeri (1915-2000)". Ensiklopedia Sastra Indonesia. Diakses tanggal 2022/08/22. 
  3. ^ Sugono, D., dkk., ed. (2003). Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern (PDF). Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 11. ISBN 979-685-308-6. 
  4. ^ "Biografi A.Damhoeri dan Karyanya" (PDF). Diakses tanggal 2022-08-22. 
  5. ^ Hendri Lubis, Koko (2018). Roman Medan: Sebuah Kota Membangun Harapan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-602-03-9828-0. 

Pranala luar

sunting

(Indonesia) Kumpulan Puisi karya A. Damhoeri