Sabtu Berdarah (foto)

fotografi

Sabtu Berdarah (Hanzi: 血腥的星期六) adalah nama untuk sebuah foto hitam-putih yang disebarluaskan pada bulan September–Oktober 1937, dan dalam waktu kurang dari sebulan telah dilihat oleh lebih dari 136 juta orang.[1] Dengan menampilkan seorang bayi Tionghoa yang menangis di tengah reruntuhan akibat pengeboman Stasiun Kereta Api Shanghai Selatan, foto tersebut menjadi terkenal sebagai sebuah ikon kebudayaan yang memberikan contoh "kekejaman" Jepang pada masa perang di Tiongkok. Diambil beberapa menit setelah serangan udara Jepang terhadap warga sipil saat Pertempuran Shanghai, fotografer H. S. "Newsreel" Wong—yang juga dikenal sebagai Wong Hai-Sheng atau Wang Xiaoting—dari Hearst Corporation, tidak mengetahui identitas atau bahkan jenis kelamin anak yang terluka tersebut, yang ibunya terbaring tewas di dekatnya. Bayi tersebut diberi nama Ping Mei.[2] Sebagai salah satu foto perang paling dikenang yang pernah dipublikasikan, dan mungkin adegan film berita paling terkenal pada 1930-an,[3] foto tersebut menimbulkan kemurkaan orang barat terhadap kekerasan yang dilakukan Jepang di Tiongkok.[4] Jurnalis Harold Isaacs menyebut foto ikonis tersebut sebagai "salah satu karya 'propaganda' paling sukses sepanjang masa".[5]

Foto terkenal yang menampilkan seorang bayi menangis di tengah reruntuhan akibat pengeboman Stasiun Kereta Api Shanghai Selatan, pada Sabtu, 28 Agustus 1937.

Wong merekam pemandangan Stasiun Selatan yang telah dibom dengan kamera Eyemo, dan mengambil beberapa foto dengan Kamera Leica. Satu foto yang masyhur tersebut—yang diambil dari kamera Leica—sering kali tak diberi judul tetap, melainkan diberi penjelasan menurut apa yang ditampilkan. Maka foto tersebut juga pernah diberi judul Bayi Tionghoa Tak Beribu,[6] Bayi Tionghoa, dan Bayi di Stasiun Kereta Api Shanghai.[7] Foto tersebut disangkal oleh kaum nasionalis Jepang yang menyatakan bahwa pemandangan tersebut telah diatur sedemikian rupa.[8]

Pengambilan gambar

H.S. "Newsreel" Wong (1900–1981) adalah seorang fotografer Tionghoa yang bekerja di Hearst Metrotone News, sebuah produsen film berita. Ia memiliki sebuah toko kamera di Shanghai.[9][10] Saat Pertempuran Shanghai (bagian dari Perang Tiongkok-Jepang Kedua), tentara Jepang maju dan menyerang Shanghai, kota paling padat di Tiongkok. Wong dan para wartawan film berita lainnya, seperti Harrison Forman dan George Krainukov, mengabadikan peristiwa tersebut dengan kamera, termasuk keadaan setelah serangan udara yang dilakukan oleh tiga pesawat Jepang terhadap dua hotel penting di Jalan Nanking pada Sabtu, 14 Agustus 1937, atau "Sabtu Berdarah".[9] Tentara Revolusioner Nasional mulai mundur dari kota tersebut, meninggalkan blokade sepanjang Sungai Huangpu. Sekelompok jurnalis internasional mengetahui bahwa pesawat dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang (bahasa Inggris: Imperial Japanese Navy, IJN) akan mengebom blokade tersebut pada pukul 14.00 hari Sabtu, 28 Agustus 1937, sehingga beberapa wartawan berkumpul di atas gedung Butterfield & Swire agar bisa mengambil foto-foto serangan udara tersebut. Pada pukul 15.00, tak ada pesawat yang tampak sehingga para wartawan akhirnya bubar, kecuali Wong. Pada pukul 16.00, 16 pesawat IJN akhirnya muncul, terbang berputar, dan mengebom tempat-tempat pengungsian perang di Stasiun Selatan Shanghai, menewaskan dan melukai para warga sipil yang sedang menunggu kereta untuk menuju ke Hangzhou di arah selatan.[11]

Kusadari bahwa sepatuku berlumuran darah.

H. S. Wong[7]

Wong turun dari atas gedung ke jalanan, lalu mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju stasiun kereta api yang runtuh. Saat tiba, ia menyaksikan pembantaian dan kekacauan: "Pemandangannya sungguh mengerikan. Orang-orang masih berusaha untuk bangun. Mayat dan orang yang terluka bergelimpangan di sepanjang rel dan peron. Potongan tubuh berserakan di tempat itu. Kesibukanku telah membuatku lupa akan apa yang sedang kusaksikan. Aku berhenti sejenak untuk mengisi ulang film gulungku. Kusadari bahwa sepatuku berlumuran darah. Aku berjalan di sepanjang rel kereta api, dan mengabadikan beberapa pemandangan dengan jembatan terbakar di latar belakang. Kemudian aku menyaksikan seorang pria menggendong bayi dari rel dan membawanya ke peron. Lalu ia kembali menyelamatkan anak lainnya yang terluka berat. Jenazah ibunya teronggok di atas rel. Saat aku mengabadikan tragedi itu, aku mendengar suara pesawat datang kembali. Dengan cepat, kupakai beberapa sentimeter yang tersisa [dari film-ku] untuk memfoto bayi tersebut. Lalu ia kudekati, dengan maksud membawanya ke tempat aman, namun ayahnya datang. Pesawat pengebom lewat begitu saja. Tak ada bom yang dijatuhkan."[12]

Wong tak pernah mengetahui nama bayi itu, tidak tahu apakah ia laki-laki atau perempuan, atau apakah ia sintas setelah peristiwa tersebut.[6] Pada pagi berikutnya, ia membawa film dari kamera Leica-nya ke kantor China Press. Ia menampilkan cetakan besar kepada Malcolm Rosholt, sambil berkata, "Lihat yang satu ini!"[6] Kemudian Wong menulis bahwa surat kabar pada hari berikutnya memberitakan sekitar 1.800 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, sedang menunggu di stasiun, tapi para penerbang IJN tampaknya telah salah mengira mereka sebagai prajurit perang.[12] Koran Shanghai menyatakan bahwa kurang dari 300 orang selamat dari serangan tersebut.[12] Pada bulan Oktober, majalah Life mengabarkan bahwa sekitar 200 orang tewas.[11]

Publikasi

Wong mengirim rekaman film berita tersebut melalui sebuah kapal Angkatan Laut AS yang menuju Manila, dan dari sana film tersebut diterbangkan ke New York City melalui maskapai penerbangan Pan American World Airways.[12] Sejak pertengahan September 1937, film berita tersebut dipertontonkan kepada pengunjung bioskop. Sekitar sebulan kemudian, film tersebut diperkirakan sudah ditonton oleh 50 juta orang di AS, 30 juta orang di luar AS,[11] dan foto bayi menangis tersebut dicetak pada media massa terbitan Hearst Corporation dalam jumlah sekitar 25 juta eksemplar.[12] Di AS, sekitar 1,75 juta eksemplar koran yang bukan terbitan Hearst menampilkan foto tersebut, dan lebih dari 4 juta orang melihatnya sebagai sebuah reproduksi matte dalam surat kabar lainnya.[11] Sekitar 25 juta orang di seluruh dunia telah melihat foto tersebut.[11] Foto tersebut pertama kali muncul dalam majalah Life pada 4 Oktober 1937, yang dilihat oleh sekitar 136 juta orang.[11][12] Pada halaman depan majalah Life, foto lainnya menampilkan bayi tersebut sedang diberi pertolongan medis pada sebuah tandu.[11]

Tanggapan

Foto "tak terlupakan"[13] tersebut menjadi salah satu foto paling berpengaruh yang menimbulkan perasaan anti-Jepang di Amerika Serikat. Gelombang simpati bermunculan dari Amerika kepada Tiongkok,[14] dan foto tersebut banyak dicetak ulang untuk menggalang dana demi pemulihan kondisi Tiongkok.[15] Terpengaruh oleh gambar tersebut, AS, Britania Raya dan Prancis memprotes Jepang yang menyerang warga sipil Tiongkok di kota-kota terbuka.[12][16] Senator George W. Norris—yang terpengaruh oleh gambar tersebut—memutuskan untuk mengubah pendiriannya tentang isolasionisme dan non-intervensionisme; ia menyebut Jepang "tak tahu malu, rendahan, tak beradab, kejam, bahkan [kelakuannya] tak sanggup lagi diungkapkan dengan kata-kata."[17] Bangsa Amerika mencaci Jepang dengan istilah "penjagal" dan "pembunuh". Setelah penyerahan Shanghai, Laksamana IJN Kōichi Shiozawa berkata kepada seorang wartawan The New York Times di sebuah pesta cocktail: "Aku tahu bahwa surat kabar negaramu memberiku julukan Pembunuh bayi."[18]

Foto tersebut dipilih oleh para pembaca Life sebagai salah satu dari sepuluh "Gambar Pilihan Tahun Ini" pada 1937.[5] Pada 1944, cuplikan film berita Wong dipakai dalam film The Battle of China karya Frank Capra.

Pascaperang

Saat menjadi murid sekolah seni pada akhir 1940-an, Andy Warhol pernah melukis suatu versi dari foto tersebut, dan merupakan lukisan awal dari sekian banyak karyanya yang dibuat berdasarkan pada foto. Karya aslinya tidak diketahui keberadaannya dan mungkin hilang.[19] Disaster Series karya Warhol pada 1960-an kembali memakai format seperti itu, untuk penafsiran terhadap karya-karya amat gamblang yang dibuat oleh para wartawan foto.[19] Pada 1977, Lowell Thomas, jurnalis dan narator untuk Movietone News (saingan Hearst), menyatakan bahwa pengaruh foto tersebut di Amerika setara dengan dua foto Perang Dunia II paling ikonis: seorang pria Prancis yang meneteskan air mata saat para prajurit negaranya meninggalkan Prancis pada Juni 1940, dan Pengibaran Bendera di Iwo Jima karya Joe Rosenthal, yang diambil pada Februari 1945.[20]

Wong pensiun di Taipei pada 1970-an dan wafat pada 9 Maret 1981 (usia 81 tahun) di rumahnya akibat diabetes.[21] Pada 2010, Wong dihargai sebagai pelopor jurnalis Asia-Amerika oleh Asian American Journalists Association.[22]

Pada tahun 2000, Miao Xiaochun, seorang seniman dan wartawan, memproyeksikan foto tersebut pada sebuah tirai putih, dengan tampilan yang redup untuk menekankan redupnya pengaruh foto tersebut dalam jangka panjang.[23] Foto tersebut muncul dalam buku Time–Life 100 Photographs that Changed the World, yang diterbitkan pada 2003. National Geographic mencantumkan foto tersebut dalam Concise History of the World: An Illustrated Timeline pada 2006.[24] Michael S. Sweeney, salah satu penulis National Geographic pernah menyebut "foto panas"[25] itu sebagai "pertanda bagi militerisme Dunia Timur".[26]

Tuduhan rekayasa

 
Foto lain karya Wong tentang situasi yang sama, yang diterbitkan oleh majalah Look pada Desember 1937.

Pada waktu publikasinya, para nasionalis Jepang menyebut foto tersebut direkayasa, dan pemerintah Jepang memberikan tebusan senilai $50,000 untuk kepala Wong: jumlah yang setara dengan $870.000 pada tahun 2024.[27] Wong dikenal menentang invasi Jepang terhadap Tiongkok dan bersimpati terhadap politik sayap kiri, dan bekerja untuk William Randolph Hearst yang dikenal karena perkataannya kepada para wartawannya, "Kalian yang memoles gambar, sedangkan aku yang bakal memoles perang" dalam kaitannya dengan Perang Spanyol-Amerika.[27] Foto lain karya Wong muncul dalam majalah Look pada 21 Desember 1937, menampilkan seorang pria berjongkok dengan seorang anak yang kira-kira berusia lima tahun, berada di dekat bayi yang menangis tersebut.[27] Pria itu diduga merupakan Taguchi (asisten Wong) yang sedang mengatur posisi anak-anak tersebut demi memperoleh efek fotografi terbaik.[27] Pada sebuah artikel dalam The Japan Times and Mail ditulis bahwa pria tersebut adalah seorang penyelamat yang sedang mengatur posisi bayi dan bocah demi sang fotografer.[28] Wong menyatakan bahwa pria tersebut adalah ayah si bayi, yang datang untuk menyelamatkan anaknya saat pesawat Jepang kembali usai pengeboman tersebut.[12] Para propagandis Jepang berusaha mencari hubungan antara gambar yang mereka klaim sebagai rekayasa, dengan catatan pemberitaan dari sumber-sumber AS dan Tiongkok tentang pertempuran di Shanghai, dengan maksud menafikan seluruh laporan yang menyudutkan Jepang.[29]

Pada 1956, Arthur Rothstein dari majalah Look mendukung opini sebelumnya bahwa Wong meminjam bayi tersebut dan meletakkannya di sana saat pengambilan foto.[29] Dalam sebuah video edukasi tempo dulu yang dibuat oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (kini diunggah pada YouTube oleh Arsip Nasional Amerika Serikat) terlihat bahwa seorang pria menyeberangi rel sambil memboyong bayi tersebut, sementara Wong berdiri di belakangnya seraya memberikan aba-aba.[30] Pada 1975, majalah Life menampilkan foto terkenal tersebut dalam sebuah buku kumpulan foto, dan menulis penjelasan, "Dikatakan bahwa foto ini rekaan belaka, namun sudah jelas dari berbagai sudut pandang bahwa itu hanyalah desas-desus yang dibuat-buat."[29]

 
Si bayi di atas tandu, sedang diberi pertolongan pertama.

Pada 1999, kelompok nasionalis Asosiasi bagi Kemajuan Penilikan Sejarah Tanpa Penyimpangan, yang didirikan oleh Profesor Fujioka Nobukatsu dari Universitas Tokyo, menerbitkan sebuah artikel berjudul "Manipulasi Foto-Foto Dokumenter di Tiongkok: Menyulut Kebencian di AS". Nobukatsu dan Shūdō Higashinakano berpendapat bahwa foto tersebut menampilkan seorang pria yang mula-mula mengatur satu anak, kemudian dua anak pada peron stasiun untuk membuat "pemandangan nelangsa" bagi pembaca di Amerika, untuk meyakinkan Amerika agar berperang melawan Jepang.[8] Para profesor Jepang berpendapat bahwa Wong menambahkan kepulan asap agar foto tersebut menjadi lebih dramatis,[29] namun Rosholt menyatakan bahwa stasiun kereta tersebut masih berasap saat Wong datang.[6] Para nasionalis Jepang tidak menafikan bahwa serangan udara tersebut pernah terjadi, begitu pula adanya warga sipil Tiongkok yang tewas dan luka-luka, namun penyajian foto yang direkayasa tersebut memberikan tafsir bahwa terdapat banyak pemalsuan lainnya dalam catatan sejarah.[29] Dalam artikel tersebut, Nobukatsu dan Higashinakano tak menyebutkan foto lain karya Wong yang diterbitkan dalam majalah Life, menampilkan si bayi menangis di atas tandu saat diberi pertolongan pertama oleh para anggota Pramuka Tiongkok.[11][29]

Wong merekam banyak film berita yang menyoroti serangan Jepang di Tiongkok, meliputi Pertempuran Xuzhou pada Mei 1938, dan serangan udara di Guangzhou pada bulan Juni.[31] Dalam bekerja, ia dilindungi oleh Inggris, namun ancaman pembunuhan dari para nasionalis Jepang telah memaksa ia dan keluarganya untuk meninggalkan Shanghai, lalu pindah ke Hong Kong.[12]

Referensi

  1. ^ Van der Veen, Maurits (2003). Uriel's Legacy. Trafford Publishing. hlm. 262. ISBN 1-55395-462-9. 
  2. ^ Bradley, James (2016). The China Mirage - The Hidden History of American Disaster in Asia. New York: Back Bay Books / Little, Brown and Company. hlm. 176–177. ISBN 9780316336178. 
  3. ^ Doherty, Thomas (1999). Projections of war: Hollywood, American culture, and World War II (edisi ke-2). Columbia University Press. hlm. 105. ISBN 0-231-11635-7. 
  4. ^ Tuchman, Barbara W. (1972). Stilwell and the American experience in China, 1911–45. Bantam Books. hlm. 214. ISBN 0-553-14579-7. 
  5. ^ a b Dower, John W. (2010). Cultures of War: Pearl Harbor / Hiroshima / 9-11 / Iraq. W. W. Norton & Company. hlm. 158–159. ISBN 0-393-06150-7. 
  6. ^ a b c d Cameron, Mrs. Richard; Malcolm Rosholt (January 21, 1972). "Letters to the Editors: The Child". Life. Time, Inc. 72 (2): 27. ISSN 0024-3019. 
  7. ^ a b Faber, John (1978). Great news photos and the stories behind them (edisi ke-2). Courier Dover Publications. hlm. 74–75. ISBN 0-486-23667-6. 
  8. ^ a b Nobukatsu, Fujioka; Higashinakano, Shūdō (1999). "Manipulation of Documentary Photos in China: Fanning Flames of Hate in the USA". Exploding the Myth:The Problem of Photographic "Evidence" (Photos from The Rape of Nanking). Association for Advancement of Unbiased View of History. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-29. Diakses tanggal January 18, 2011. 
  9. ^ a b "Cinema: Shanghai, Shambl". Time. Time, Inc. September 13, 1937. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-27. Diakses tanggal 2017-07-12. 
  10. ^ Camhi, Leslie. "Film: A Dragon Lady and a Quiet Cultural Warrior". The New York Times, January 11, 2004. Retrieved on July 3, 2011.
  11. ^ a b c d e f g h "The Camera Overseas: 136,000,000 People See This Picture of Shanghai's South Station". Life. Time, Inc. 3 (14): 102–103. October 4, 1937. ISSN 0024-3019. 
  12. ^ a b c d e f g h i Faber, John (1960). Great moments in news photography: from the historical files of the National Press Photographers Association. T. Nelson. hlm. 74. 
  13. ^ Roth, Mitchel P. (1997). Historical dictionary of war journalism. Greenwood Publishing Group. hlm. 219. ISBN 0-313-29171-3. 
  14. ^ Winchester, Simon (2008). Bomb, book and compass: Joseph Needham and the great secrets of China. Viking. hlm. 49. ISBN 0-670-91378-2. 
  15. ^ Klein, Christina (2003). Cold War orientalism: Asia in the middlebrow imagination, 1945–1961. University of California Press. hlm. 177. ISBN 0-520-22469-8. 
  16. ^ Goldberg, Vicki (1991). The power of photography: how photographs changed our lives. Abbeville Press. hlm. 243. ISBN 1-55859-039-0. 
  17. ^ Paterson, Thomas G.; Clifford, John Garry; Hagan, Kenneth J. (1999). American Foreign Relations: A history since 1895. American Foreign Relations. 2 (edisi ke-5). Houghton Mifflin. hlm. 151. ISBN 0-395-93887-2. disgraceful, ignoble, barbarous, and cruel, even beyond the power of language to describe. 
  18. ^ Dong, Stella (2001). Shanghai: The Rise and Fall of a Decadent City. HarperCollins. hlm. 216–217. ISBN 0-06-093481-6. 
  19. ^ a b Smith, Patrick S. (1986). Andy Warhol's art and films. Studies in the fine arts. 54 (edisi ke-2). UMI Research Press. hlm. 40, 125. ISBN 0-8357-1733-X. 
  20. ^ Thomas, Lowell (1977). So long until tomorrow: from Quaker Hill to Kathmandu. Morrow. hlm. 83–86. ISBN 0-688-03236-2. 
  21. ^ "'Newsreel' Wang succumbs at 81". Taiwan Today. Government Information Office, Republic of China (Taiwan). May 1, 1981. Diakses tanggal January 18, 2011. 
  22. ^ "Honor Roll List: Pioneers, past and present". Asian American Journalists Association. December 24, 2010. Diakses tanggal January 18, 2011. 
  23. ^ Hung, Wu (2008). Making history: Wu Hung on contemporary art. Timezone 8 Limited. hlm. 142. ISBN 988-99617-0-9. 
  24. ^ Kagan, Neil (2006). National Geographic concise history of the world: an illustrated timeline. National Geographic Traveler. National Geographic Books. hlm. 325. ISBN 0-7922-8364-3. 
  25. ^ Hamilton, John Maxwell (1988). "Red Star Over China". Edgar Snow, a biography. Indiana University Press. hlm. 83. ISBN 0-253-31909-9. 
  26. ^ Sweeney, Michael S. (2002). From the front: the story of war featuring correspondents' chronicles. National Geographic. hlm. 148. ISBN 0-7922-6919-5. 
  27. ^ a b c d French, Paul (2009). Through the looking glass: China's foreign journalists from opium wars to Mao. Hong Kong University Press. hlm. 192. ISBN 962-209-982-3. 
  28. ^ Low, Morris (2003). "The Japanese Colonial Eye: Science, Exploration, and Empire". Dalam Christopher Pinney, Nicolas Peterson. Photography's other histories. Duke University Press. hlm. 117. ISBN 0-8223-3113-6. 
  29. ^ a b c d e f Morris-Suzuki, Tessa (2005). The past within us: media, memory, history. Nissan Institute-Routledge Japanese studies. Verso. hlm. 72–75. ISBN 1-85984-513-4. 
  30. ^ US National Archives (2015-03-17), Why We Fight: The Battle of China, diakses tanggal 2017-10-16 
  31. ^ "Library Contents Listed Year-by-Year: 1938". The 1930s: Prelude to War Video Library. UCLA Film and Television Archive. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-01-04. Diakses tanggal January 18, 2011.